Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Kemenparekraf Galakkan Pariwisata Berkelanjutan, Apa Saja yang Jadi Andalan?

Menparekraf menyebut pariwisata berkelanjutan menjadi tren wisata yang menarik wisatawan saat ini, baik domestik maupun internasional.

3 Juli 2023 | 22.06 WIB

Wisatawan berfoto di titik swafoto Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno di lokasi wisata Iboih, Sabang, Aceh, Senin, 1 Mei 2023.  Dinas Pariwisata Aceh bersama Pemerintah Kota Sabang terus mempromosikan wisata bawah laut atau bahari di daerahnya yang menjadi sektor andalan untuk menggaet wisatawan domestik maupun mancanegara. ANTARA FOTO/Khalis Surry
material-symbols:fullscreenPerbesar
Wisatawan berfoto di titik swafoto Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno di lokasi wisata Iboih, Sabang, Aceh, Senin, 1 Mei 2023. Dinas Pariwisata Aceh bersama Pemerintah Kota Sabang terus mempromosikan wisata bawah laut atau bahari di daerahnya yang menjadi sektor andalan untuk menggaet wisatawan domestik maupun mancanegara. ANTARA FOTO/Khalis Surry

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Pariwisata berkelanjutan merupakan pengembangan konsep berwisata yang dapat memberikan dampak jangka panjang, baik terhadap sosial, budaya, maupun bagi ekonomi dan lingkungan. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menyebut pariwisata berkelanjutan menjadi tren wisata yang menarik wisatawan saat ini, baik domestik maupun internasional. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

“Hutan dan pegunungan selama ini menjadi magnet utama. Tapi wisata bahari, wisata minat khusus, megalitik, juga sangat menjanjikan dan semua aspeknya adalah keberlanjutan dengan pendekatan konservasi, terutama untuk wisata alam,” jelasnya, Senin, 3 Juli 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dari semua jenis wisata yang menjanjikan, mulai dari wisata bahari hingga megalitikum, Sandi menyebut seluruhnya mengarah pada aspek keberlanjutan. Menurut Sandi, saat ini wisatawan juga banyak mengincar destinasi wisata yang mengutamakan keberlanjutan, kehidupan personal, kehidupan lokal, hingga sensasi liburan dengan representasi mental.

“Jadi, semua konsepnya itu adalah kehidupan personal, kehidupan lokal, yang terkustomisasi, kecil dalam ukuran namun berdampak besar. Kalau anak muda sekarang bilang ini wisata healing,” papar mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu.

Perlunya kolaborasi
Dengan potensi itu, Kemenparekraf menargetkan para pelaku usaha mampu mengelola berbagai obyek wisata Tanah Air sesuai minat pasar. Kolaborasi lintas kementerian, akademisi, pelaku usaha, hingga komunitas menjadi strategi kunci bagi pariwisata yang berhasil.

“Semakin banyak pelaku usaha yang mengelola, semakin banyak juga pariwisata Indonesia yang memberikan dampak berkualitas dan berkelanjutan. Saya yakin dari total 2.500 lebih perusahaan pengelola wisata ini sangat mengerti bagaimana kita bisa mendorong wisata minat khusus ini,” ujar Sandi.

Ia mengatakan segala infrastruktur baru yang dibangun pada obyek-obyek wisata juga akan selalu diupayakan mengutamakan aspek keberlanjutan dari lingkungan. Upaya itu juga diiringi dengan sertifikasi standar pariwisata berkelanjutan yang dikomandoi Indonesia Sustainable Tourism Council.

“Pariwisata ini juga harus menjadi sektor yang memberikan dampak ekonomi yang berkelanjutan, ekonomi hijau, sehingga kegiatan pariwisata ini juga bisa membantu menangani isu-isu perubahan iklim,” paparnya.

Saat ini, indeks daya saing pariwisata dan perjalanan atau Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI) yang dirilis World Economic Forum (WEF) pada 24 Mei 2022 menunjukkan Indonesia melesat naik 12 peringkat dari posisi 44 menjadi 32 besar dunia, mengalahkan Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Filipina.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus