Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo

Kemensos Berikan Instalasi Pengolahan Air Terpadu untuk Memenuhi Kebutuhan Masyarakat Desa Pambotanjara

Salah satu warga Desa Pambotanjara, dengan langkah pasti, masuk ke area instalasi pengolahan air terpadu, pemberian Kementerian Sosial untuk membantu pemenuhan air bersih masyarakat.

3 Mei 2024 | 17.23 WIB

Kemensos Berikan Instalasi Pengolahan Air Terpadu untuk Memenuhi Kebutuhan Masyarakat Desa Pambotanjara
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

INFO NASIONAL - Markus Hinggu Jata, warga Desa Pambotanjara, melangkah masuk ke area instalasi pengolahan air terpadu, pemberian Kementerian Sosial (Kemensos) untuk membantu pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat. Lelaki berusia 40 tahun ini, duduk di kursi hijau, dan menceritakan keadaan desanya yang jauh dari kata cukup akan kebutuhan air bersih.

Markus bercerita, sejak kecil, Markus dan keluarganya tinggal di pelosok dan selalu kekurangan air. Dibelakang rumahnya, Markus selalu membuat galian-galian kecil sebagai mata air dengan mengandalkan rembesan dari air gunung. Galian selebar ember, sedalam 60 sentimeter dengan rembesan yang tidak seberapa itu, diandalkan keluarganya untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Hingga saat ini, air bersih pun masih menjadi kebutuhan yang sulit terpenuhi. Meskipun sekarang dirinya sudah tinggal di pinggir jalan yang notabene akses untuk membeli air menjadi lebih luas, dirinya dihadapkan oleh keadaan ekonomi yang tarik menarik antara kebutuhan air bersih dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Bahkan, karena menjadi kebutuhan yang harus terpenuhi, Markus harus membeli air dari Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang tidak murah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Bayar. 150 ribu kalau kami di pinggir jalan. 150 ribu kalau satu tanki. 5.000 liter,” ujar Markus, Kamis, 2 Mei 2024.

Menurutnya, harga air pertanki bisa berbeda-beda tergantung kesulitan akses yang ditempuh oleh tanki BUMDes. Kata Markus, harga pertangki berada dikisaran 150-500 ribu.

Markus mengatakan, rata-rata kebutuhan air tanki perbulan bisa mencapai 10.000 liter. Artinya, masyarakat harus membeli air dua kali dalam sebulan. Melihat masyarakat yang mayoritas berprofesi sebagai petani dan peternak, tentu pemenuhan kebutuhan air bersih menjadi hal yang sulit.

Namun, kini masyarakat bisa sedikit bernapas lega karena ada bantuan instalasi pengolahan air terpadu dari Kemensos. Terletak di Dusun 01 Kokur Kalimbung, Desa Pambotanjara, Kecamatan Kota Waingapu, tanki ini bisa membantu 40 Kartu Keluarga (KK) dengan 4 dusun di Desa Pambotanjara.

Kepala Desa Pambotanjara, Titus Umbu Jawa Ray, mengatakan, sulitnya air bersih berdampak pada pendidikan yang rendah. Menurutnya, warga dilema jika dihadapkan dengan membayar biaya pendidikan atau memenuhi kebutuhan air dengan membelinya. Sehingga, sulitnya air bersih di Desa Pambotanjara menjadi hal yang kompleks.

Sebagai kepala desa, dirinya merasa bersyukur dengan hadirnya bantuan instalasi pengolahan air terpadu dari Kemensos sejak Februari lalu. Menurutnya, sementara ini kebutuhan air warga bisa terpenuhi karena selain ada bantuan dari Kemensos, sekarang juga sudah memasuki musim hujan. Masyarakat bisa memanfaatkan air hujan untuk kebutuhan sanitasi dan air penyulingan yang sudah diproses menjadi air Revers Osmosis (RO), bisa masyarakat manfaatkan untuk kebutuhan konsumsi karena layak untuk diminum tanpa harus dimasak.

Adapun sumber air untuk instalasi pengolahan air terpadu Kemensos berasal dari sumur tua dengan kedalama 36 meter yang berada 400 meter dari tempat penyulingan. Dengan debit air 400-500 liter perhari, menurutnya, ini sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi air masyarakat.

“Kebetulan dia sudah zaman kami dari kecil itu, volume airnya itu musim hujan, musim kemaru tetap saja,” kata Titus, menceritakan pertimbangan desa untuk mengambil air di sumur tua.

Ia mengatakan, meskipun memiliki debit air yang sama, produksi air dari sumur, dengan tenaga penyedotan tidak berbanding lurus. Sehingga, setelah menyedot 400-500 liter air, mesin akan dimatikan dan menunggu 2 jam untuk air dengan volume yang sama. Di Pambotanjara, air yang ditunggu seperti ini disebut Mata Pendeng.

Proses penyulingan air sendiri dimulai dari penyedotan air disumur, ditampung ditanki berkapasitas 5000 liter, disuling dengan menggunakan mesin RO, dan jadilah air bersih siap minum. Untuk limbah air RO, masyarakat biasanya memanfaatkan air limbah untuk menyiran tanaman dan menjadi air kolam lele.

Menurut Titus, hasil penyulingan air yang sudah diproses menjadi air RO sangat jernih, tidak berbau dan tidak berasa. “Malahan jernih nih seperti model air mineral kan kita lihat jernih. Kita isi dibotol itu kan, beda,” ujar Titus.

Titus mengatakan, setelah hadirnya instalasi pengolahan air terpadu Kemensos, pengeluaran biaya warga untuk membeli air menjadi berkurang.

“Mungkin dengan adanya air nanti ini ke depan, ya masyarakat akan kurang beli air,” katanya.

Sebelum datangnya bantuan dari Kemensos, Titus bercerita, ada  pendanaan dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang menaruh perhatian terkait isu air bersih di Pambotanjara, dengan pembuatan Waterhouse disumber air Kambar Hiho, yang berjarak 7 kilometer dari lokasi tanki air Kemensos.

Namun, Waterhouse tidak lagi berfungsi karena  kerusakan alat yang membuatnya terbengkalai hingga saat ini. Jika Waterhouse bisa berfungsi, menurut Titus, bisa memenuhi kebutuhan air 3 desa.

Melihat kapasitas tanki Kemensos yang baru bisa membantu 40 KK, Titus berharap, Waterhouse yang berada di Kambar Hiho bisa difungsikan kembali. Selain itu, dirinya juga berharap, nantinya, ada pengontrolan alat dan fungsi secara rutin dari pihak Kemensos.

“Tentu namanya fasilitas ada usia kadaluarsanya gitu kan Ibu. Nah, tentu berharap ketika dalam proses ini apalagi sudah serah terima ya kami tidak dibiarkan atau dilepas tangan minimal ya kami tetap dikontrol sehingga Kalau ada apa-apa terkait dengan ini barang ya bisa kami harus komplain kemana gitu kan,” kata dia.

Tri Rismaharini mengatakan, masalah air memang menjadi salah satu momok warga NTT secara keseluruhan. Menurutnya, jumlah orang dengan gangguan jiwa ( ODGJ) di  Kabupaten Sumba Timur yang mencapai 419 orang sesuai dengan data Pemerintah Kabupaten Sumba Timur, salah satunya adalah karena kesulitan mendapat air.

“Nah oke ini kita sembuhkan gitu tapi sebetulnya akar masalahnya itu apa? Itu yang kita cari, makanya saya datang. Nah akar masalahnya kalau saya tadi sepintas lihat saya sudah tahu ini masalah ekonomi kemudian juga masalah air dan sebagainya,” kata Tri Rismaharini.

Tri Rismaharini berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat dengan pengadaan instalasi pengolahan air terpadu. “Nah kita cari sumber. Sebetulnya kita bisa tangani itu perdesa atau perkawasan. Kayak gitu bisa dilakukan. Dan kita udah nangani banyak sekali di NTT ini. Untuk masalah air,” ujarnya.

Program pengadaan instalasi pengolahan air terpadu ini sudah Kemensos lakukan sejak 2022. tersebar diseluruh Indonesia, program ini mengarah pada tempat-tempat yang berpotensi mengalami kekeringan ekstrim. (*)

Prodik Digital

Prodik Digital

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus