Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo

BRI Adopsi Early Warning System untuk Potensi Kredit Bermasalah

NPL pada triwulan III-2024 sebesar 2,90 persen atau membaik dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya yang tercatat 3,07 persen

2 November 2024 | 17.37 WIB

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) tumbuh karena Bank Rakyat Indonesia (BRI) terus menjaga kualitas aset dan menurunkan rasio kredit bermasalah. Dok BRI
Perbesar
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) tumbuh karena Bank Rakyat Indonesia (BRI) terus menjaga kualitas aset dan menurunkan rasio kredit bermasalah. Dok BRI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

INFO BISNIS – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI secara aktif memantau kualitas kredit dan mengadopsi Early Warning System untuk mendeteksi potensi masalah kredit sedini mungkin. Hal itu diungkapkan Direktur Utama BRI Sunarso, belum lama ini.

Pendeteksian potensi masalah kredit itu, merupakan salah satu penerapan strategi pengelolaan manajemen risiko yang disiplin di seluruh lini bisnis. “Selain itu, BRI juga memperkuat tim recovery untuk mengelola kredit bermasalah dengan lebih cepat dan efisien,” kata Sunarso.

Hasilnya, kualitas kredit pun semakin baik. Bahkan, BRI tetap bisa mempersiapkan pencadangan yang memadai dengan Non Performing Loan (NPL) Coverage sebesar 215,44 persen.

Diketahui, berdasarkan strategi itu pula BRI berhasil mencatat penyaluran kredit sebesar Rp 1.353,36 triliun hingga akhir Triwulan III 2024, atau tumbuh 8,21 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Sejalan dengan hal itu, BRI juga mampu mengelola kualitas asetnya dengan baik.

Hal ini ditunjukkan dari rasio NPL BRI yang terus membaik, dengan rasio NPL pada triwulan III-2024 sebesar 2,90 persen atau membaik dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya yang tercatat 3,07 persen. Disamping NPL, perseroan juga berhasil mencatat rasio Loan at Risk (LAR) yang lebih baik, dari semula 13,80 persen pada akhir Triwulan III 2023 menjadi 11,66 persen pada akhir Triwulan III 2024.

Direktur Manajemen Risiko BRI Agus Sudiarto mengatakan penurunan NPL didukung oleh beberapa strategi yang dilakukan oleh perseroan dalam mengelola kredit, dimulai dari front-end, mid-end, hingga back-end.

“Baik di front-end pada saat kita underwrite kredit-kredit yang baru kemudian mensupervisi kredit-kredit yang ada di dalam buku kita. Lebih khusus lagi sejak awal triwulan II-2024 memang kami memperketat di front-end-nya,” ucap Agus, belum lama ini. Pengetatan seleksi kredit bagi debitur-debitur baru tersebut, kata Agus, melalui kriteria yang telah ditentukan, sehingga debitur yang mengajukan kredit akan tersaring dan NPL BRI mengalami penurunan. (*)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

 

Fifia Asiani

Fifia Asiani

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus