Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo

Warga Ciptagelar Diminta Dukung Geopark Ciletuh

Ciptagelar menjadi salah satu evaluasi tim penilai dari UNESCO.

10 Februari 2017 | 10.00 WIB

Ciptagelar menjadi salah satu evaluasi tim penilai dari UNESCO.
Perbesar
Ciptagelar menjadi salah satu evaluasi tim penilai dari UNESCO.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

INFO NASIONAL - Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar meminta warga Kampung Adat Kasepuhan Ciptagelar, Cisolok, Kabupaten Sukabumi untuk ikut serta mensukseskan terpilihnya Geopark- Ciletuh, Pelabuhanratu, dalam jaringan geopark dunia atau Unesco global geopark pada akhir 2017.


“Keputusan lolos atau tidaknya Ciletuh masuk geopark dunia akan diumumkan pada Desember 2017 mendatang,” kata  Deddy saat  bersilaturahim dengan tokoh adat dan warga Kampung Adat Kasepuhan Ciptagelar, Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Rabu, 8 Februari 2017  malam.  Salah satu  tokoh masyarakat Ciptagelar yang hadir saat itu adalah Abah Ugi.


Geopark Nasional Ciletuh  menjadi satu -satunya geopark di Indonesia yang diusulkan untuk masuk ke Unesco Global Geopark (UGG) atau jaringan geopark dunia, setelah Geopark Rinjani gagal di tahap seleksi.


Terkait hal tersebut, Deddy memberitahukan kepada warga kampung adat Ciptagelar bahwa  tim Fact Finding Mission dari Unesco dijadwalkan datang ke Kabupaten Sukabumi untuk mengevaluasi dan memverifikasi kesiapan Geopark Ciletuh. Untuk itu, ia mengajak tokoh masyarakat dan masyarakat Ciptagelar bisa bekerja sama membangun Geopark Ciletuh-Pelabuhan Ratu. 


Menurut Deddy,  Ciptagelar menjadi satu dari tiga hal penting yang akan menjadi evaluasi tim penilai dari UNESCO, yakni sebagai unsur cultural diversity, atau keragaman budaya. Selain tentunya dua hal lain yakni keragaman geologi, geodiversity, serta keragaman hayati atau biodiversity.


Kampung  Ciptagelar ini  sangat unik, dimana masyarakatnya  masih memegang teguh adat istiadat, dan kebudayaan, namun mereka tak tertinggal dengan perkembangan teknologi.  Salah satunya konsep Abah Ugi,  sesepuh adat  di kampung itu, yang membangun peradaban Kasepuhan Ciptagelar  tanpa meninggalkan adat leluhurnya melalui keahlian yang dimilikinya di bidang elektro.


Salah satu konsep Abah Ugi yang sudah diaplikasikan  adalah empat turbin PLTA  yang berhasil menerangi rumah-rumah di sana, studio radio, dan stasiun televisi,  dan CIGA TV. Tak sampai di situ, Abah pun tengah fokus melakukan pemetaan wilayah Ciptagelar menggunakan drone, dengan merakit dan menerbangkannya sendiri.


Menurut Abah, untuk menjaga  kearifan lokal,  kelestarian lingkungan harus terus dijaga, terutama dalam menjaga keseimbangan alam seperti  menjaga hutan sebagai  hutan titipan, hutan tutupan, dan hutan garapan.


"Hutan titipan tidak boleh diganggu gugat oleh manusia. Hutan titipan ada di  atas atau puncak gunung. Hutan titupan adalah kawasan hutan cadangan yang pada saat tertentu dapat digunakan jika diperlukan. Hutan garapan adalah hutan yang dibuka menjadi lahan garapan masyarakat untuk jadi sawah atau kebun," kata Abah Ugi. (*)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus