KARIRNYA dimulai, sejak 1969, sebagai tukang jambret jemuran.
Lalu meningat berani mencuri tas. Pencuri kecillah! Tapi
seterusnya, begitu tutur Uli Sulaiman kepada Hasan Syukur dari
TEMPO, "saya memang sering ketagihan." Sebelum peristiwa
perampokan gaji pegawai P & K belakangan ini, katanya, anak
seorang pensiunan ABRI ini sudah tiga kali berurusan dengan
polisi untuk perkara kejahatan.
Namun begitu di mata masyarakat Garunggang Kulon (Kabupaten
Bandung) terutama para tetangga, Uli dipandang sebagai kepala
keluarga baik-baik dari seorang isteri dan satu-satunya anak
perempuan berumur setahun.
Pekerjaannya? Tak ada yang tahu. Setamat SMP, begitu diketahui,
Uli bekerja ikut seorang pemborong bangunan. Tidak lama. Setelah
itu dia lebih sering kelihatan luntang-lantung, tapi duitnya
banyak. Kalau ditanya dia hanya bilang: "bisnis!" Tentu bukan
mudah dipercaya. Sebab kegiatannya sering pulang-balik ke
Singapura. "Dalam KTP (kartu penduduk) tertulis pekerjaan saya
memang dagang," kata Uli.
Di antara kawanannya, Uli terhitung paling tua. Diduga dialah
pemimpin perampokan di Jalan Panaitan awal bulan ini.
Pertemuannya dengan berandal Kayu Agung (Palembang) katanya,
tidak sengaja. Dia ketemu Majid, di lapangan terbang ketika
hendak pergi ke Singapura. Itupun sebelumnya tidak tahu kalau
Majid dkk adalah penJahat tuturnya.
"Saya tidak punya cita-cita yang tegas," ujar Uli beberapa waku
setelah tertangkap. "Yang jelas," katanya, "saya ingin jadi
orang baik-baik." Teringat anak isterinya, yang pasti
menunggunya di rumah, bola mata Uli berkaca-kaca. "Sebaiknya
anak saya tidak usah tahu apa pekerjaan ayannya," katanya.
"Perampokan itu juga saya lakukan karena gelap. Tidak tahu apa
yang harus saya lakukan untuk mendapatkan uang. Setiap tahun
saya musti menyediakan uang untuk kontrak rumah. Sekarang
segalanya sudah habis sama sekali . . . "
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini