Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - The Hallway menjadi tempat kumpul baru anak muda di Pasar Kosambi, Bandung. Pengelolanya menggubah lantai dua yang terbengkalai menjadi sentra ekonomi usaha kecil dan menengah. Lokasi itu juga kini menjadi tujuan wisatawan luar kota terutama di akhir pekan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dirintis sejak 2017, The Hallway mulai dibuka 1 Oktober 2020. Bermula dari tujuh kios yang dipugar pendirinya, kini tempat itu diramaikan oleh 140 kios yang terbagi di lima lorong utama.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Bagian tengah digunakan untuk deretan kios fesyen, hobi dan gaya hidup seperti salon, aksesoris dan dekorasi rumah. Deretan kios makanan dan minuman mengitari toko-toko itu. Area lain disiapkan untuk pertunjukan musik dan tempat pameran seni atau foto.
Pengunjung The Hallway, Dena Ayu, 24 tahun, dari Cimahi mengaku baru pertama kali ke Pasar Kosambi. Begitu juga adiknya, Raisya Camelita, 16 tahun, yang tinggal di Lembang. Mereka tertarik datang untuk mencoba sebuah wahana photo box yang antriannya bisa mengular panjang.
"Tempatnya seperti di mal, kontras dengan suasana pasar di lantai bawah," kata Dena di lokasi, Sabtu, 26 Februari 2022.
Gedung pasar milik pemerintah Kota Bandung itu terdiri dari enam lantai. Lantai basement diisi oleh pedagang sayur, buah dan makanan ringan. Adapun lantai satu diisi oleh pedagang baju dan toko emas.
Lantai dua hingga ke atas telah lama kosong. Kondisi itu dimanfaatkan Rilly Robbi Gusadi dan Faizal Budiman alias Bob bersama dua teman lainnya untuk menggunakan lantai dua seluas 3.100 meter persegi untuk membangun The Hallway.
(kiri ke kanan) Rilly Robbi Gusadi dan Faizal Budiman bersama dua temannya merintis The Hallway sejak 2017. TEMPO | Anwar Siswadi
Bermodal awal Rp 20 juta hasil patungan berempat, biaya renovasi kios hingga penambahan fasilitasnya seperti jaringan listrik dan air serta sarana pendukung lainnya telah menghabiskan sekitar Rp 2 miliar. Setelah disewa oleh 110 tenant, mereka rencananya akan menambah area yang belum terpakai untuk deretan kios baru.
Jumlah pengunjung harian rata-rata berkisar 700-800 orang per hari. Namun ketika merebak kasus varian Omicron turun menjadi 500-an pengunjung. Bahkan saat akhir pekan bisa berkisar 1.200-2.000 orang per hari.
Menurut Robbi, rata-rata per bulan yang datang ke Hallway sekitar 30-35 ribu orang. “Kebanyakan anak muda hingga keluarga dewasa, dari luar kota suka mampir akhir pekan sebelum pulang,” ujarnya.
Robbi mengatakan sejak lama mereka ingin punya tempat usaha bareng sekaligus lokasi kongkow anak muda Bandung. Inspirasi rencana itu merangkum konsep Pasar Santa dan M Bloc Space di Jakarta.
Membangun dari nol tanpa pengalaman menata bangunan hingga urusan keuangan, mereka belajar sambil menghidupkan The Hallway. Nama tempat itu tercetus dari cahaya matahari yang mereka lihat di ujung lorong-lorong gelap sebelumnya di lantai dua Pasar Kosambi Bandung.
Dari keramaian pengunjung The Hallway, mereka berharap para pedagang lain di lantai satu dan basement ikut kebagian pelanggan baru. Paling tidak kini kendaraan yang parkir di lantai bawah telah bertambah banyak.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.