Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Imut dan lembut, delapan boneka domba yang berjajar di panggung itu seperti menatap kerumunan penonton yang gelisah karena Jonathan Davis dan guyuban metalnya tak kunjung muncul. Barangkali ada yang abai, mungkin juga ada yang menatapnya dan memikirkan tentang domba-domba tersesat. Histeria penonton meluap ketika seorang teknisi panggung menaruh tongkat mikrofon. Masih terselubungi kain hitam. Tapi semua tahu, bila kain disingkap, tongkat mikrofon berbentuk patung perempuan telanjang yang akan tampak. " We want Korn, we want Korn...," teriakan ini membahana, berulang-ulang.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo