Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Tujuh ekor kerbau albino atau kebo bule diikutkan dalam kirab yang digelar oleh Keraton Kasunanan Surakarta, Selasa malam 11 September 2018. Kirab itu digelar untuk menyambut pergantian Tahun Baru Jawa atau yang dikenal dengan malam Sura.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Kirab malam Sura itu disaksikan oleh ribuan warga dan wisatawan yang berkumpul di depan keraton. Banyak dari mereka yang datang sejak petang. Warga juga memadati di jalan-jalan yang dilalui rombongan kirab.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Rombongan kirab malam Sura mulai keluar dari Bangsal Kori Kamandungan sekira pukul 23.00 WIB. Tujuh kebo bule menjadi barisan terdepan atau cucuk lampah dalam kirab itu. Di belakangnya, ratusan abdi dalem dan kerabat keraton mengikuti dengan mengenakan pakaian adat beskap dan kebaya.
Peserta kirab juga membawa beberapa pusaka milik keraton. Tentu saja, asap dupa dan kemenyan yang mengepul membuat nuansa sakral dari ritual tahunan itu terasa sangat kuat.
Mereka menyusuri rute yang telah ditentukan. Meski rutenya tidak terlalu jauh, kirab itu memakan waktu beberapa jam hingga kembali lagi ke Kori Kamandungan. Di sepanjang jalan, warga baru bubar setelah iring-iringan peserta kirab lewat semua.Kirab Peringatan Malam 1 Suro Keraton Surakarta Hadiningrat mengelilingi Keraton (8/12) dinihari. TEMPO/Andry Prasetyo
Saat ini, Keraton Kasunanan Surakarta memiliki 17 ekor kerbau bule yang dipelihara di sekitar Alun Alun Selatan. “Kami memilih tujuh untuk diikutkan kirab,” kata Pengageng Parentah Keraton, KGPH Dipokusumo. Pemilihan berdasarkan beberapa hal, salah satunya kejinakan.
Menurut Dipokusumo, kerbau memiliki kedekatan yang sangat erat dengan budaya masyarakat Jawa. “Bahkan banyak tokoh di masa lampau yang menggunakan nama kebo, misalnya Kebo Kanigara,” kata dia.
Kerbau juga dianggap menjadi sahabat bagi masyarakat agraris. Hewan itu sangat berguna untuk membajak sawah. “Kerbau juga digunakan untuk menarik gerobak yang mengangkut hasil bumi dari desa ke kota atau pasar” katanya.
AHMAD RAFIQ (Surakarta)