Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Sleman - Pemerintah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, menjadikan kawasan lereng Gunung Merapi sebagai sentra perkebunan dan produksi kopi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Pemkab Sleman memang sudah menanam pohon kopi di lereng Gunung Merapi, saat ini Kopi Merapi sudah mendunia," kata Wakil Bupati Sleman Sri Muslimatun, Selasa, 3 April 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut dia, karena jumlah produksi dan stoknya belum banyak maka kopi Merapi belum bisa memenuhi kebutuhan pasar. "Kopi Merapi saat ini belum mampu memenuhi kebutuhan pasar, terutama ke luar negeri," katanya.
Sri mengatakan lereng Merapi ke depan diharapkan menjadi Ijo Royo-royo, berupa tanaman kopi yang saat ini sudah mulai berkembang. "Nantinya diharapkan kopi Merapi bisa semakin terkenal dan dapat mendukung sektor pariwisata juga," katanya.
Ketua Koperasi Usaha Bersama Kebun Makmur Cangkringan, Sleman, Sumijo mengatakan kopi Merapi saat ini sudah memiliki pasar sendiri. "Pasar kopi Merapi saat ini sudah masuk di hotel, kafe, toko oleh-oleh, ataupun warung kopi terutama di seputar Daerah Istimewa Yogyakarta," katanya.
Dia mengatakan pihaknya juga tidak takut bersaing dengan kopi-kopi hasil produksi daerah lainnya. Karena kopi juga mempunyai kualitas yang bisa diandalkan.
"Dengan membuka pasar sendiri ini maka harga tidak mengikuti dengan pasaran nasional maupun dunia. Kami membuat pasar sendiri. Tidak tergantung dengan harga kopi dunia atau nasional," ujarnya.
Sumijo mengatakan kualitas yang berbeda dengan produk kopi daerah lainnya di antaranya seperti tanaman yang tumbuh di lereng Gunung Merapi ini membuat aromanya lebih muncul.
"Pengaruh abu vulkanik yang menjadi pupuk organiknya. Selain itu juga memakai pupuk kandang jadi tidak begitu berat dan tidak masalah untuk lambung bagi yang menikmatinya," kata Sumijo.
ANTARA