Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Makna Ritual Thudong, Perjalanan Panjang Para Biksu Sejak Zaman Buddha

Ritual Thudong diyakini telah dilakukan sejak zaman Buddha. Dalam setahun, bhante akan berjalan selama empat bulan untuk melaksanakan tradisi ini.

18 Mei 2024 | 08.00 WIB

Sebanyak 40 biksu thudong melintasi Bukit Kassapa saat memulai perjalanan dari Vihara Sima 2500 Buddha Jayanti, Semarang, Jawa Tengah, menuju Candi Borobudur, Kamis 16 Mei 2024. Ritual thudong ini dilakukan menjelang perayaan Tri Suci Waisak 2568 BE dengan jalan kaki menyinggahi beberapa vihara di sepanjang perjalanan menuju Candi Borobudur. TEMPO/Budi Purwanto
Perbesar
Sebanyak 40 biksu thudong melintasi Bukit Kassapa saat memulai perjalanan dari Vihara Sima 2500 Buddha Jayanti, Semarang, Jawa Tengah, menuju Candi Borobudur, Kamis 16 Mei 2024. Ritual thudong ini dilakukan menjelang perayaan Tri Suci Waisak 2568 BE dengan jalan kaki menyinggahi beberapa vihara di sepanjang perjalanan menuju Candi Borobudur. TEMPO/Budi Purwanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 40 bhikkhu atau biksu melaksanakan ritual thudong menuju ke Candi Borobudur untuk merayakan Tri Suci Waisak 2568 BE pada 23 Mei 2024. Para biksu yang berasal dari Malaysia, Singapura, Thailand, dan Indonesia itu dilepas dengan serangkaian ritual di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Cipayung, Jakarta Timur, Selasa malam, 14 Mei 2024.

Ritual yang dilakukan jelang Waisak ini awali dengan sesi pengambilan lentera air dan menuliskan harapan di Anjungan Yogyakarta, Kompleks TMII. Acara kemudian dilanjutkan dengan doa lintas agama dan pelepasan satwa di Promenade Archipelago serta ditutup dengan meditasi berjalan dan larung lentera Harapan Semesta di Danau Archipelago.

Thudong adalah perjalanan ritual para bhante, atau sebutan kehormatan untuk biksu yang dilakukan dengan berjalan kaki menempuh ribuan kilometer. Thudong berasal dari bahasa Pali, dhutanga yang berarti latihan keras. Tudhong diartikan sebagai kehidupan mengembara, bertapa, menyendiri, dan meditatif dari beberapa bhikhu. Latihan ini dilakukan sebagai bentuk menjalani perintah Sang Buddha, yaitu 13 praktik pertapaan. Artinya, bhante harus menyatu dengan alam untuk mencapai meditatif.

Ritual thudong biasanya dilakukan oleh para biksu yang telah mengambil sumpah untuk hidup sebagai biksu pengembara atau biksu Aranyaka. Mengutip publikasi A Study of Most Venerable Mun Bh Ridatta Thera’s Method of Citta Bh Van “Buddho” Practice, dalam praktik thudong, para biksu melakukan perjalanan jauh tanpa membawa banyak perbekalan atau uang, dan mereka harus bergantung pada dukungan masyarakat dan umat Buddha di sepanjang perjalanan mereka.

Tujuan utama dari thudong adalah untuk mencari pemahaman yang lebih dalam tentang ajaran Buddha, membersihkan pikiran dan hati dari hambatan, dan mencapai keadaan meditasi yang lebih dalam. Selama perjalanan thudong, para biksu harus berlatih disiplin diri, termasuk puasa, meditasi, dan pembiasaan kesederhanaan.

Mereka juga diharapkan untuk menghindari tiga dosa utama dalam Buddhisme, yaitu keinginan, kemarahan, dan kebodohan. Para biksu mengembangkan nilai kebajikan, yaitu kasih sayang, kedermawanan, dan kebijaksanaan.

Thudong masih dilakukan oleh beberapa biksu di negara-negara Theravada seperti Thailand, Sri Lanka, dan Myanmar. Meskipun praktik ini semakin jarang, karena perubahan sosial dan ekonomi yang mempengaruhi masyarakat. Namun, thudong masih dianggap sebagai praktik yang penting dalam tradisi Buddhisme Theravada dan dihormati oleh umat Buddha di seluruh dunia.

Lebih lanjut, Bhante Dhammavuddho menjelaskan bahwa thudong merupakan tradisi berjalan yang sudah berlangsung sejak dahulu. Pada zaman Buddha, belum ada vihara atau tempat tinggal para bhante sehingga oleh sang Buddha para bhante diberi kesempatan tinggal di hutan, gunung, atau gua. Dalam setahun, bhante akan berjalan selama empat bulan untuk melaksanakan tradisi ini.

Dalam perjalanan religi itu, para bhante akan belajar mengenai kesabaran seperti yang diajarkan Buddha. Mereka terkena panas, hujan, dan ini juga makan satu hari satu kali dan minuman seadanya. Perjalanan religi itu juga bertujuan untuk membangun persaudaraan dan menyebarkan kedamaian.

Sebelumnya, thudong juga dilakukan memperingati Waisak 2567 BE pada 2023. Kendati demikian, tahun ini bhante akan menumpangi sebuah bus untuk pergi ke Semarang, Jawa Tengah, dan dilanjutkan berjalan kaki ke Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Sementara pada 2023 mereka berjalan kaki dari Thailand menuju Candi Borobudur.

Saat itu, untuk pertama kalinya Indonesia didatangi oleh para bhante yang sedang thudong. Rombongan penganut Buddha itu diketahui memulai perjalanannya pada 23 Maret 2023 dari Nakhon Si Thammarat, Thailand melewati Malaysia, Singapura dan tiba Batam pada 8 Mei 2023.

KHUMAR MAHENDRA | MILA NOVITA | NINIS CHAIRUNNISA | KAKAK INDRA PURNAMA | NIA HEPPY LESTARI

Pilihan Editor: Sebanyak 40 Biksu Thudong Memulai Perjalanan ke Candi Borobudur

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus