Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
INFO PURWAKARTA - Momentum peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), Selasa, 2 Mei 2017, menjadi saat yang membahagiakan buat Apip, guru SDN Taringgul, Kecamatan Wanayasa, Purwakarta, Jawa Barat. Sebab, pada hari itu, Apip, terbebas dari persoalan keluarganya, terutama menyangkut utang-piutang yang dibayarkan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi.
Total utang Apip tidak seberapa, yakni Rp 12 juta. Namun dia mengaku mengalami jalan buntu mencari solusi penyelesaiannya. Ini bermula saat sang istri meninggalkan rumah bekerja sebagai TKI di Malaysia dengan meninggalkan tanggungan utang. Utang itu bertambah karena istrinya juga berbisnis pakaian yang kemudian gagal.
“SK PNS saya ditahan pihak bank, sementara saya belum mendapat tunjangan sertifikasi karena ijazah saya juga ditahan pihak kampus dan harus ditebus sebesar Rp 6 juta,” ujar guru lulusan S-1 Universitas Pasundan, Bandung, itu kepada Kang Dedi, sapaan akrab Dedi Mulyadi, ketika berbincang di teras rumah seorang warga di Gang Karanganyar, Kelurahan Nagri Tengah, Purwakarta.
Pria yang kini mengontrak rumah petak itu kehabisan akal untuk bisa melunasi utang dan menebus ijazahnya. Ia pun kemudian meminta izin kepala sekolah untuk mengamen ke luar daerah Purwakarta.
“Saya mengamen selama enam bulan, berkeliling di wilayah Priangan Timur,” ujar guru yang memiliki keterampilan memainkan alat musik gitar dan piano itu. Namun pendapatan dari mengamen tidak seberapa. “Sehari paling dapat Rp 40 ribu,” ujarnya.
Sepekan lalu, Apip mengikuti kontes acara Mikrofon Pelunas Hutang yang tiap malam digelar sebuah televisi swasta. Namun hasilnya juga nihil. Padahal, dalam kontes itu, status kepegawaian Apip disebutkan sebagai guru honorer yang membuat para pemangku kebijakan di Dinas Pendidikan, termasuk Dedi, “terusik”.
“Mohon maaf, Kang Dedi dan kawan-kawan guru semua, bukan saya mau mempermalukan Purwakarta dan profesi guru, tapi saya benar-benar sangat terpaksa melakukannya,” kata Apip sambil menahan tangis.
Setelah mendengar penuturan kisah sedih perjalanan hidup Apip, Dedi langsung menyatakan akan membayar lunas semua utangnya dan membayar uang denda ijazahnya. “Kami juga akan membangunkan rumah sederhana tapi sehat melalui program Rutilahu (rumah tinggal layak huni),” kata Dedi.
Namun dengan tegas Dedi meminta Apip tidak mengamen lagi. “Dan jangan memalukan Purwakarta lagi. Lebih baik kamu mengajari anak-anak berkesenian agar berprestasi."
Mendengar pernyataan Dedi, Apip pun langsung merebahkan tubuhnya sambil meraih dua kaki Dedi yang tengah bersila seraya menangis sesenggukan. “Hatur nuhun pisan (terima kasih banyak) Kang Dedi. Sebagai PNS, saya bersumpah tidak akan mengulangi lagi,” ucapnya.
Kepiawaian olah vokal Apip juga dijajal Dedi. Dia yang kemudian mendapuk Apip untuk menyanyikan lagu Sunda ciptaannya berjudul Lungse. Dengan penuh penghayatan, Apip pun langsung menembangkannya dan mendapatkan aplaus, tidak hanya dari Dedi, tapi juga dari puluhan warga yang hadir dalam kesempatan itu. (*)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini