Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo

Mahyudin: Utang Indonesia Harus Diwaspadai  

Utang Indonesia yang sudah terlalu besar tidak terlalu aman
dalam postur ekonomi.

24 Agustus 2017 | 17.02 WIB

Utang Indonesia yang sudah terlalu besar tidak terlalu aman dalam postur ekonomi.
Perbesar
Utang Indonesia yang sudah terlalu besar tidak terlalu aman dalam postur ekonomi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

INFO MPR - Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Mahyudin mengingatkan agar pemerintah bisa me-manage utang yang sudah mencapai Rp 3.700 triliun dengan baik. Utang sebesar itu menjadi ancaman bagi ekonomi nasional Indonesia.


"Walaupun cadangan devisa kita masih cukup, pasti kan potensi, misalnya, gagal bayar atau default tetap ada," ujarnya saat membuka Sosialisasi Empat Pilar hasil kerja sama MPR dengan Himpunan Wanita Karya Provinsi Kalimantan Timur di Hotel Grand Victoria Samarinda, Kalimantan Timur, Kamis, 24 Agustus 2017.


Karena itu, dia meminta pemerintah mengurangi porsi utang ke depan. "Sebab, utang kita sudah melebihi APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). Jadi saya kira itu tidak terlalu aman dalam postur ekonomi Indonesia. Jadi kondisi utang saat ini patut harus diwaspadai," ucapnya.


Dia juga menyarankan agar utang sekarang disesuaikan dengan porsinya. Misalnya, untuk infrastruktur,  pemerintah membutuhkannya guna mengejar ketertinggalan pembangunan. "Namun, kalau porsi utang itu terlalu besar untuk infrastruktur, itu perlu dipertimbangkan lagi mengingat  return dari infrastruktur butuh waktu agak lama," katanya.


Jadi, menurut dia, porsi untuk pembangunan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja tetap harus lebih besar.


Mahyudin juga mengingatkan, melalui celah utang ini, asing bisa dengan mudah masuk ke Indonesia dan memanfaatkan kepentingan mereka. Ini pernah terjadi pada 1998, saat International Monetary Fund masuk ke Indonesia.


Itulah sebabnya, menurut Mahyudin, rasa nasionalisme masyarakat Indonesia perlu dibangun kembali. "Sebab, musuh utama kita adalah kebodohan dan kemiskinan. Ini membuat kita tidak bisa bangkit," ucapnya. (*)


 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus