Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Galih Ginanjar, Pablo Benua, dan Rey Utami telah ditetapkan sebagai tersangka kasus pencemaran nama baik Fairuz A. Rafiq. Persoalan bermula saat Galih Ginanjar menyebutkan kata 'bau ikan asin' yang merujuk pada mantan istrinya Fairuz ketika diwawancara untuk konten Youtube Pablo Benua dan Rey Utami.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca: Galih Ginanjar Jadi Tersangka, Fairuz A Rafiq: Allahuakbar
Kasus ini mengundang perhatian sejumlah selebriti, khususnya mereka yang juga membuat konten di media sosial. Deddy Corbuzier dan Astrid Tiar menyampaikan sudut pandang mereka dalam membuat konten yang bakal disiarkan ke publik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dalam video yang diunggah di akun YouTube Sabrina Chairunisa, Deddy Coebuzier membagikan pendapatnya mengenai kasus yang sedang ramai diperbincangkan ini. Deddy Corbuzier mengatakan selalu berusaha tidak mengatakan hal–hal yang buruk tentang fisik seseorang, terutama mantan.
Rey Utami dan suaminya, Pablo Putera Benua. instagram.com
“Saya tidak suka ketika fisik seseorang apalagi mantan dibawa. Kalau sifat kan biasa ya diomongin, tapi kalau fisik saya rasa itu menyakitkan, apalagi kalau bicara tentang kelemahan-kelemahan orang dari bentuk tubuh, wajah, dan sebagainya,” ujar Deddy Corbuzier dalam video tersebut.
Selain Deddy Corbuzier, Astrid Tiar juga ikut memberikan opininya mengenai masalah ini. Saat memandu acara Insert Live, Astrid Tiar berpendapat bahwa konten ‘Mulut Sampah’ merupakan tanggung jawab dari Rey Utami dan Pablo Benua selaku pemilik channel.
"Yang punya akun itu adalah Rey dan Pablo, yang di mana Rey Utami dan Pablo Benua itu punya hak untuk mengedit apa konten-konten yang harus di-publish, apa yang tidak perlu di-publish," ujar Astrid. Konsep dari ‘Mulut Sampah’ sendiri adalah acara bincang–bincang dan narasumber bebas untuk menyampaikan apapun tanpa sensor.
Menurut Astrid, meskipun memiliki konsep apa adanya dan tanpa sensor, ada batasan moral yang tetap perlu dipertimbangkan dalam konten tersebut. "Kita ini sebagai warga masyarakat Indonesia memiliki nilai-nilai adat, budaya, agama, dan hukum," ucap Astrid Tiar.
AULIA ZITA LOPULALAN