Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kriminal

Niat Melerai Pengeroyokan Mahasiswa Universitas Pamulang Doa Rosario, Farhan Kena Sabetan Senjata Tajam Warga

Farhan Rizky Rhomadon, yang juga mahasiswa Universitas Pamulang, merasa kasihan terhadap korban pengeroyokan oleh beberapa warga sekitar.

6 Mei 2024 | 19.13 WIB

Rumah kontrakan yang menjadi tempat tinggal mahasiswi Universitas Pamulang yang juga sekaligus menjadi TKP dugaan pengeroyokan. TEMPO/Muhammad Iqbal
Perbesar
Rumah kontrakan yang menjadi tempat tinggal mahasiswi Universitas Pamulang yang juga sekaligus menjadi TKP dugaan pengeroyokan. TEMPO/Muhammad Iqbal

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Farhan Rizky Rhomadon, mahasiswa semester 6 Universitas Pamulang turut menjadi korban penganiayaan dalam kasus penyerangan mahasiswa yang sedang beribadah di Kelurahan Babakan, Kecamatan Setu, Tangerang Selatan. Farhan ikut diserang dengan senjata tajam saat berusaha melerai keributan antara warga dengan penghuni kos yang sedang berdoa Rosario.  

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Insiden kegaduhan ini terjadi Minggu malam, 5 Mei 2024 ketika warga keberatan dengan kegiatan sejumlah mahasiswa Katolik Universitas Pamulang yang tengah berdoa rosario di kosan seorang mahasiswa. Warga yang merasa resah karena kegiatan itu menegur mereka.

Warga mengklaim teguran yang disampaikan Ketua Rukun Tetangga itu tidak digubris, sehingga terjadi baku hantam antara warga dengan kelompok itu. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Farhan, yang juga penghuni indekos dekat Tempat Kejadian Perkara (TKP) berniat melerai perkelahian antara warga dengan kelompok tersebut. 

"Saya keluar liat doang, tiba-tiba terjadi pengeroyokan. Saya cuma misahin. Saya ga kenal siapa-siapa, yang cewek sama yang warga juga ga kenal," kata dia Senin 6 Mei 2024. 

Farhan merasa kasihan dengan seorang pria yang dikeroyok oleh beberapa warga sekitar. "Karena saya kasihan aja, dikeroyok sendirian tuh yang cowo. Saya datang meluk dia, misahin, cuma gitu doang datang ke sana," ujarnya. 

Namun, ada warga yang tidak terima dengan kehadiran Farhan. Mereka mengira Farhan adalah anggota kelompok mahasiswa yang sedang beribadah. 

"Saya pisahin yang ono ga terima ini dipisahin segala macem. Yang ngeroyok ga terima mikirnya saya temannya. Padahal ga kenal. Saya cuma misahin saja, saya netral, ga kenal kanan, ga kenal kiri," ujarnya.

Pada saat itu Farhan melihat, ada tiga orang yang diduga melalukan pengeroyokan. "Saya ga terima dia dikeroyok aja, kasihan aja yang saya lihat yang ngeroyok tiga orang," ujarnya. 

Ketika keributan itu mereda, karena warga hendak membubarkan diri, Farhan terkejut melihat benda tajam diduga pisau yang berada di belakang baju seorang pria. 

"Pas saya mau balik, ada orang baju merah bawa pisau di belakangnya. Saya ngeri anak orang dibunuh. Saya teriak bilang, 'Woi bang kenapa bawa pisau.' Nodong lah dia ke saya. Nodong ke arah perut," ujarnya. 

Pada saat itu, dirinya malah menjadi sasaran penyerangan oleh pria, yang diduga warga sekitar tempat kos itu. 

"Saya tahan lah. Saya manusia biasa tembus juga, satu ga kena, tapi satu ga tahu dari mana kena. Ada dua (sajam), yang satu kepegang tangannya. Yang satunya lagi, datang adeknya tuh tiba tiba naplok. Tiba-tiba kepala saya ngocor darah, ga ada yang nolongin, dijahit 3 jahitan," ujarnya. 

Meski kepalanya terluka, Farhan mengatakan dia sudah berdamai dengan pelaku penganiayaan. Dia berharap agar ke depan tidak ada lagi kejadian serupa. "Sekarang dah damai. Saya di situ mukul juga ga, kalau saya mukul saya tahu risikonya. Beneran cuma misahin," kata mahasiswa Universitas Pamulang (Unpam) itu.

MUHAMMAD IQBAL

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus