Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

"Atas Permintaan" Kata Karmal

Masalah pendudukan tentara uni soviet di afghanistan, presiden babrak karmal menegaskan bahwa kehadiran tentara soviet di afghanistan adalah atas permintaan dewan revolusi afghanistan.(ln)

19 Januari 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BARISAN tank Soviet menggebu terus di Afghanistan, bahkan mulai mengejar gerilyawan ke dekat perbatasan Pakistan. Moskow seolah tak peduli dengan segala macam reaksi di dunia. Di PBB, 17 negara Non Blok memprakarsai suatu resolusi pekan lalu yang mendesak. Majelis Umum agar menyerukan penarikan mundur tanpa syarat seluruh 'tentara asing' dari Afghanistan di antara negara pemrakarsa itu terdapat Malaysia, Filipina dan Singapura. Dewan Keamanan PBB semula gagal mengeluarkan resolusi semacam itu karena diveto oleh Soviet. Perkembangan di Afghanistan sendiri menunjukkan bahwa Soviet tak akan mundur begitu saja. Bahkan jumlah pasukannya semakin bertambah di sana, menurut sumber diplomatik di Kabul, berkisar antara 80 sampai 100 ribu orang. Dalam jumpa persnya yang pertama pekan lalu di Kabul, Presiden Babrak Karmal mengatakan bahwa pasukan Soviet akan berada di Afghanistan dalam waktu yang lama. Sekali lagi dia menegaskan bahwa kehadiran tentara Soviet adalah "atas permintaan" Dewan Revolusi Afghanistan sebclum Presiden Hafizullah Amin digulingkan 27 Desember yang lalu. Mulai Khawatir Wartawan New York Times yang menghadiri jumpa pers itu melaporkan bahwa acara itu hampir sepenuhnya diatur oleh pejabat Soviet. Dimulai dari pendaftaran wartawan asing yang akan hadir, pengaturan tempat duduk sampai kepada soal wartawan mana yang boleh diberi kesempatan bertanya. Dari sejumlah wartawan Barat yang hadir hanya pertanyaan beberapa orang saja yang dijawab oleh Presiden Karmal. Seorang wartawan Amerika menanyakan apakah pasukan Soviet akan berada di Afghanistan hanya setahun dari sekarang. Karmal menjawab, "mereka akan pergi begitu AS menghentikan politiknya yang agresif, yang dilakukannya bersama Cina, Arab Saudi, Mesir dan Pakistan." Dan sebuah jawaban yang cukup keras terdengar ketika seorang wartawan Inggris menanyakan apakah Karmal dipilih secara demokratis. "Tuan wakil dari imperialis Inggris yang telah 3 kali melakukan invasi ke Afghanistan . . ." kata Karmal dalam membuka jawabannya. Kemudian diteruskannya bahwa dia dipilih secara aklamasi oleh Komite Sentral Partai Demokrasi Rakyat Afghanistan. alaupun Washington cemas, Presiden Carter kelihatan masih tetap berhati-hati untuk tidak mengucapkan sesuatu yang bersifat ultimatum. Setidaknya ia telah menganjurkan supaya Olympiade Moskow diboikot saja (lihat Olahraga). Hubungan Soviet-AS sejak peristiwa ini jelas menjadi agak tegang yang diperkirakan akan mempengaruhi perjanjian SALT II yang masih menunggu persetujuan Senat AS. Presiden Soviet, Leonid Brezhnev, yang dikutip koran Pravda dan kemudian disiarkan oleh jaringan teve Soviet Sabtu lalu, menuduh AS sengaja mempertegang situasi dunia. "Kritik yang tajam itu tak akan mengguncangkan politik luar negeri kami," kata Brezhnev. Ia terutama menanggapi kritik AS mengenai intervensi Soviet di Afghanistan. Tragedi Afghanistan ini cenderung akan melibatkan negara tetangganya. Pakistan sekarang menampung sekitar 400 ribu pengungsi dan gerilyawan. Sebagian besar mereka menetap di sekitar kota Psehwar dan Lintas Khyber. Umumnya mereka tinggal di tenda atau rumah darurat. Pasukan gerilya Mujahidin juga bermarkas di sana. Namun tak diketahui berapa jumlah kelompok yang melawan Soviet dari wilayah Pakistan ini. Hassam, komandan dari yang menamakan dirinya 'Kelompok Jailani' di Lintas Khyber, mengatakan bahwa mereka sedang mengharapkan bantuan senjata dari luar. Tak salah jika Presiden Pakistan, Jenderal Zia ul-Hag, mulai khawatir akan adanya penyerbuan oleh tentara Soviet ke wilayah Pakistan. Tapi ancaman Soviet ini juga suatu kesempatan baginya untuk memperkokoh kekuasaannya yang selama ini banyak dikritik, terutama sejak bekas PM Zulfikar Ali Bhutto dihukum gantungan. Dengan kejadian ini timbul suatu peluang baru pula bagi Pakistan untuk mendapatkan bantuan senjata dari AS. Telah ada rencana Carter membentuk suatu konsorsium dengan negara Barat dan Timur Tengah dalam melindungi Pakistan dari ancaman Soviet. Setelah mendengar adanya rencana memperkuat militer Pakistan, Indira Gandhi langsung menuduh bahwa itu merupakan ancaman bagi India. Yang agak aneh, menurut koran Al Ahram dari Kairo, Irak merupakan negara Timur Tengah pertama yang menawarkan fasilitas militernya kepada AS dalam menghadapi intervensi Soviet. Baru kemudian disusul oleh Mesir. Di Kuala Lumpur, Konperensi Dakwah Islam se-Asia Tenggara dan Pasifik telah menyerukan kepada seluruh umat Islam untuk mendukung perjuangan rakyat Afghanistan yang sedang 'berjihad' melawan Soviet. Bahkan Prof Ahmad Muhammad Jamal dari Universitas Raja Abdul Aziz di Jeddah dalam pertemuan itu telah menghimbau negara-negara Islam untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Soviet.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus