Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Liburan akhir tahun dan Natal, cobalah bertandang ke Istanbul, Turki. Di sana berdiri sebuah gereja, yang mungkin, satu-satunya di dunia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pasalnya, tak ada gereja yang dibangun dengan material yang seluruhnya logam, tapi Bulgarian Iron Church di ibu kota Turki Ottoman itu adalah satu-satunya masjid di dunia, yang kesemuanya terdiri dari logam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meskipun dikenal sebagai pusat Imperium Islam selama berabad-abad, Turki Ottoman memberikan ruang kepada minoritas Kristen untuk beribadah. Di Istanbul, Bulgarian Iron Church yang bernama asli Gereja Bulgaria Santo Stefanus, berdiri megah di sepanjang Pantai Tanduk Emas bersama gereja-gereja lainnya.
Sepintas, gereja itu tak berbeda dengan gereja-gereja lainnya di dunia. Namun bila diperhatikan terdapat sesuatu yang berbeda pada Santo Stefanus.
Bulgarian Iron Church atau Gereja Santo Stefanus dibuat nyaris 100 persen dari logam. Dibangun di Wina, Austria dan dirakit di Istanbul, Turki. Foto: Darwinek/Wikipedia
Terlahir pada periode awal abad ke-19 dari eksperimen arsitektural dalam prefabrikasi, Santo Stefanus seluruhnya terbuat dari logam cor. Bahkan sampai hari ini, dindingnya terbuat dari logam dan bintik-bintik karat mekar dari lengkungan interiornya seperti bunga-bunga scarified.
Gereja itu terdiri atas lempengan-lempengan besi tuang, yang diapungkan di atas kapal-kapal kargo dari Wina, Austria, menyusuri Sungai Danube, melintasi Laut Hitam, melewati Selat Bosphorus, kemudian dirakit di tempat.
Menurut cerita yang populer di kalangan warga Istanbul, gereja itu bisa berada di jantung Imperium Islam karena Sultan Abdulaziz mengizinkan minoritas Ortodoks Bulgaria untuk membangun gerejanya. Namun, syaratnya, gereja itu harus bisa dibangun dalam waktu sebulan.
Tapi ada kisah lain yang menyebutkan, Gereja Santo Stefanus dibangun bermula dari kompetisi yang digelar pemerintah Bulgaria. Kompetisi yang didanai pemerintah itu, dimenangi arsitek Armenia, Hovsep Aznavur. Lalu pemerintah Bulgaria menawarkan cetakan gereja yang dibuat Aznavur, kepada Rudolph Philip Waagner Company. Perusahaan itu juga berhasil mengangkut 500 ton logam material gereja ke distrik Fatih Istanbul.
Meskipun gereja dikumpulkan dengan sangat cepat bahkan oleh standar modern, namun masih gagal memenuhi tuntutan sultan: membangun gereja dalam waktu sebulan. Gereja Santo Stefanus berdiri di atas bekas gereja kayu tua. Peninggalan gereja itu, berupa altar dari batu, akhirnya dijadikan altar dalam Gereja Santo Stefanus.
Karat mulai merambati langit-langi Gereja Santo Stefanus. Foto: https: flickr.com/photos/jmherrala
Perakitan selesai, dan Bulgarian Iron Church diresmikan pada 8 September 1898. Gereja itu masih difungsikan hingga kini. Di usianya yang mencapai dua abad, jejak-jejak karat mulai tampak, merambat pada langit-langitnya yang mewah. Tapi tetap saja menawan dari sisi bentuk dan konsep arsitekturalnya. Bahkan, pesonanya bisa dikagumi dari jauh, dari perairan Pantai Tanjung Emas.