Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Lereng Merapi Dijadikan Sentra Perkebunan Kopi

Pemerintah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, menjadikan kawasan lereng Gunung Merapi sebagai sentra perkebunan dan produksi kopi.

4 April 2018 | 17.10 WIB

Ilustrasi buah kopi
Perbesar
Ilustrasi buah kopi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Sleman - Pemerintah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, menjadikan kawasan lereng Gunung Merapi sebagai sentra perkebunan dan produksi kopi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

"Pemkab Sleman memang sudah menanam pohon kopi di lereng Gunung Merapi, saat ini Kopi Merapi sudah mendunia," kata Wakil Bupati Sleman Sri Muslimatun, Selasa, 3 April 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut dia, karena jumlah produksi dan stoknya belum banyak maka kopi Merapi belum bisa memenuhi kebutuhan pasar. "Kopi Merapi saat ini belum mampu memenuhi kebutuhan pasar, terutama ke luar negeri," katanya.

Sri mengatakan lereng Merapi ke depan diharapkan menjadi Ijo Royo-royo, berupa tanaman kopi yang saat ini sudah mulai berkembang. "Nantinya diharapkan kopi Merapi bisa semakin terkenal dan dapat mendukung sektor pariwisata juga," katanya.

Ketua Koperasi Usaha Bersama Kebun Makmur Cangkringan, Sleman, Sumijo mengatakan kopi Merapi saat ini sudah memiliki pasar sendiri. "Pasar kopi Merapi saat ini sudah masuk di hotel, kafe, toko oleh-oleh, ataupun warung kopi terutama di seputar Daerah Istimewa Yogyakarta," katanya.

Dia mengatakan pihaknya juga tidak takut bersaing dengan kopi-kopi hasil produksi daerah lainnya. Karena kopi juga mempunyai kualitas yang bisa diandalkan.

"Dengan membuka pasar sendiri ini maka harga tidak mengikuti dengan pasaran nasional maupun dunia. Kami membuat pasar sendiri. Tidak tergantung dengan harga kopi dunia atau nasional," ujarnya.

Sumijo mengatakan kualitas yang berbeda dengan produk kopi daerah lainnya di antaranya seperti tanaman yang tumbuh di lereng Gunung Merapi ini membuat aromanya lebih muncul.

"Pengaruh abu vulkanik yang menjadi pupuk organiknya. Selain itu juga memakai pupuk kandang jadi tidak begitu berat dan tidak masalah untuk lambung bagi yang menikmatinya," kata Sumijo.

ANTARA

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus