ENAM penari jelita dari Paris meliuk-liukkan tubuh dengan sorot
mata yang tajam. Dengan gaya merangsang, Rose Mary, seorang
vokalis cantik dari kelompok French Can Can mengalunkan lagu,
menghangatkan malam tutup tahun 1979 yang dingin. Maka lagu Auld
Lang Syne yang tenar itu pun memenuhi ruangan bagai
memanggil-manggil tahun 1980.
Itu terjadi di Flores Ballroom Hotel Borobudur, Jakarta. Untuk
lebih menyemarakkan suasana ruang pertunjukan hotel ini telah
disulap dengan dekorasi dan tatawarna yang mengingatkan
pengunjung akan Kota Paris, lengkap dengan Menara Eifel. Ruang
Ballroom hotel itu memang sesak pengunjung.
Bermalam tahun baru di hotel-hotel mewah maupun klub malam makin
menjadi kebiasaan warga kota-kota besar terutama di Jakarta.
Pengunjung juga tak kurang melimpahnya, meskipun beberapa minggu
sebelumnya Menhankam M. Jusuf mengulangi lagi adanya larangan
bagi warga ABRI memasuki ruang pertunjukan serupa itu. Sementara
itu pertunjukan di ujung tahun seperti ini telah menjadi bisnis
yang cukup menggiurkan bagi kalangan pemilik hotel maupun klub
malam. Coba saja, untuk menyuguhkan tari-tarian dan nyanyian
dari Prancis itu Hotel Borobudur mengedarkan kartu undangan
berharga Rp 60.000 tiap lembar.
Lebih tinggi dari itu adalah karcis malam tahun baru di Jakarta
Hilton Hotel Internasional. Seperti penutup tahun 1978 lalu,
hotel ini kembali menyuguhkan 3 penyanyi negro dari Amerika
Serikat, The Sopbisticates. Tiap lembar karcis dihargai Rp
65.000, "termasuk pelayanan, pajak dan hidangan makan minum."
Sebanyak 700 undangan habis dibabat peminat, sehingga Golden
Ballroom yang hanya mampu menampung 500 kursi harus melebarkan
sayap ke Executive Club hotel itu.
Untuk pertama kalinya Hotel Kartika Chandra juga mengadakan
acara malam tutup tahun. Hotel ini menyuguhkan penyanyi Emilia
Contessa dengan lawakan Bagio dkk. Dengan harga Rp 48.000 untuk
tiap lembar karcis, sebanyak 200 kursi diborong habis
pengunjung.
Sama dengan Jakarta Hilton, Hotel Sahid Jaya juga
membagi-bagikan karcis dengan harga Rp 65.000 tiap lembar.
Suguhannya adalah artis-artis dari Filipina.
Emilia Contessa
Rezeki tahun baru tak hanya memadati kantong pemilik-pemilik
tempat hiburan. Juga para artis. Acara semalam suntuk di Hotel
Kartika Chandra memadati dompet penyanyi Emilia Contessa dengan
uang Rp 1,5 juta. Bob Tutupoly walaupun hanya bertindak sebagai
pembawa acara (MC) di Jakarta Hilton mengantongi Rp 2 juta --
hampir sama dengan yang diterima Kris Biantoro yang juga jadi
pembawa acara di Hotel Sahid Jaya.
Yang paling sibuk adalah rombongan pelawak Bagio. Sejak beberapa
bulan sebelumnya grup ini telah dikontrak oleh Hotel Presiden,
Kartika Chandra dan Klub Malam Mirasa Sarinah. Sekaligus dalam
satu malam. Pertunjukan pertama pukul 21.00 hingga 23.00 di
Hotel Psiden, lalu lari ke Kartika Chandra dari jam 23.00
sampai 01.00. Terakhir di Mirasa hingga jam 03.00. Bagio tak mau
menyebut berapa honor grupnya untuk iga pertunjukan itu.
"Pokoknya 200% lebih mahal dari tarif biasa," ujarnya sambil
menambahkan "Itu rahasia perusahaan."
Tapi Bagio mengeluh juga. Katanya, ketika pertama kali ia
dihubungi penyelenggara malam hiburan tutup tahun itu,
disebutkan acara yang akan diadakan tak akan mendatangkan untung
besar. Hanya sekedar menyenangkan para relasi dan karena itu
karcis dijual murah. "Eh, taunya karcis dijual sampai Rp
50.000," kata Bagio sambil tertawa kecil. Dalam lawakan malam
itu, soal harga karcis itu mereka sindirkan.
Tarian Telanjang
Semua itu berlangsung di tempat-tempat mewah dan khusus bagi
kaum mampu. Warga ibukota yang tak mampu cukup merayakan malam
tahun baru di rumah. Pusat keramaian seperti tahun-tahun
sebelumnya di Monas dan Jalan Thamrin, sekali ini agak sepi.
Mungkin karena beberapa saat sebelum tengah malam hujan
mengguyur cukup deras. Akibatnya para penjual trompet kertas tak
sedikit yang harus membawa pulang lagi dagangannya, tak laku.
Warga Kota Bandung juga merayakan malam tahun baru dengan cara
masing-masing. Mulai di jalan raya sampai hotel-hotel, klub
malam, restoran dan tempat-tempat disko. Acaranya pun
berbeda-beda kebut-kebutan, melantai ataupun menyaksikan tarian
telanjang dan tari ular. Tiket dijual mulai Rp 5.000 sampai Rp
25.000.
Artis-artis setempat tentu kebagian rezeki pula. Pesinden laris,
terutama di beberapa kantor pemerintahan yang turut merayakan
malam itu dengan cara sederhana. Tapi tak ketinggalan pula R.
Kusumayatna Samba Kurnia Kusumadinata (silakan bernafas dulu)
alias Kang Ibing -- yang kalau di TVRI Bandung dikenal dengan
nama Si Kabayan. Sehari-hari ia dikenal sebagai pembawa acara
(MC) yang selalu diselingi lelucon. Ia mengakui menjelang malam
tutup tahun ia mendapat banyak tawaran untuk melawak maupun
menjadi MC. Tapi ia hanya menerima tawaran untuk membawa acara
hiburan di Sariater, sebuah tempat mandi air panas di Ciater,
Subang. Bersama pasangannya, Kusman, untuk « jam membawa acara
pertunjukan Kang Ibing mendapat honor Rp 500.000. Ini merupakan
tarif khusus, sebab biasanya ia hanya memasang harga Rp 50.000
sampai Rp 10000. Bahkan, menurut pengakuannya, terkadang ia tak
mau dibayar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini