Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Namanya telah diabadikan menjadi nama jalan di Kabupaten Bekasi. Kini, berkat jasanya dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, Pemerintah Kabupaten Bekasi merencanakan pembangunan Museum Sejarah bagi Pahlawan Nasional KH Noer Ali.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bupati Bekasi Eka Supria Atmaja mengatakan rencana pembangunan museum tersebut saat ini memasuki tahap kajian serta konsultasi menyangkut teknis pembangunan dengan pihak keluarga. "Kita memang ingin membangun sebuah museum tentang Kiai Haji Noer Ali, sedang kita kaji dan sedang dikonsultasikan dengan pihak keluarga," kata dia, Rabu, 11 November 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Museum itu rencananya akan berdiri di area Pondok Pesantren At-Taqwa Puteri yang berlokasi di Kampung Ujungharapan, Kelurahan Bahagia, Kecamatan Babelan.
Pemerintah Kabupaten Bekasi menginisiasi pembangunan museum ini guna menghargai jasa serta perjuangan sosok ulama pejuang yang dijuluki Singa Karawang-Bekasi itu. "Kiai Haji Noer Ali merupakan sosok pahlawan kebanggaan Bekasi yang dikenal kiprahnya di masa perjuangan, ini hanya sebagian kecil saja sebagai usaha kita mengapresiasi jasa-jasa beliau," kata Eka.
KH Noer Ali yang tersohor dengan julukan Singa Karawang Bekasi itu lahir di Babelan, Bekasi, pada 1914. Wawasan keislamannya tidak perlu diragukan lagi. Ia telah melanglang buana belajar keislaman kepada para ulama besar di Tanah Air maupun di Mekah. Diantaranya, ia pernah menimba ilmu agama kepada Guru Maksum di Kampung Bulak, Guru Mughni di Ujung Malang, Guru KH Marzuki dan Syaikh Ali Al Maliki di Mekah. Ia pun dikenal sebagai santri paling cerdas.
Saat masa pendidikan memperdalam wawasan keislaman itu KH Noer Ali secara langsung juga melihat kondisi nyata kehidupan bangsa dan masyarakatnya. Ia melihat ada yang timpang antara ilmu keislaman diperolehnya dengan fakta realita. Adanya kesewenangan tuan tanah ke warga pribumi, kekejian aparat kolonial kala itu, ketidakadilan, maksiat dan lainnya membuat semangat cinta Tanah Air lahir dalam dirinya
Pada 1940, KH Noer Ali mendirikan pondok pesantren. Kehadirannya mulai merisaukan para tuan tanah dan pemerintah kolonial. Sebab seluruh warga dengan sukarela memberikan tanahnya untuk pembangunan akses jalan di Ujung Malang, Teluk Pucung dan Pondok Ungu. Hal yang membuat tuan tanah tak bisa lagi membeli tanah dengan harga yang merugikan warga.
Pada 1942, nama KH Noer Ali masuk dalam daftar ulama yang harus bekerja sama dengan penjajah Jepang. Penjajah Jepang memintanya agar bersedia bekerja sama dengan Jepang melalui rekannya asal Thailand saat menjadi santri di Mekah. Ia dengan tegas menolaknya. Ia tak ingin pesantrennya nanti tak terurus dan para santrinya terpecah sebab enggan berkompromi dengan penjajah Jepang.
Pada masa perebutan kemerdekaan, KH Noer Ali mempersiapkan santrinya untuk masuk ke latihan kemiliteran yang dibentuk Jepang. Ada juga yang disalurkan ke Pasukan Pembela Tanah Air agar ikut berperang di medan tempur. Ia sendiri terjun memimpin laskar-laskar rakyat untuk bertempur merebut kemerdekaan.
Bahkan ulama itu dikenal sebagai singa medan perang. Ia pernah menjadi Komandan Bataliyon Tentara Hizbullah Bekasi. Sejarah mencatat, pada 1947 KH Noer Ali terlibat pada pertempuran sengit di Karawang-Bekasi dengan tentara penjajah Belanda. Kala itu, ia memerintahkan warga dan pasukannya untuk membuat bendera merah putih ukuran kecil lalu dipasang di setiap pohon dan tiang. Tujuannya untuk mempertegas bahwa Indonesia masih ada dan siap mempertahankan kemerdekaannya.
Dari perjalanan perjuangan sejarah itu, Eka berharap keberadaan Museum KH Noer Ali bisa memberikan banyak informasi kepada masyarakat Kabupaten Bekasi tentang sosok pahlawan yang patut dijadikan teladan. "Seperti apa yang diungkap bapak pendiri bangsa kita, Jas Merah, jangan sekali-kali melupakan sejarah," katanya.
Adapun yang akan disimpan di museum adalah beragam barang peninggalan sang ulama seperti tongkat, golok dan mobil. Ada juga dokumen sejarah tentang KH Noer Alie terdiri atas beberapa jenis mulai dari tulisan maupun dokumentasi berupa rekaman ceramah dan gambar video.