Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Lebih 100 Kasus Baru Virus Corona Muncul di Beijing

Pemerintah Beijing mengunci 24 kompleks perumahan, akibat munculnya virus corona gelombang kedua yang mengakibatkan 100 orang lebih terinfeksi.

16 Juni 2020 | 13.29 WIB

Seorang staf medis dalam pakaian pelindung melakukan tes swab dari orang-orang yang baru-baru ini melakukan perjalanan ke Beijing, menyusul kasus baru infeksi penyakit  virus corona (Covid-19) di ibu kota Cina, di Nanjing, provinsi Jiangsu, Cina 15 Juni 2020. China Daily via REUTERS
Perbesar
Seorang staf medis dalam pakaian pelindung melakukan tes swab dari orang-orang yang baru-baru ini melakukan perjalanan ke Beijing, menyusul kasus baru infeksi penyakit virus corona (Covid-19) di ibu kota Cina, di Nanjing, provinsi Jiangsu, Cina 15 Juni 2020. China Daily via REUTERS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah kota Beijing, ibu kota Cina, memperketat karantina wilayah (lockdown) dalam upaya menahan penyebaran virus corona.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Beijing mendapati lebih dari 100 kasus baru dalam wabah baru, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Kasus ini muncul, setelah Beijing selama lebih dari tujuh minggu, hanya memantau kasus-kasus impor, dari infeksi yang berasal dari orang-orang yang datang dari luar negeri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Wabah gelombang kedua tersebut dikaitkan dengan pasar grosir terbesar di kota, Xinfadi. Menurut laporan media setempat, virus itu ditemukan di kios pasar hasil laut untuk salmon impor di pasar. Hal tersebut mendorong supermarket besar di Beijing menarik ikan dari rak-rak mereka.

Terkait kasus virus corona gelombang kedua tersebut, manajer umum pasar telah diberhentikan, bersama dengan pejabat lokal lainnya.

Namun dalam komentarnya, Kepala Kantor Kedaruratan WHO, Mike Ryan bersikap hati-hati tentang penyebab wabah tersebut. Kepada BBC, Ia menegaskan wabah dibawa oleh salmon impor atau kemasannya hanyalah "hipotesis".

Para ahli kesehatan lain telah menunjuk kontaminasi silang sebagai sumber yang lebih mungkin.

Kepala ahli epidemiologi dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Cina mengatakan jenis virus yang ditemukan di Beijing, tidak menyerupai jenis yang beredar di seluruh negara itu. Dan WHO juga mendesak Cina untuk berbagi urutan genetik dari jenis virus tersebut.

Pemerintah Cina bergerak cepat. Aparat menutup pasar pada Sabtu pagi, 13 Juni 2020 dan pembatasan diberlakukan pada lingkungan terdekat.

Pada hari Senin, 15 Juni 2020, Beijing telah mendirikan hampir 200 tempat pengujian dan menghubungi sekitar 200.000 orang yang telah mengunjungi pasar sejak akhir Mei, lapor kantor berita Xinhua melaporkan.

Relawan di pos pemeriksaan keamanan menguji suhu warga. Penguncian juga telah diperluas ke 21 kompleks perumahan yang dekat dengan pasar.

Tempat-tempat olahraga dalam ruangan dan hiburan di seluruh Beijing telah diperintahkan untuk ditutup, seperti halnya banyak sekolah.

Pengunjung menikmati makanan di food court sebuah mall setelah meredanya pandemi virus corona atau COVID-19 di Beijing, Cina, 15 Mei 2020. REUTERS/Carlos Garcia Rawlins

Kekhawatiran atas wabah kedua datang ketika Beijing berusaha untuk kembali ke kehidupan normal. Cina melaporkan kasus virus corona menurun ketika negara-negara lain justru mengalami peningkatan. Kini kasus baru telah muncul di Beijing.

Sementara, pada Senin, 15 Juni 2020, Jerman, Belgia, Kroasia dan Swiss membuka kembali perbatasan mereka ke negara-negara UE lainnya, sementara kafe dan restoran dibuka di Prancis.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus