Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo

Kiat Naikkan Kualitas Penagihan Uang Tunai

Banyak perusahaan yang mengeluhkan proses panagihan uang
tunai yang kurang efektif.

10 September 2015 | 16.22 WIB

Banyak perusahaan yang mengeluhkan proses panagihan uang tunai yang kurang efektif.
Perbesar
Banyak perusahaan yang mengeluhkan proses panagihan uang tunai yang kurang efektif.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

INFO BISNIS - Meski pemerintah sudah mencanangkan gerakan non tunai, tapi instrumen uang tunai sepertinya masih menjadi primadona dalam transaksi yang melibatkan masyarakat dan perusahaan / badan usaha.


Kecepatan dan kemudahan proses transaksi serta penerimaan yang luas atas uang tunai, masih menjadi hal yang sulit digantikan oleh instrumen non tunai mana pun saat ini. Misalnya pembayaran jasa utilitas (listrik, telepon, dll), asuransi BPJS, sewa lapak dan lain-lain. Ini adalah penggunaan uang tunai dalam skema aliran dana dari masyarakat ke perusahaan, dimana aliran dana tersebut dari sisi perusahaan disebut penerimaan (receivable).


Dua fase penting dalam aktifitas penerimaan (receivable) bagi perusahaan adalah fase penagihan (collection) dan rekonsiliasi. Banyak perusahaan yang mengeluhkan proses panagihan uang tunai yang kurang efektif. Hal ini disebabkan pertama, karena potensi risiko kerugian finansial berupa kebocoran melalui selisih uang tunai yang diterima dan yang dilaporkan oleh kolektor / kasir kepada perusahaan masih cukup tinggi. Kedua, karena adanya informasi transaksi yang tidak standar antar masing-masing kolektor / kasir, sehingga bagi perusahaan akan kesulitan dalam melakukan rekonsiliasi. Ketiga, keengganan pembayar untuk mendatangi loket atau tempat bayar yang ditentukan perusahaan karena jauh atau sibuk. Tantangan dari ketiga hal tersebut adalah bagaimana perusahaan dapat meningkatkan kualitas penagihan uang tunai yang aman, terkontrol, mudah dikenali dan fleksibel dalam menjangkau para pembayar.


Dalam upaya untuk selalu menjadi partner keuangan terbaik bagi perusahaan, Bank Mandiri mencoba menghadirkan solusi Collection Card untuk menjawab tantangan tersebut. Collection Card merupakan alat bantu aktifitas penerimaan atau penagihan uang tunai yang dilakukan  kolektor / kasir perusahaan. Menurut Senior Product Manager Transaction Banking PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Clint Perdana, solusi ini membantu perusahaan dalam mencatat uang tunai yang tertagih langsung ke rekening, sehingga risiko kebocoran selisih fisik uang dan pencatatan dapat dihilangkan. "Jadi, solusi Collection Card ini memudahkan perusahaan secara pro aktif melalui kolektornya menjangkau seluruh pembayar," tuturnya.


Selain itu, kata Clint, metode pencatatan informasi transaksi yang seragam (konsisten) dari Collection Card Mandiri ini dapat memudahkan perusahaan dalam melakukan identifikasi pembayar atas setiap transaksi.  "Hal ini karena tingginya frekuensi transaksi yang dilakukan dapat dipantau secara transparan dan jelas," katanya.


Hal ini, menurut Clint,  tentu saja akan meningkatkan efektifitas dan keberhasilan penagihan uang tunai, serta memberikan peluang cross selling bagi perusahaan kepada si pembayar.


Clint menegaskan evolusi cashless society yang sukses dimulai dengan bagaimana memberikan nilai lebih kepada layanan transaksi cash (tunai) secara bertahap sampai akhirnya kebutuhan terhadap transaksi non tunai terbangun di masyarakat. "Customer focus, kolaborasi  dan keunggulan teknologi menjadi kunci Bank Mandiri untuk tetap memberikan layanan terbaik bagi masyarakat," katanya. (*)


 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus