Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

<font size=2 color=#FF9900>FILIPINA</font><br />Kembalinya Trah Aquino

Survei menunjukkan Senator Noynoy Aquino berpeluang besar menjadi Presiden Filipina. Mengandalkan kampanye antikorupsi dan darah biru dari orang tuanya.

10 Mei 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEKAD itu muncul saat dia menyaksikan ratusan ribu warga Filipina tumpah ke jalan melepas kepergian ibunya, bekas presiden Corazon ”Cory” Aquino. ”Tak seorang pun dapat membantah bahwa rakyat berharap kembali ke suatu masa ketika kita memiliki demokrasi dan kemerdekaan yang sesungguhnya,” begitu kalimat spontan yang meluncur dari mulut Benigno Aquino Jr.

Saat itu pria bujang yang akrab disapa Noynoy ini sudah menjadi senator. Tapi posisi itu dirasanya masih jauh untuk dapat mewujudkan demokrasi dan kedamaian bagi rakyat Filipina, yang dibayangi korupsi, kekerasan bersenjata, dan separatisme.

Tepat 40 hari setelah wafatnya Cory, di Kalayaan Hall of Club Filipino di Greenhills, San Juan City, Noynoy mengumumkan tekadnya mengikuti pemilihan umum 2010. Di tempat ini pula ibunya diambil sumpah sebagai Presiden Filipina pada 1986. ”Saya menerima amanat rakyat Filipina untuk mencalonkan diri sebagai presiden,” kata Noynoy, disambut tempik sorak pendukungnya. Partai Liberal menyokong penuh langkahnya itu.

Kehadiran Noynoy memberikan secercah harapan bagi rakyat Filipina. Sejumlah politikus yang telah mencalonkan diri menjadi presiden mundur teratur melihat dukungan rakyat yang begitu besar kepadanya. Partai Iglesia ni Cristo, yang selama ini mendukung bekas presiden Joseph Estrada, pun telah berpaling menyokong Noynoy. ”Saya terkejut, tapi menghormati keputusan mereka. Saya tidak kehilangan harapan,” kata pria 73 tahun yang kembali mencalonkan diri itu

Konglomerat Manuel ”Manny” Villar pun tak gentar melihat besarnya dukungan kepada Noynoy. Manny, yang juga seorang senator, menyebut Noynoy kurang berpengalaman. ”Dia belum menunjukkan kemampuan kepemimpinan dan tidak pernah memimpin,” ujarnya.

Noynoy memang terhitung pendatang baru di dunia politik Filipina. Karier politik pencinta biliar ini baru dimulai saat dia terpilih menjadi anggota DPR dari Distrik Tarlac pada 1998. Sembilan tahun kemudian, dia terpilih sebagai anggota senat.

Sebelum terjun ke politik, Noynoy berkutat dengan bisnis di berbagai perusahaan ternama di Filipina. Dia pernah bekerja di Nike, Mondragon, dan Intra-Strata sebelum akhirnya pada 1993 bekerja di pabrik gula milik keluarga Cojuangco, keluarga dari garis ibunya: Azucarera de Tarlac.

Dalam kampanyenya, Noynoy berjanji akan memerangi korupsi yang terjadi di Filipina semasa kepemimpinan Presiden Gloria Macapagal-Arroyo. Dia juga akan membentuk komisi khusus untuk menyelidiki skandal yang melibatkan pemerintah Arroyo. ”Kantor atau komisi inilah yang nantinya akan memeriksa semua pelanggaran pemerintah sebelumnya,” katanya.

Rencana tersebut mendapat reaksi keras dari Joseph Estrada, yang kembali mencalonkan diri. Komisi tersebut, menurut dia, telah dibentuk semasa ibu Noynoy menjadi presiden. ”Nihil, tidak ada hasilnya. Lembaga itu justru menjadi sarang korupsi,” katanya tegas.

Toh, survei beberapa lembaga menunjukkan tema antikorupsi—dan darah biru kedua orang tuanya—membuat Noynoy berpeluang besar menjadi presiden. Kepercayaan kalangan pengusaha terlihat dari hasil jajak pendapat yang dilansir ING Bank Filipina, pertengahan April lalu. Noynoy meraih 37 persen suara, disusul sepupunya, Gilbert Teodoro, dengan 28 persen, dan Manny Villar, 23 persen suara.

Jajak pendapat yang diselenggarakan Social Weather Stations sejak Desember lalu menunjukkan popularitas Noynoy terus melejit. April lalu, dia berhasil meraih 38 persen suara, mengalahkan Manny Villar, yang perolehan suaranya turun menjadi 28 persen, dan Estrada, yang hanya 17 persen. Dalam jajak pendapat Pulse Asia, Noynoy berada di urutan pertama dengan 39 persen suara. Urutan kedua, dengan 20 persen suara, ditempati Manny Villar dan Estrada.

Direktur Institut Reformasi Politik dan Pemilu Ramon Casiple tak heran dengan hasil jajak pendapat yang mengunggulkan Noynoy. Senator yang dekat dengan kalangan lembaga swadaya masyarakat, aktivis, dan wartawan ini bahkan dipastikan akan memenangi pemilu mendatang. ”Rakyat butuh figur yang bisa dipercaya untuk membersihkan kekacauan yang ditinggalkan Arroyo,” katanya.

Sayangnya, pesta kemenangan Noynoy sepertinya harus ditunda. Komisi Pemilu Filipina telah mengumumkan terjadinya kerusakan optik pemindai pada mesin penghitung suara. Akibatnya, mesin itu harus diganti dan pemilu ditunda. Keputusan tersebut langsung ditentang Noynoy. ”Mesin rusak tidak boleh menjadi hambatan untuk melaksanakan pemilu,” katanya dalam konferensi pers di Aquino-Roxas di Cubao, Quezon City.

Suryani Ika Sari (Philippine Star, Inquirer, Manila Times, Manila Bulletin)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus