Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo

Safari Ramadan dan Safari Pancasila Ala Kang Dedi

Masih banyak persoalan kesejahteraan sosial yang menggetirkan dan negara belum hadir dan melakukan fungsinya.

5 Juni 2017 | 11.10 WIB

Masih banyak persoalan kesejahteraan sosial yang menggetirkan dan negara belum hadir dan melakukan fungsinya.
Perbesar
Masih banyak persoalan kesejahteraan sosial yang menggetirkan dan negara belum hadir dan melakukan fungsinya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

INFO PURWAKARTA - Selama bulan Ramadan, aktivitas Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi bertambah padat. Salah satunya dengan melakukan Safari Ramadan dan Safari Pancasila.


Seperti halnya kegiatan Safari Budaya, kegiatan Safari Ramadan dan Safari Pancasila juga dilakukan tidak melulu di wilayah Kabupaten Prwakarta, tetapi juga ke sejumlah daerah di wilayah Jawa Barat.


Memasuki pekan kedua Ramadan, setelah sebelumnya dilakukan di Purwakarta, Kabupaten dan Kota Bekasi, dan saat ini, kegiatan safari berlanjut di wilayah selatan Jawa Barat, Tasikmalaya.


"Kebetulan pada Ramadan ini bertepatan dengan Hari Kelahiran Pancasila, ya sudah acaranya digabung saja, supaya lebih afdol dan efektif," kata Kang Dedi, sapaan akrab Dedi Mulyadi, Ahad, 4 Mei 2017.


Menurutnya, banyak ceritera dan hikmah yang menarik yang dia temukan dan rasakan langsung selama perjalanan. "Terutama menyangkut pengejawantahan sila ke 5 Pancasila, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Indonesia," ujar Kang Dedi.


Di Desa Skasenang, Kabupaten Bekasi, misalnya, dia bertemu dengan Bang Lie, 59 tahun, yang dengan gigih berjuang membiayai operasi anaknya Iyan, bocah berusia 12 tahun penyandang disabilitas, hanya dengan hasil berjualan nasi uduk.


"Mestinya, biaya operasi itu ditanggung negara, karena Bang Lie orang tidak mampu," ujar Kang Dedi. Menurutnya, itu bukti bahwa bantuan kesehatan dari pemerintah saat ini masih banyak yang tidak tepat sasaran.


Cerita menggetarkan juga ditemukan langsung Kang Dedi ketika bertemu dengan Nasih, 45 tahun, warga Desa Sukakerta, Kapaten Bekasi, yang sehari-hari menggembala kambing. Harapannya, kambing miliknya kelak bisa dijual untuk menutupi kebutuhan keluarga yang serba kekurangan.


"Tapi yang terjadi, kambingnya malah dijual sang suami untuk membiayai pernikahan dengan isteri kedua," tutur Kang Dedi sambil menghela nafas panjang. Ia pun akhirnya menyumbang Nasih sepasang kambing. 


Kang Dedi mengaku getir, karena para pemimpin dan masyarakat di orbit Jawa Barat, masih banyak yang sudah hafal Pancasila tetapi belum mampu dengan sadar mengejawantahan sila-sila dari Pancasila, terutama sila ke 5.


Sebagai seorang pemimpin, Dedi merasa perlu menggugah sekaligus memberi contoh yang baik dan inspiratif ihwal cara merawat warga kurang mampu di mana pun mereka berada. "Bertemu langsung, dengarkan keluh kesahnya, lalu bantu mereka supaya hidupnya bisa berdaya kembali," tutur Kang Dedi.


Ia mengungkapkan bahwa Pancasila dalam makna tradisional kesundaan berarti: "Diajar nulung kanu butuh; Nalang kanu susah; Ngahudangkeun nu keur sare; Ngajait anu titeuleum; Nyaangan anu poekeun; Mere kanu daek & Nganteur nu sieun  (belajar menolong kepada yang membutuhkan, memberi ke orang kesulitan, membangunkan orang tidur, menolong orang kesusahan, menyinari dalam kegelapan, memberi kepada yang rajin, mengantar orang yang ketakutan)."


Kegiatan Safari Ramadan dan Safari Pancasila ini akan dilakukan Kang Dedi hingga ujung bulan Ramadan nanti. "Saya ingin menjalani bulan Ramadan ini dengan saling berbagi dan menutupnya dengan kisah manis," tuturnya.(*).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus