Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
INFO TRAVEL - Generator pembangkit pariwisata nasional semakin besar dan kencang. Kali ini, giliran Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Hamonangan Laoly mengobarkan semangat pengembangan destinasi wisata di Kepulauan Nias, Sumatera Utara.
“Sektor pariwisata akan menjadi sumber penerimaan negara terbesar karena menghadirkan devisa yang terus bertumbuh. Sedangkan komoditas lain, seperti migas, batu bara, dan minyak kelapa sawit terus menurun,” kata Luhut dalam pembukaan Pesta Ya’ahowu Ono Niha, di Lapangan Orurusa Telukdalam, Nias Selatan, 17 September 2016.
Kehadiran dua pejabat negara yang mengenakan pakaian adat Nias itu untuk meyakinkan bahwa DNA Pulau Nias adalah sektor pariwisata. Di sana tidak banyak pilihan, kecuali menikmati wisata bahari dan kebudayaan. Jika sektor tersebut disentuh, pertumbuhan ekonomi akan meningkat.
Karena itu, Luhut memastikan ketersediaan kebutuhan infrastruktur, seperti bandara, listrik, jalan, air, dan telekomunikasi, yang akan menjadi critical success factor pengembangan pariwisata Nias. “Ini bukan lagi wacana. Tahapannya juga sudah mulai dikerjakan,” ujarnya.
Purnawirawan Jenderal TNI bintang empat itu menyebut, pemerintah pusat juga siap mendukung setiap kebijakan pemerintah daerah, terutama untuk kepentingan masyarakat. “Bekerja keras dan jangan mau dikasihani. Tunjukkan bahwa Anda bisa! Jangan malu dengan pekerjaan orang tua bila hanya nelayan, sopir bus, dan petani karena itu adalah pekerjaan halal, tapi malu jika orang tua Anda pencuri,” kata Luhut menyemangati masyarakat Nias.
Luhut tampak bersemangat berada di Pulau Nias itu. Dia memberikan apresiasi khusus kepada Dr Yasona H. Laoly yang juga hadir di acara tersebut. Dia menyebut, Yasonna adalah menteri pertama di Republik ini yang lahir dan berasal dari Pulau Nias. “Ini buktinya kalau masyarakat Nias hebat-hebat,” tambah Luhut bersemangat.
Sementara itu, Menteri Pariwisata Arief Yahya merasa semakin percaya diri mendorong Kepulauan Nias sebagai salah satu destinasi yang diperhitungkan dalam peta pariwisata internasional. “Nias itu surganya penggemar surfing dunia. Ada the point dan indicator-nya, yaitu dua spot surfing yang konon terbaik di jagat ini, di mana sepanjang tahun gulungan ombaknya menantang adrenalin para surfer mancanegara. Dari situlah positioning Nias dengan cepat bisa dibangun brandingnya,” ujarnya.
Dulu, kata Arief, asal muasal Bali menjadi pulau pariwisata juga dari surfing. Warga Australia menemukan Pantai Kuta, Bali dan berselancar di sana. Dari mulut ke mulut, lokasi selancar yang baik di Kuta itu semakin terkenal di seantero Negeri Kanguru. “Sekarang Kuta sudah menjadi ikon Bali. Sedangkan arena surfing di Nias jauh lebih hebat, ekstrem, dan besar. Di Australia, pamor Nias juga sudah dikenal, tinggal mempromosikan lebih baik dengan target market surfer Aussie,” katanya. (*)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini