Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Yogyakarta Berpotensi Diselimuti Kabut Pagi Sepanjang September, Ini Penjelasan BMKG

Kabut terbentuk karena kandungan udara dekat permukaan tanah cukup jenuh dengan uap air, berpotensi terjadi sepanjang September di Yogyakarta

1 September 2023 | 09.24 WIB

Kabut pagi di Yogyakarta (Dok. media sosial)
Perbesar
Kabut pagi di Yogyakarta (Dok. media sosial)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Yogyakarta - Sejumlah wilayah Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) diselimuti kabut pada Kamis pagi 31 Agustus 2023. Media percakapan warga dan media sosial pun ramai membahas fenomena yang menyelimuti wilayah Sleman seperti Kecamatan Godean, Moyudan, Moyudan, Seyegan, Mlati, dan Minggir itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Kepala Stasiun Klimatologi Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta Reni Kraningtyas menjelaskan fenomena kabut yang terjadi pagi kemarin salah satunya akibat kondisi atmosfer.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Terbentuknya kabut ini merupakan fenomena alam yang sering terjadi," ujar Reni dalam keterangannya, Kamis.

Reni melanjutkan, kondisi atmosfer pada pagi hari mendukung terbentuknya kabut karena kandungan udara dekat permukaan tanah cukup jenuh dengan uap air. 

"Biasanya kandungan uap air di dalam udara itu mempunyai kelembapan mendekati 100 persen," kata dia. "Apabila kandungan udara yang cukup jenuh berada di daerah yang suhu udaranya dingin atau di bawah titik beku, maka uap air akan berkondensasi, sehingga muncul kabut."

BMKG Yogyakarta pun telah memeriksa kelembapan udara di sekitar area yang diselimuti kabut. Hasilnya menunjukkan angka cukup tinggi yakni sekitar 95 persen.

"Suhu udara pada pagi hari sekitar jam 06.00 WIB terpantau 19,6 derajat celcius, jadi sangat memungkinkan terjadinya kabut di Sleman dan sekitarnya," katanya.

BMKG Yogyakarta menyebut bahwa Agustus hingga September ini potensi kabut serupa pada pagi hari itu masih bisa terus terjadi mengingat saat ini masih musim kemarau. "Pada musim kemarau suhu udara di pagi hari terasa lebih dingin daripada biasanya dan disertai kelembapan udara yang tinggi karena tutupan awan juga relatif masih sedikit," kata dia.

PRIBADI WICAKSONO

Pribadi Wicaksono (Kontributor)

Pribadi Wicaksono (Kontributor)

Koresponden Tempo di Yogyakarta.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus