Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo

Mantan Sopir Tembak Jadi Transmigran Teladan 2018

Transmigran teladan berharap infrastruktur pendukung pertanian di kawasan transmigrasi bisa lebih difasilitasi.

16 Agustus 2018 | 13.17 WIB

Mantan sopir tembak Jadi Transmigran Teladan 2018. (dok. Kemendesa PDTT)
Perbesar
Mantan sopir tembak Jadi Transmigran Teladan 2018. (dok. Kemendesa PDTT)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

INFO NASIONAL - Lebih dari 10 tahun hidup Solihin tak menentu. Pekerjaan yang tak tetap membuat dia selalu berpikir bagaimana cara menghidupi keluarga. Anak pertamanya yang sempat menempuh bangku kuliah di Universitas Gadjah Mada pun menjadi pikiran utama.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Pada 1995 sampai sekitar 2013, mayoritas pekerjaan saya menjadi sopir tembak. Bukan di Solo, tapi justru di Sragen dan Banyuwangi. Anak saya masuk kuliah 2013. Penghasilan sopir tembak pun untuk membayar biaya kuliah,” ujar Solihin saat ditemui seusai acara Penganugerahan Transmigran Teladan, di Gedung Balai Makarti Muktitama, Jakarta, Rabu, 15 Agustus 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Meski demikian, penghasilannya masih belum cukup. Pria yang tinggal di Gilingan, Surakarta, bersama keluarganya itu, mengungkapkan sebagai sopir tembak dia mendapatkan Rp 700 sampai Rp 900 ribu per bulan. Jauh dari harapan. Kuliah anak pun terhambat.

Dia sempat merantau bekerja di perusahaan logging, di Luwu Utara, Sulawesi. Namun, hanya satu tahun bertahan lantaran ada konflik antarwarga. Ia pun kembali ke Surakarta.

“Saya lalu dengar kabar dari teman jika Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi akan memberangkatkan transmigran menuju lokasi transmigrasi Mahalona, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Saya mencoba dan diterima. Lalu, mengikuti persiapan dan berangkat pada 2014,” katanya. 

Pria tiga anak tersebut termotivasi mengikuti program transmigrasi dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan hidup. Sulitnya hidup di Jawa membuat dia memutuskan menjadi transmigran. 

“Pada saat itu, cari gaji Rp 1 juta saja sulit. Bagaimana nanti nasib anak-anak yang masih kecil. Nah, di lokasi transmigrasi, saya dapat rumah dan tanggungan makan setahun. Lalu diberikan lahan satu hektare. Dua tahun kemudian diberikan lagi 1 hektare,” tuturnya.

Meski sudah mendapatkan tanah, dia tak langsung menggarap lahan tersebut. Dengan uang pegangan sebesar Rp 9 juta, Solihin memilih untuk berdagang terlebih dahulu. Ia membeli merica milik masyarakat sekitar dan dijual kembali di pasar.

“Penjualan saya bagus. Saya bisa setor sampai Rp 15 juta ke bos saya. Dalam sebulan, sedikitnya saya bisa dapat Rp 5 juta. Bos makin percaya dengan saya,” ucapnya.

Dengan penghasilan itu, ia memilih untuk membeli lahan daripada menabungnya. Usahanya tak sia-sia. Kini, dia memiliki total lahan 5 hektare untuk menanam merica. Saat ini yang sedang ditanami dua hektare. Buah merica dari lahannya juga ia jual.  Sambil tetap berdagang, kini penghasilannya mencapai Rp 600 juta setahun.

“Saya mulai fokus menanam merica pada 2015. Waktu itu, harganya Rp 170 ribu per kilogram. Meski saat ini harganya turun, tapi pasarnya tetap bagus. Dari provinsi bahkan selalu mencari merica di tempat saya,” katanya. 

Ke depan, dia berharap infrastruktur pendukung pertanian di kawasan transmigrasi bisa lebih difasilitasi. Menurut Solihin, hal yang dibutuhkan adalah jalan produksi tani, jembatan, serta percetakan sawah. Jika semua terpenuhi, maka para transmigran di Kota Terpadu Mandiri (KTM) Kawasan Transmigrasi Mahalona akan makmur. 

“Pesan saya, jangan lelah mencari ilmu. Ilmu yang didapat coba terapkan di tempat asal,” ujarnya.

Transmigrasi, lanjut dia, perlahan mengubah hidupnya. Anak pertamanya kini sudah berkeluarga. Yang kedua menjadi pramugari. Lalu, adiknya masih sekolah. Bagi Solihin, pendidikan yang baik harus menjadi nomor satu.

Sejak 10 Agustus lalu, para transmigran teladan berada di Jakarta untuk mengikuti serangkaian kegiatan. Setelah mengikuti Anugerah Transmigran Teladan hari ini, Kamis, 16 Agustus 2018, para transmigran teladan akan mengikuti Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia, di Gedung DPR/MPR. Kemudian, transmigran teladan terpilih akan mengikuti upacara kenegaraan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Negara pada 17 Agustus mendatang. (*)

Nurul Tirsa Sari

Nurul Tirsa Sari

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus