Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Nama Sofyan Tsauri ramai dibicarakan di media sosial setelah beberapa aksi teror yang terjadi di Indonesia. Sofyan disebut-sebut sebagai agen intelijen yang disusupkan ke dalam gerakan Islam. Sofyan Tsauri membantah tudingan ia adalah anggota intelijen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia juga membantah menginfiltrasi gerakan Islam untuk mengkriminalisasi beberapa ulama, seperti Abu Bakar Ba’asyir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Saya dianggap sebagai orang yang memproduksi dan memprovokasi sebagian ikhwan-ikhwan FPI ke jaringan terorisme," ujar Sofyan saat dihubungi Tempo, Ahad, 20 Mei 2018.
Baca juga: Siapa Desertir Polisi di Balik Teroris Aceh?
Dalam informasi yang beredar, Sofyan Tsauri disebut sebagai anggota Brimob pencetak teroris. Sofyan diketahui sebagai mantan anggota kepolisian dengan pangkat terakhir brigadir. Polisi pernah menyebutkan bahwa Sofyan adalah anggota Sabhara Kepolisian Resor Depok.
Informasi soal Sofyan Tsauri pernah diungkap pemimpin FPI, Rizieq Shihab, pada 2010. Rizieq kala itu menyebutkan bahwa teroris Aceh didanai oleh Sofyan. Rizieq saat itu juga menuding bahwa Sofyan Tsauri melatih menembak para terduga teroris di Mako Brimob, Kelapa Dua.
Video Rizieq Shihab yang menyampaikan tudingan itu kini juga beredar luas kembali. Namun Sofyan membantah semua tudingan itu. "Tuduhan HRS kepada saya, itu berarti berkonsekuensi saya bisa terbunuh," ujarnya.
Sofyan Tsauri sebelumnya divonis 10 tahun penjara karena terbukti menjual senjata api kepada gembong teroris Dulmatin. Senjata itu kemudian digunakan kelompok teroris di Aceh.
Dia mengatakan ia menjalani hukuman dan berada di antara para terduga teroris lain di dalam penjara. Bahkan ia mengaku ada beberapa kali percobaan pembunuhan terhadapnya.
"Ada yang mencoba ingin membunuh saya, baik dengan mencuri harta saya maupun dengan membunuh dengan cara diracun, dan sebagainya,” ujarnya.
Adapun tudingan bahwa ia melatih menembak anggota FPI di Mako Brimob, Sofyan Tsauri menjelaskan bahwa hanya ada tiga orang yang ia ajak latihan menembak. Namun ia mengaku hal itu terjadi saat ia belum terpapar radikalisme dan terorisme.
Baca juga: Sofyan Tsauri Bantah Dirinya Intel
“Saya waktu itu diajak dengan saudara Trisno dan itu kami bayar. Satu pucuk senjata kami sewa, satu peluru kami sewa. Tidak ada motif lain kecuali kami hanya menembak dan itu hal biasa,” ujar dia.
Menurut narapidana teroris yang bebas sejak 21 Oktober 2015 ini, lapangan tembak di Kesatrian Mako Brimob masih bisa dipakai oleh masyarakat. “(Lapangan) itu biasa menyewakan senjata bagi masyarakat umum yang ingin belajar,” ujar dia.
Dia juga membantah pernah bekerja di satuan intelijen. Sepanjang tugasnya di kepolisian, Sofyan berujar ia hanya bertugas sebagai Binmas dan Sabhara. Saat terpapar paham radikalisme, Sofyan melanjutkan, ia bertugas di Sabhara Kepolisian Daerah Metro Jaya.
“Dipindahkan ke Polres Depok. Sempat di Polsek Beji, kemudian saya juga hanya Binmas dan Sabhara biasa,” kata dia.
Saat masih menjadi polisi, Sofyan Tsauri mengaku beraktivitas sebagai ustad. Perkenalan dengan pemikiran terorisme digerakkan keinginan membela umat Islam.
“Saya ingin berjihad membela kaum muslimin. Tetapi, siapa nyana saya justru masuk organisasi, atau paham-paham yang takfir," ujarnya.