Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
INFO METRO -Bertepatan dengan Hari Air Sedunia 2016, [email protected] menggelar diskusi yang bertajuk “Menghadapi Tantangan Krisis Air Perkotaan”, bertempat di Ruang Balai Agung, Balai kota DKI Jakarta, Selasa. 22 Maret 2016.
Diskusi yang dibuka Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama (Ahok) ini menghadirkan beberapa pembicara. Antara lain Kepala Dinas Tata Air Provinsi DKI Jakarta Teguh Hendarwan, Firdaus Ali dari Indonesia Water Institute sekaligus juga staf khusus Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Direktur Utama Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Erlan Hidayat selaku dan Deputy Director Technical Services Palyja Barce Simarmata.
Dalam pidato pembukaanya, Basuki Tjahaja Purnama, memaparkan bahwa tantangan krisis air di perkotaan adalah akses air bersih. "Saat ini, baru 60 persen warga Jakarta yang mendapatkan akses air bersih melalui air perpipaan.” katanya.
Hal senada juga diungkapkan Barce Simarmata bahwa sekitar 40 persen penduduk Jakata belum mendapatkan akses air bersih perpipaan yang memenuhi persyaratan kualitas air berdasarkan Permenkes No.492/201. "Sehingga mereka masih mengkonsumsi air tanah yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan.” ujarnya.
Beberapa upaya sudah dijalankan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Pemda DKI, misalnya, menurut Basuki bertekad untuk segera menggabungkan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jaya dengan PD Pengolahan Air Limbah (PAL) Jaya menjadi satu Badan Usaha Milik Daerah. Penggabungan ini untuk memudahkan pengolahan air limbah menjadi air bersih yang dapat dimanfaatkan warga Jakarta untuk kehidupan sehari-sehari.
Sementara itu, solusi yang tengah diselesaikan Palyja menurut Barce adalah pemanfaatan air kanal banjir barat yang menghasikan 500 liter/detik dengan menerapkan teknologi pengolahan secara biologis MBBR (Moving Bed Biofilm Reaction). Proses tersebut dapat menurunkan kadar pencemaran logam yang terdapat di air sungai seperti Amonium, Besi, Mangan, dan Organik. "Melalui teknologi tersebut dapat dihasilkan air bersih yang memenuhi standar kualitas air bersih yang disyaratkan Kemenkes," katanya.
Di tempat terpisah, Public Affair dan Communication Director PT Coca Cola Indonesia, Triyono Prijosoesilo, menyebutkan program terkait mencari sumber air nonkonvensional. “Salah satunya dengan pemanfaatan air hujan sebagai keperluan sehari-hari," katanya. Program yang dinamai Water for School ini bekerjasama dengan 16 sekolah dasar di Jabotabek dan diantaranya berhasil membangun 6 unit fasilitas Rain Water Harvesting (RWH) atau system pemanfaatan air hujan sederhana yang dimanfaatkan oleh 9 Sekolah Dasar. "Tujuan program ini untuk menjawab permasalahan akses air bersih di sekolah – sekolah yang berada di daerah yang mengalami krisis air baik dari sisi kualitas maupun kuantitas," kata Triyono menjelaskan.
Sedangkan dari pihak perusahaan air minum ioninasi, Pristine, Head of Beverage Sinarmas Consumer Products, Stevia Angesty, mengungkapkan, bahwa kehadiran air minum ionisasi (alkaline water) sekaligus menjawab kebutuhan konsumen perkotaan atas air bersih yang memiliki standard kualitas yang disyarakatkan oleh Kementerian Kesehatan. “Perusahaan kami senantiasa mengekplorasi sumber mata air sesuai dengan peraturan pemerintah dan memperhatikan keberlanjutan konservasi sumber mata air dalam jangka panjang," katanya.
Dengan dukungan semua pihak maka tantangan menghadirkan air bersih dan layak di perkotaan ini akan lebih mudah diatasi.(*)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini