Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Seleb

kantongi Sukses, Joko Anwar Selalu Kenang Masa Sulit

Setelah Pengabdi Setan meledak, Joko Anwar dihubungi banyak produser. Joko Anwar ditawari setumpuk skenario untuk digarap. Ia tak mau aji mumpung

5 November 2017 | 17.24 WIB

Joko Anwar. TEMPO/Frannoto
Perbesar
Joko Anwar. TEMPO/Frannoto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta -Setelah Pengabdi Setan meledak, Joko Anwar dihubungi banyak produser. Mereka menawari Joko Anwar setumpuk skenario untuk digarap.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Joko Anwar menolak. Ia teringat, saat sukses dengan Janji Joni, belasan produser memintanya membuat skenario bergenre serupa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Dalam berkarya, saya sudah punya rencana. Judulnya apa, ceritanya bagaimana, semua itu tersimpan di benak saya. Saya tidak mau keluar dari rencana itu,” ujar Joko Anwar.

Menurut dia, jika ia membuat sesuatu dan keluar dari standar yang ia punya hanya untuk mencari makan, maka ia tidak punya kebanggaan lagi. “Sekarang, apa pun hasilnya, saya bangga. Film yang saya produksi adalah film yang memang ingin saya buat. Bukan karena terpaksa demi makan,” urai Joko Anwar, di Jakarta.

Joko pernah berada dalam kondisi sulit. Hal itu terjadi di periode 2005-2006. Saat itu, untuk bertahan hidup, Joko Anwar menjual satu per satu barang miliknya dimulai dari furnitur, televisi, lalu pindah ke rumah susun.

“Barang yang pertama kali saya jual adalah furnitur. Lalu televisi saya jual juga karena bagi saya, layar gelas barang sekunder. Yang tidak mungkin saya jual adalah kulkas, sofa bed, dan laptop,” papar dia. Dalam kondisi tersebut, Joko berkeras agar jangan sampai menjual laptopnya. “Karena di sanalah, ide-ide cerita ditulis dan dikembangkan,” papar Joko Anwar.

Untuk menghemat anggaran, sineas kelahiran 3 januari itu pindah dari rumah di Karawaci Tangerang ke rumah susun Pejompongan, Jakarta. Sayangnya pindah ke rumah susun bukanlah solusi efektif untuk menyelamatkan diri dari impitan ekonomi. Kantong Joko Anwar terus menipis.

Untuk mengisi perut pun, Joko sempat menyetok arem-arem untuk seminggu.  “Akhirnya saya menyambung hidup dengan makan arem-arem setiap hari. Saya membeli satu boks arem-arem untuk dimakan selama 1 minggu. Satu boks arem-arem isinya 20 bungkus. Biar awet, saya menyimpan arem-arem di kulkas,” ujar Joko.

Beberapa sahabat mengunjungi dirinya untuk melihat keadaannya. Salah satunya, Hera yang bekerja di sebuah media. Setiap berkunjung, Hera diam-diam selalu meninggalkan uang di rumahnya. “Karena ia tahu saya tidak mau berutang apalagi minta-minta ke orang lain,” Joko Anwar mengenang.

Dalam kondisi seperti itu, Joko Anwar terus menulis naskah. Titik cerah muncul ketika rumah produksi MD Pictures menyetujui proyek layar lebar, Kala. Film yang dibintangi Shanty dan Fachri Albar itu memang gagal mencetak box office. Namun berhasil  meraih 3 Piala Citra termasuk Film Berbahasa Indonesia Terbaik di Festival Film Indonesia (FFI 2007).

Proyek lain yang datang bersamaan dengan Kala yakni Fiksi. (Film Terbaik FFI 2008), dan Quickie Express. Judul yang disebut terakhir, ditonton lebih dari 1 juta orang.

Ledakan Pengabdi Setan tak membuat Joko Anwar besar kepala. Ia tahu rasanya terpuruk, karenanya kesuksesan Pengabdi Setan tidak membuatnya kemaruk. Joko Anwar percaya, Pengabdi Setan tidak akan sukses kalau tidak didukung banyak pihak termasuk jaringan bioskop dan penonton.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus