Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo

Mengintip Sejarah di Bukit Tutari

Yang mengagumkan, ukiran pada batu-batu tersebut tidak rusak
meski terkena hujan dan panas selama beratus-ratus tahun. .

31 Agustus 2015 | 17.56 WIB

Yang mengagumkan, ukiran pada batu-batu tersebut tidak rusak meski terkena hujan dan panas selama beratus-ratus tahun. .
Perbesar
Yang mengagumkan, ukiran pada batu-batu tersebut tidak rusak meski terkena hujan dan panas selama beratus-ratus tahun. .

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

INFO TRAVEL - Bukit itu bernama Bukit Tutari. Letaknya di Kampung Doyo Lama, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura, atau tidak jauh dari Danau Sentani. Di bukit ini tersimpan kekayaan sejarah, khususnya sejarah nenek moyang masyarakat Sentani dalam bentuk kebudayaan batu besar megalitikum. Suku-suku di sekitar Danau Sentani menganggap Bukit Tutari yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya ini merupakan tanah sakral mereka.


Karena itu, perjalanan ke Bukit Tutari sesungguhnya adalah perjalanan napak tilas sejarah. Perjalanan yang akan mengantarkan kita menelusuri jejak nenek moyang masyarakat Sentani. Untuk menuju bukit tersebut, sesampainya di Kampung Doyo Lama, Anda harus berjalan kaki. Datanglah antara Senin sampai Sabtu, sebab pada hari Minggu, salah satu destinasi wisata sejarah ini tutup.


Begitu memasuki kawasan atau komplek Tutari, Anda akan menjumpai batu-batu berukuran besar dengan beragam ukiran, seperti ikan, kura-kura, dan jenis hewan lain yang dekat dengan keseharian dan menjadi penghidupan bagi penduduk Doyo Lama. Yang mengagumkan ialah ukiran pada batu-batu tersebut tidak rusak, meskipun terkena hujan dan panas selama beratus-ratus tahun. Pada salah satu batu terdapat sepasang perisai dengan ukiran khas Doyo Lama yang disebut Yoniki. Bentuknya oval dengan sudut tebal. Jika perisai melambangkan perlindungan ketika berperang, sementara Yoniki merupakan simbol kekerabatan masyarakat.


Di salah satu komplek Bukit Tutari terdapat empat batu besar, kurang lebih berukuran dua hingga empat kali badan orang dewasa, yang beratapkan seng. Letak keempat batu tersebut berdekatan dan sekilas tidak berbeda dibandingkan batu-batu lain yang berserak di Bukit Tutari. Namun empat batu besar tersebut memiliki arti tersendiri bagi penduduk sekitar. Mereka menganggap empat batu besar tersebut sebagai ‘wakil rakyat’ mereka yang mewakili empat Ondoafi atau suku yang ada di Doyo Lama. Keempat suku tersebut, yaitu Ebe, Pangkatana, Yapo, dan Wali.


Melangkah ke atas lagi, Anda akan menemui menhir dalam bentuk batu-batu berukuran kecil yang tersusun rapi. Entah mengapa, jika diamati menhir-menhir tersebut seperti menatap ke arah Danau Sentani. Ada sebuah cerita magis di sekitar Bukit Tutari. Jika Anda menjatuhkan salah satu menhir, di area Bukit Tutari, keesokan harinya, menhir tersebut sudah kembali ke tempat semula. Jika tidak percaya, Anda mungkin ingin membuktikannya.


Akhirnya, sampailah kita di puncak Bukit Tutari, menandai akhir perjalanan napak tilas sejarah kali ini. Di sana Anda akan melihat area pemakaman khusus untuk laki-laki dan perempuan. Penduduk setempat menamakannya Dootomo untuk pemakaman laki-laki, dan Mietomo untuk pemakaman perempuan. Letak Dootomo di atas Mietomo. Area pemakaman berbentuk batu-batu setinggi lutut orang dewasa tersebut tersusun vertikal bersama sejumlah batu kecil di sekitarnya. Ada puluhan batu yang membentuk susunan serupa. 


Tim Info Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus