Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri membongkar operasi jaringan narkoba yang dikendalikan oleh seseorang bernama Fredy Pratama. Fredy disebut sebagai Escobar Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Bareskrim Polri, Komisaris Jenderal Polisi Wahyu Widada, menyatakan mereka telah membentuk tim khusus untuk mengungkap jaringan tersebut sejak 2020 lalu. Wahyu menyatakan ratusan kaki tangan Fredy berhasil ditangkap oleh Bareskrim.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wahyu pun menyatakan pihaknya telah membentuk tim khusus sejak Mei lalu. Tim khusus tersebut menggelar operasi dengan nama Escobar Indonesia.
"Polri telah memburu jaringan Fredy Pratama ini sejak 2020 sampai 2023. Total ada 408 laporan polisi yang diungkap dengan jumlah tersangka sebanyak 884 orang. Sedangkan 39 tersangka yang ditangkap dalam operasi Escobar Indonesia dimulai dari periode Mei 2023," kata Wahyu di Mabes Polri, Selasa, 12 September 2023.
Escobar merupakan panggilan dari gembong narkoba asal Kolombia Pablo Emilio Escobar Gaviria. Dia adalah raja narkoba yang mendirikan Kartel Medellin yang beroperasi pada era 1980 hingga 1990-an di Amerika Selatan. Escobar disebut sebagai otak dari penyelundupan dan perdagangan kokain terbesar di Amerika Serikat.
Meskipun menjadi gembong narkoba, Escobar dicintai oleh sebagian masyarakat Kolombia. Pasalnya, Escobar dikenal juga sebagai seorang dermawan yang membantu rakyat miskin di daerah tempat dia tinggal. Escobar bahkan sempat mendapatkan julukan sebagai Robin Hood. Escobar tewas dalam sebuah peristiwa baku tembak di Kolombia pada 1993.
Tim pemburu Fredy libatkan sejumlah Polda hingga DEA
Wahyu menyatakan tim khusus untuk memburu Fredy Pratama tersebut tak hanya beranggotakan penyidik Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim saja. Tim itu juga beranggotakan kepolisian di sejumlah wilayah yang terdapat jaringan Fredy seperti Polda Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Polda Metro Jaya, Lampung, dan Bali.
Selain itu, Wahyu menyatakan Polri juga melakukan kerja sama penyidikan dengan Kepolisian Kerajaan Thailand, Kepolisian Kerajaan Malaysia, dan didukung pula polisi khusus narkoba Amerika Serikat, DEA.
Selanjutnya, Bareskrim sita aset jaringan Fredy bernilai Rp 10,5 triliun
Selain menangkap kaki tangan Fredy, tim itu juga berhasil menyita aset para tersangka yang nilainya ditaksir mencapai Rp 10,5 triliun.
Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri Brigadir Jenderal Polisi Mukti Juharsa menambahkan pihaknya sudah mengantongi identitas Fredy Pratama. Dia menyatakan Fredy merupakan warga negara Indonesia asal Kalimantan Selatan yang mengendalikan narkoba dari Thailand ke Indonesia.
Mukti menyatakan pihaknya telah menetapkan Fredy sebagai buronan sejak tahun 2014. Akan tetapi, menurut dia, hingga saat ini Fredy belum juga tertangkap.
Fredy diduga lakukan operasi plastik hingga miliki banyak identitas palsu
Dia menduga Fredy telah melakukan operasi plastik untuk menghindar dari buruan polisi. Selain itu, Fredy juga diduga memiliki banyak dokumen identitas palsu untuk mengelabui petugas.
Dugaan itu mencuat karena sejumlah anak buah Fredy Pratama yang berhasil ditangkap Bareskrim memiliki berbagai macam tugas. Mulai dari penyebaran narkoba hingga membuat dokumen palsu seperti KTP dan rekening.
"Ya ada kemungkinan dia mengubah wajahnya. Ya mau operasi plastik, kami tidak tahu, dia mengubah identitasnya," kata Mukti. "Jadi, 39 orang ini lengkap perannya. Tinggal tangkap dedengkotnya aja, Fredy Pratama."