Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Seleb

Musik Tradisi Ditinggalkan, Ini Komentar Gitaris Balawan

Menurut Balawan, sosialisasi musik tradisi saat ini sangat kurang. Di televisi, musik tradisi sering muncul di luar jam tayang utama (prime time).

4 September 2015 | 14.04 WIB

I Wayan Balawan menunjukan kebolehanya bermain gitar saat gladi resik pementasan Balawan dan Batuan Ethnic Fusion dalam Forum World Music Salihara 2015 di Teater Salihara, Jakarta, 04 Agustus 2015. Balawan merupakan gitaris sekaligus penulis lagu yang mem
Perbesar
I Wayan Balawan menunjukan kebolehanya bermain gitar saat gladi resik pementasan Balawan dan Batuan Ethnic Fusion dalam Forum World Music Salihara 2015 di Teater Salihara, Jakarta, 04 Agustus 2015. Balawan merupakan gitaris sekaligus penulis lagu yang mem

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Gitaris I Wayan Balawan prihatin melihat musik tradisi yang kini mulai ditinggalkan masyarakat. Masyarakat, terutama generasi muda banyak yang beralih ke musik modern. Padahal, musik punya ciri khas yang unik sebagai indentitas kebudayaan yang telah diwariskan oleh masa lalu.

Bersama komposer Rahayu Supanggah, Balawan menjadi narasumber dalam diskusi Meja Bundar Musik yang diadakan di Teater Luwes, Institut Kesenian Jakarta, pada Kamis, 3 September 2015. Menurut dia, pelestarian musik tradisi tidak akan bisa berjalan baik tanpa didahului dengan pengenalan.

"Apa yang dirawat kalau orang kenal juga nggak? Musik tradisi sosialisasinya kurang, dari media juga kurang. Seandainya pun ada di televisi, tapi nggak tayang di prime time," ungkap gitaris yang memadukan permainan jazz pada gitarnya dengan aransemen gamelan kebyar Bali ini.

Balawan juga menjelaskan bahwa kesempatan untuk mengenalkan musik tradisi kepada generasi muda jadi semakin sedikit. Salah satu faktornya adalah pola aktivitas mereka yang memang banyak menyita waktu.

"Anak-anak enggak ada waktu lagi, pulang sekolah mereka les, ngerjain PR, udah capek duluan. Nggak ada lagi seperti zaman saya yang waktu pulang sekolah nongkrong lihat orang-orang main gamelan di Gianyar," ujar pendiri grup musik Batuan Ethnic Fusion itu.

Sementara itu, komposer Supanggah menyarankan untuk belajar dari orang Barat soal bagaimana mereka memperlakukan musik. Supanggah mengatakan bahwa orang Barat baru mau merawat sesuatu kalau ada kegunaannya, misalnya dalam hal musik adalah untuk terapi.

"Di Inggris, ada proyek Good Vibration yang memperdengarkan gamelan kepada orang-orang yang dipenjara untuk terapi. Orang yang dipenjara biasanya (perangainya) keras, tapi setelah diperdengarkan gamelan jadi tidak keras," ungkap komposer yang lama di tinggal di Prancis itu.

LUHUR TRI PAMBUDI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Aliya Fathiyah

Aliya Fathiyah

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus