Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo

BATAN Akan Lebih Berperan dalam Ketahanan Pangan  

Untuk program hingga tahun 2017, BATAN akan membangun instalasi
radiasi pengawet makanan.

22 Oktober 2015 | 10.32 WIB

Untuk program hingga tahun 2017, BATAN akan membangun instalasi radiasi pengawet makanan.
Perbesar
Untuk program hingga tahun 2017, BATAN akan membangun instalasi radiasi pengawet makanan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

INFO BISNIS - Selama ini produk pangan di Indonesia 60-70 persen rusak karena transportasi atau distribusi. Karena itu, perlu digunakan teknologi nuklir untuk membantu agar kerugian tersebut di atas dapat dikurangi. Dengan adanya Iradiator (instalasi radiasi) pengawetan makanan, alat kesehatan, penghambat pertunasan pada rempah-rempah atau hortikultura akan meningkatkan ekspor pangan Indonesia.


Dalam setahun masa Pemerintahan Jokowi-JK, Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) akan lebih berperan dalam ketahanan pangan.  Hal ini mengingat pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), masih membutuhkan waktu lama, sekitar 7-10 tahun kalau lancar.


“Jadi kalau satu tahun Pemerintahan Jokowi-JK, BATAN akan lebih berperan dalam meningkatkan ketahanan pangan agar mencapai daya saing,” ujar Ketua BATAN Djarot Sulistio Wisnubroto.


Hasil-hasil litbang BATAN dimanfaatkan untuk Agro Techno Park (ATP) di tiga daerah yaitu Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Klaten, dan Kabupaten Polewali Mandar.  “Itu yang menjadi catatan kita,” tuturnya.


Menurut Djarot, langkah itu dalam rangka mendukung program Nawacita 6 butir 7 yang digagas Pemerintahan Jokowi-JK, salah satunya adalah pembangunan 100 STP selama lima tahun di seluruh Indonesia. Pembangunan 100 STP ini dianggap penting oleh pemerintah karena di banyak negara maju seperti Korea, peranan STP sudah terbukti sangat besar untuk membantu daerah-daerah maju dalam bidang ekonomi melalui pemanfaatan dan sentuhan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang diberikan terutama kepada pelaku ekonomi tingkat usaha kecil dan menengah.


Melalui teknologi nuklirnya, BATAN telah berhasil  mengeluarkan lebih dari 20 varietas padi yang memiliki umur panen yang lebih singkat, produktivitas panen lebih tinggi, serta tidak mudah rontok oleh serangan hama. “Rasanya juga lebih pulen dan terkadang kita bisa memproduksi padi hingga 11 ton per hektar, tergantung kondisi tanah dan cara mengelolanya,” ucap Djarot.


Selain padi, BATAN juga ikut berkontribusi dalam ketahanan pangan kedelai dan sorgum. Budidaya tanaman sorgum bermanfaat untuk bioetanol, untuk pakan ternak, dan hal-hal lain. Sorgum dapat digunakan sebagai bahan alternatif pangan selain padi. “Memang belum begitu banyak dikenal. Tapi kita berusaha mengenalkan terutama di Indonesia bagian Timur, dimana masalah pengairan menjadi  tantangan utama. Itulah kontribusi BATAN di bidang pangan,” kata Djarot.


Selain ketiga ATP tersebut, BATAN juga sudah membangun sebuah National Science and Techno Park (STP) di Kawasan Nuklir Pasar Jumat, Jakarta Selatan yang akan dijadikan sebagai pusat acuan dari ketiga ATP yang dikoordinasikan oleh BATAN. Diharapkan ATP ini nantinya harus bisa menjawab permasalahan dan kebutuhan pangan di daerah, karena ATP ini selanjutnya akan menjadi milik daerah.


Tidak itu saja, untuk program hingga tahun 2017 mendatang, BATAN juga akan membangun instalasi radiasi untuk keperluan pengawet makanan, alat kesehatan, dan peningkatan hasil tanaman pangan maupun produk olahan. 


INFORIAL

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus