Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

49 Tahun Lalu Penculikan Kim Dae-jung di Tokyo, Ini Kisah Presiden Korea Selatan Periode 1998-2003

Hari ini, 8 Agustus 49 tahun lalu, politisi Kim Dae-jung diculik dari sebuah hotel di Tokyo. Kemudian hari ia menjadi Presiden Korea Selatan 1998-2003

8 Agustus 2022 | 11.25 WIB

Kim Dae-jung. Foto : wikipedia
Perbesar
Kim Dae-jung. Foto : wikipedia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Pada 8 Agustus 1973, Kim Dae-jung politisi ini mengalami penculikan saat ia berada di sebuah hotel di Tokyo, Jepang. Pria yang kemudian menjadi Presiden Korea Selatan periode 1998-2003 ini diculik di Hotel Grand Palace, Chiyoda Ward, Tokyo, Jepang. Kim Dae-jung diculik sekitar pukul 13.19 waktu setempat ketika ia meninggalkan kamar nomor 2212, yaitu tempat rapat dengan para petinggi Partai Persatuan Demokrasi (democratic unification party).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Kim Dae-jung mulai memasuki dunia politik sejak 1961. Ia mengawali debutnya dalam ranah politik sebagai anggota parlemen ketika pemerintahan Syngman Rhee (1948-1960). Kim Dae-jung juga pernah dicap sebagai “musuh negara” karena sikapnya yang menentang kediktatoran pemerintahan Jenderal Park Chung-hee dan Kim Jong-pil (Perdana Menteri 1971-1973). Ia dianggap sebagai penghalang yang mampu mengancam stabilitas status quo pemerintah. 

Kim Dae-jung nyaris mengalahkan Park dalam pemilihan presiden 1971. Hal ini membuat Park merevisi konstitusi untuk menjamin kemenangannya sendiri dalam pemilu mendatang.

Saat insiden penculikan terjadi, Kim Dae-jung dibawa pergi dari Jepang menuju Seoul dengan menggunakan kapal oleh agen intelijen pemerintah Seoul, Korea Selatan. Setelah lima hari kemudian, Kim baru dibebaskan di jalanan ibu kota Korea Selatan. Kim sendiri mengaku bahwa para penculiknya hampir saja ingin menceburkannya ke laut setelah beberapa hari penculikan. Namun, niat itu diurungkan ketika helikopter militer Amerika Serikat sedang terbang rendah di atas kapal tersebut, seperti yang dikutip dalam situs Japan Times.

Terungkap adanya sidik jari milik Kim Dong-woon, sekretaris pertama kedutaan besar Korea Selatan di Jepang melahirkan kecurigaan dan membentuk keyakinan baru bahwa seorang agen intelijen Seoul terlibat dalam penculikan Kim Dae-jung. Polisi pun menuntut hak untuk memeriksa pejabat kedutaan ini, tetapi ia menggunakan keistimewaannya yang berupa kekebalan diplomatik untuk menghindar dari pemeriksaan polisi. 

Publik Jepang terkejut dengan adanya keterlibatan Seoul dalam penculikan mantan presiden ini, tetapi ketika ingin menggalinya lebih dalam mereka gagal sehingga hubungan kedua negara ini pun tegang. 

Setelah tiga bulan insiden penculikan berlalu, tepat pada November 1973, Perdana Menteri Jepang, Kakuei Tanaka membentuk suatu perjanjian rahasia dengan koleganya, Kim Jong-pil. Perjanjian ini berakhir pada keputusan Seoul yang meminta maaf dan berjanji untuk memecat Sekretaris Kedubes, Kim Dong-woon.

Namun setelah puluhan tahun insiden penculikan terjadi, kebenaran barulah terkuak. Melansir laman encykorea.aks.ac.kr, pada 2007, panel pencari fakta Badan Intelijen Nasional Korea Selatan atau National Intelligence Service (NIS) mengatakan bahwa pihaknya tidak bisa meninggalkan adanya kemungkinan bahwa mantan presiden, Park Chung-hee secara implisit  memerintahkan langsung untuk menculik Kim Dae-jung. Dengan keluarnya laporan ini, membuat Pemerintah Korea Selatan mengakui adanya keterlibatan Park dalam insiden penculikan ini. Warga Korea Selatan pun banyak yang meyakini bahwa Park adalah dalang dari penculikan ini. 

Kendati demikian, panel pencari fakta NIS tidak memberikan kesimpulan secara keseluruhan apakah benar insiden penculikan tersebut memiliki niat untuk membunuh Kim Dae-jung. 

RACHEL FARAHDIBA R 

Baca: Mantan Presiden Korea Selatan Kim Dae-jung Meninggal

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus