Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Pesona Tiga Desa Wisata yang Wakili Indonesia di UNWTO Best Tourism Village 2021

Tiga desa wisata itu akan bersaing dengan desa wisata lain di sejumlah negara seperti Murcia Spanyol, Alonissos Western Samos dan Soufli Yunani.

3 November 2021 | 08.32 WIB

Tujuh bangunan rumah desa adat Waerebo yang disebut Mbaru Niang, 28 April 2017. Desa adat Waerebo berada di lembah yang diapit beberapa punggungan, membuat wisatawan untuk mencapai desa itu harus mendaki membelah hutan sejauh 7 km selama kurang lebih 4 jam. ANTARA FOTO
Perbesar
Tujuh bangunan rumah desa adat Waerebo yang disebut Mbaru Niang, 28 April 2017. Desa adat Waerebo berada di lembah yang diapit beberapa punggungan, membuat wisatawan untuk mencapai desa itu harus mendaki membelah hutan sejauh 7 km selama kurang lebih 4 jam. ANTARA FOTO

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia memiliki ratusan bahkan ribuan desa wisata yang memiliki keunikan daya tariknya masing-masing. Bahkan, ada tiga desa wisata yang terpilih untuk mewakili Indonesia bersaing dalam ajang internasional UNWTO Best Tourism Villages 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Tiga desa itu adalah Desa Wisata Nglanggeran, Gunung Kidul, DI Yogyakarta; Desa Wisata Tetebatu, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat dan Desa Wae Rebo, Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Ketiga desa ini siap beradu keindahan dengan desa wisata di berbagai belahan dunia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada ketiga desa yang berhasil mewakili Indonesia di ajang UNWTO Best Tourism Villages 2021. “Mudah-mudahan ini menjadi langkah kita bersama dalam menjadikan desa wisata di Indonesia sebagai pariwisata berkelas dunia, berdaya saing, berkelanjutan dan mampu mendorong pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat,” kata dia dalam keterangannya.

Tiga desa wisata itu akan bersaing dengan desa wisata lain di sejumlah negara seperti Murcia (Cehegin), Spanyol; Alonissos, Westerb Samos, dan Soufli yang mewakili Yunani. Ada juga desa wisata dari Asia Tenggara seperti Vietnam, Filipina, Thailand, Malaysia, Kamboja dan masih banyak lagi.

Meski begitu, tiga desa wisata itu diyakini bisa tetap memukau dunia dengan pesonanya masing-masing. Desa Wisata Nglanggeran misalnya yang terletak di kawasan Gunung Api Purba. Pesona alam itu menjadi daya tarik utama desa bagi para wisatawan yang menyukai wisata alam.

Berbagai kegiatan dilakukan di Desa Wisata Nglanggeran, Gunungkidul, Yogyakarta. Foto. dok. Pengelola Dersa Wisata Nglanggeran

Tak hanya alam, desa wisata Nglanggeran mempesona dengan budayanya, seperti Kampung Pitu, yakni satu kampung yang hanya boleh diisi 7 keluarga serta  Tarian Reog Nglanggeran, GejogLesung, Jathilan, Kenduri, Karawitan dan Festival Kirab Budaya.

Desa Wisata Tetebatu juga mengunggulkan pesona alam dengan letaknya yang berada di lembah Gunung Rinjani. Selain pemandangan indah Gunung Sangkareang dan Gunung Rinjani, ada air terjun Sarang Walet atau Bat Cave dan air terjun Kokok Duren yang tak kalah mempesona.

Lahan pertanian bertingkat di Tetebatu, Lombok, NTB.

Wisatawan juga bisa mengunjungi Hutan Monyet dan bisa melihat monyet hitam endemik asli Tetebatu. Yang menarik lagi, Tetebatu menyimpan peninggalan bersejarah berupa Al Quran kuno yang sudah berusia 200 tahun.

Sedangkan Desa Wae Rebo selama ini sudah dikenal sebagai surga di atas awan karena letak desa yang berada di atas ketinggian 1.000 mdpl. Tak heran jika pemandangan yang disuguhkan begitu memukau, layaknya lukisan.

Di desa ini ada tujuh rumah adat yang menjadi ikonik dari Desa Wae Rebo, yakni Mbaru Niang yang berbentuk kerucut. Berbagai acara adat selalu dilakukan setiap tahunnya, seperti upacara persembahan untuk roh yang menghuni tempat Wae Rebo yang dilakukan dua kali dalam setahun, yakni pada Juni dan Oktober 2021.

Dengan eksotisme alam dan budaya Desa Wae Rebo, maka tidak heran jika mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai warisan budaya dunia pada Agustus 2012. Dan tentunya tiga desa wisata ini layak bersaing dengan desa lain di seluruh dunia.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus