Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Akhir tahun kissinger 1968-1976 selamat jalan henry

Menteri luar negeri amerika serikat, henry kis- singer, 53, mengakhiri masa jabatannya dan digantikan oleh cyrus vance. (ln)

25 Desember 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tahun 1977 agaknya akar merupakan tahun tarpa Henry Kissirger di atas, pentas. Setelah terbiasa melihatnya, muncul di halaman pertama koran, kepegiannya mungkin agak janggal terasa Tapi bisakah kita melupakannya? Bagaimana kita menilainya? HEINZ Alfred Kissinger lahir di Furth, Bavaria Jerman, 27 Mei 1923. Setengah abad kemudian, Agustus 1973, ia menjadi orang Yahudi pertama yang menduduki jabatan menteri luar negeri Amerika Serikat. Peristiwa penting itu terjadi, hanya 30 tahun setelah lewat naturalisasi ia mendapatkan kewarganegaraan Amerika. Masa 50 tahun sebelum jadi Menteri mau pun tahun-tahun setelah itu, adalah masa-masa sibuk bagi Kissinger. Juga masa peristiwa-peristiwa penting bagi dunia. Lima belas tahun hidup di Jerman, tatkala Hitler makin berkuasa, Kissinger bukannya tidak mengalami terror Nazi. Ayahnya dipecat dari jabatan guru sekolah. Ia sendiri diusir dari sekolah umum, untuk akhirnya menjadi murid pada sekolah khusus untuk orang Yahudi. Furth, kota kelahirannya itu, memang merupakan salah satu tempat permukiman Yahudi. Di sana ada tiga ribu orang Yahudi dari keseluruhan 80 ribu penduduk. Tapi ketika perang dunia berakhir, orang Yahudi yang masih tersisa di kota itu cuma ada 70 orang. Sebagian mengungsi, seperti keluarga Kissinger, tapi sebagian besar mati di kamp konsentrasi lazi. "Saya tidak begitu sadar mengenai hal itu. Untuk anak-anak, soal tersebut tidaklah begitu serius. Adalah mode sekarang ini untuk menjelaskan semua soal secara psiko-analitis, tapi secara terus terang, tekanan politik pada masa kecil saya bukanlah hal yang kini mengendalikan hidup saya", begitu Kissinger mengenang masa kecilnya. Tokoh yang kemudian amat menentukan dunia pada belahan kedua abad ke-20 itu memasuki Amerika dengan cita-cita utama menjadi akuntan. Ini pekerjaan independen yang lazim menghidupi orang-orang Yahudi di rantau. Tapi perubahan terjadi setelah pertemuannya dengan Frits Kraemer seorang imigran Jerman, yang mengajaknya ikut sebagai anggota korps intelijen pada pasukan infantri Amerika yang menduduki Jerman. Frit Kraemer itulah yang mengarahkan Kissinger. Karena itu Kraemer sering disebut "penemu" Kissinger. Heinz yang kemudian jadi "Henry" itu memasuki Universitas Harvard setelah meninggalkan dinas militer di tahun 196. Dengan beasiswa dari berbagai sumber serla pensiunan militer yang cukup besar, Kissinger menyelesaikan pelajarannya dalam ilmu pemerintahan dengan cepat dan dengan hasil gemilang. Tahun 1950 ia mendapat ijazah sarjana muda. Tahun 1952 sarjana (M.A). Lalu ia menjadi doktor dengan predikat summa cum laude di tahun 1954. Tapi bahkan ketika masih M.A., Kissinger sudah mundar-mandir ke Washington, dalam kedudukannya sebagai salah seorang penasehat Gabungan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Amerika. Kedudukannya sebagai guru besar di Universitas Harvard yang amat terhormat, serta tulisannya mengenai masalah-masalah strategis, menarik perhatian luas di kalangan politikus terkemuka di Washington mau pun New York. Tapi kesempatan terbuka lebih lebar bagi Kissinger, ketika ia bergabung dengan Council For Foreign Relations (CFR), suatu organisasi yang berada di bawah kendali keluarga Rockefeller. Dari CFR inilah umumnya datang para pemuka politik Amerika sejak tahun 1922, baik bagi partai Demokrat mau pun Republik. Bahkan jauh sebelum secara resmi menjadi tenaga penting bagi Presiden Nixon di tahun 1968, Kissinger telah membantu Presiden Kennedy (dalam soal Berlin) dan Lyndon Johnson (dalam soal Vietnam). Dalam CFR itulah. Kissinger berkenalan dengan konsep "Tata Dunia Baru", suatu istilah yang kemudian hari lebih dipopulerkan oleh Kissinger sebagai "international system of order" sebagai landasan bagi detente yang amat masyhur itu. Sebagai konseptor dari politik luar negeri Nelson Rockefeller (yang menjadi calon Presiden Amerika pada pemilihan tahun 1968), Kissinger bertanggungjawab atas semua konsep-konsep yang diumumkan oleh Rockefeller ini. Dan konsep detente itu sudah terlihat dengan jelas pada pidato calon presiden terkalahkan itu. Dalam salah satu pidato kampanyenya yang disiarkan ke seluruh dunia oleh kantor berita Associated Press pada 26 Juli 1968, Nelson Rockefeller-- yang waktu itu menduduki kursi Gubernur New York-berkata bahwa ia "akan bekerja kearah terciptanya secara internasional suatu tatanan dunia baru berdasarkan kerja sama Barat-Timur". Nelson mengumumkan pula rencananya untuk memulai pembicaraan dengan Peking segera setelah ia terpilih. Juga dengan Uni Soviet hubungan akan diperbaiki. Nelson tidak terpilih, dan Non jadi presiden. Kissinger dikabarkan amat kecewa. Ketika untuk pertama kalinya ia mendapat kabar bahwa Nixon mungkin akan menggunakan tenaganya, ia dengan marah berkata: "Nixon tidak pantas jadi presiden, dan saya tidak mau bekerja sama dengannya". Tapi ketika Nixon betul-betul membutuhkan Kissinger, Nelson Rockefeller mendesaknya agar mau bekerja untuk presiden terpilih itu. "Kalau kau menolak, jangan menegur saya lagi", ancam Nelson. Dan Kissinger masuk Gedung Putih. Jabatan pertama: Ketua Dewan Keamanan Nasional. Bersama Kissinger, turut pula masuk ke Gedung Putih konsep-konsep "tatanan dunia baru". Sehingga bagi para pengamat politik yang mengenal Kissinger sejak lama, tidak terlalu terkejut dengan kebijaksanaan luar negeri Kissinger yang terkenal sebagai detente Barat-Timur itu. Yang mula-mula dilakukan Kissinger di Gedung Putih adalah mengusahakan peredaan ketegangan Barat-Timur itu. Kedudukannya sebagai ketua Dewan Keamanan Nasional menempatkannya dalam posisi yang cukup berwibawa untuk melaksanakan cita-cita lamanya. Sejumlah perundingan rahasia yang dilakukan oleh Kissinger kemudian menghasilkan sejumlah persetujuan antara Moskow dan Washington. Medan penting pertama yang menjadi empat memamerkan perwujudan hasil politik peredaan Timur-Barat itu adalah Vietnam. Jauh sebelum memasuki Gedung Putih, Kissinger sudah sering menyatakan sikapnya mengenai harusnya Amerika keluar dari Vietnam. Lewat kontak-kontak pribadi, dengan menggunakan jasa baik tokoh komunis Australia, Wilfred Burchet, di tahun 1967 Kissinger sudah mengadakan kontak dengan Hanoi. Ketika konperensi Perdamaian Paris (Averell Harriman sebagai ketua delegasi Amerika) gagal, Kissinger terjun sendiri secara amat rahasia. Maka terkenallah perundingan rahasia Kissinger-Le Duc Tho yang kemudian berhasil mencapai persetujuan bulan Januari 1973 yang amat terkenal itu. Sumber-sumber Gedung. Putih kemudian mengungkapkan betapa kuatnya pengaruh Kissinger terhadap Nixon dalam soal Vietnam ini. Secara terbuka Kissinger menentang penyerbuan Kamboja di tahun 1970, peranjauan Haipong di bulan Mei 1972 dan pemboman Hanoi di bulan Desember 1972. Nixon yang amat marah terhadap Kissinger, konon memerintahkan agar telepon ketua Dewan Keamanan Nasional itu disadap, setelah tersiar desas-desus bahwa rencana-rencana Nixon itu "dibocorkan" oleh Kissinger kepada Anatoly Dobrinin, duta besar USSR, pada suatu resepsi di kedutaan besar Soviet di Washington. Tapi akhirnya, Kissinger juga yang menang: tentara Amerika ditarik dari Vietnam dan Vietnam Selatan jatuh ke tangan Komunis di tahun 1975, setelah -Kamboja lebih dahulu dikuasai Khmer Merah. Setelah itu, Laos pun secara perlahan-lahan dikuasai oleh Patet Lao. Untuk perdamaian di Vietnam, Kissinger dan Le Duc Tho mendapat hadiah Nobel perdamaian. Le Duc Tho menolak, Kissinger menerima bagiannya. Sejumlah kritik dilemparkan kepadanya. Tapi sekali lagi, bagi mereka yang kenal Kissinger, kejadian di Vietnam hampir tidak meleset dengan skenario lamanya. Ketika baru memulai kontak-kontak rahasianya dengan Hanoi, Kissinger sudah yakin bahwa Indo Cina pada akhirnya akan dikuasai Komunis, dan untuk menyelamatkan muka Amerika, kejatuhan itu harus terjadi beberapa tahun setelah seluruh pasukan Amerika ditarik. Pemerintahan Presiden Thieu, meski telah diperkuat dengan sejumlah senjata mutakhir oleh Washington, ternyata terlalu rapuh untuk bertahan sebagai yang diimpikan Kissinger. Kunjungan rahasia Kissinger ke Peking di tahun 1971 jug bukan hal baru kendati amat sensasionil. Rencana CFR yang diucapkan secara terbuka oleh Nelson Rockefeller dalam pidato kampanyenya di tahun 1968 itu berakibat luas. Setelah Nixoh berkunjung ke Peking di bulan Pebruari 1972, polarisasi dunia antara dua blok besar tiba-tiba mencair. RRT tiba-tiba muncul ke permukaan politik dunia, dengan kedudukan yang cukup penting untuk diperhatikan. Diplomasi pribadi yang penuh kerahasiaan, yang diperkenalkan Kissinger sejak ia memasuki Gedung Putih, makin lama makin membuat Nixon amat tergantung pada ketua Dewan Keamanan Nasional ini. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Amerika Serikat, pada tahun 1971, sebuah komite dibentuk. Dan semua pejabat penting yang menyangkut keamanan dan politik luar negeri harus tunduk pada ketua komite tersebut. Ketua itu tidak lain dari Kissinger. Sejak itulah CIA maupun Pentagon dan Kementerian Luar Negeri sebenarnya sudah berada di bawah pengawasan Kissinger. Timbullah macam-macam komentar mengenai siapa sebenarnya menteri luar negeri: William Rogers yang resmi mengepalai Kementerian Luar Negeri, atau Kissinger yang mengetuai komite penting tersebut. Terbukti kemudian bahwa Kissinger yang menang. Di bulan Agustus tahun 1973, Rogers harus memberikan kursinya kepada Kissinger. Dalam posisi yang amat kuat itulah Kissinger menangani perang Yom Kipur yang melanda Timur Tengah di bulan Oktober 1973. Dengan mandat penuh untuk memutuskan apa saja yang dianggapnya baik, Nixon melepas Kissinger ke Moskow beberapa hari setelah perang berkobar di kawasan terusan Suez dan pegunungan Golan. Meski pun secara militer Israel akhirnya unggul, diplomasi Kissinger yang jelas berdasar pada peredaan ketegangan, akhirnya tunduk juga pada kompromi dengan Moskow yang jelas amat menguntungkan Mesir. Israel marah. Tapi Kissinger yang amat berkuasa tidak mudah dipermainkan oleh siapa pun di Jerussalem. Lewat persetujuan Moskow itulah maka terjadi perundingan langsung antara perwira-perwira Israel dan Mesir di kilometer 101 Kairo Suez, yang kemudian disusul dengan penempatan pasukan penyangga PBB. Ketika gencatan senjata telah tercapai, sementara sejumlah pasukan Mesir masih terisolir di tepian timur terusan Suez, pasukan yang berada di sebelah barat terusan masih sering melakukan penembakan meriam ke arah pasukan Israel. Laporan mengenai kejadian ini cuma ditertawakan oleh Kissinger. Kepada Moshe Dayan yang mengeluh mengenai peristiwa itu, Kissinger cuma berkata: "Anda ini cuma melihat yang ada di bawah hidung. Anda sama sekali tidak melihat gambaran global". Dengan jawaban itu, jelas Kissinger berfikir dalam kerangka detente. Masih dalam konflik Timur Tengah ini, Kissinger kemudian memperkenalkan sejenis diplomasi baru, "shuttle diploma" kegiatan bolak-balik antara ibu kota negara-negara bersengketa, yang dilakukan sendiri oleh Kissinger. Tanpa memperdulikan resolusi Dewan Keamanan PBB nomor 242 yang dicapai beberapa saat setelah perang enam hari di tahun 1967, Kissinger mengatur pemisahan pasukan Mesir dan Israel di front Suez, dan kemudian Israel dan Sirya di front Golan. Di kemudian hari, kegiatan Kissinger yang amat spektakuler itu dinilai oleh para ahli politik luar negeri Amerika sebagai hal yang sama sekali tidak berprinsip bahkan tidak bermoral. Bekas Duta Besar Amerika Serikat di PBB, George W. Ball, dalam bukunya yang baru terbit menilai hasil diplomasi bolak balik Kissinger tersebut sebagai "mengenyampingkan kemungkinan serius untuk mencapai penyelesaian menyeluruh, dan memberikan kepada salah satu pihak yang bersengketa sejumlah besar senjata untuk mempertahankan wilayah yang mereka rebut dengan kekerasan, tanpa memperdulikan keputusan internasional yang diputuskan oleh Dewan Keamanan yang diperkuat oleh putusan-putusan selanjutnya". Perang Yom Kipur diikuti oleh boikot minyak, yang dilancarkan oleh negara-negara Arab. Ini membawa suatu perkembangan baru dalam hubungan Washington dengan negara-negara sekutunya di Eropa Barat. Hubungan itu Inenjadi amat serius soalnya oleh detente itu juga. Negara-negara anggota NATO makin lama makin sadar bahwa detente yang diarsiteki oleh Kissinger itu cuma makin melemahkan posisi militer negara-negara Barat. Admiral Zumwalt dari Angkatan Laut Amerika, tahun silam secara terbuka mengecam detente. Dari admiral inilah rupanya tersiarnya data-data militer Amerika yang berada jauh di bawah jumlah persenjataan, baik nuklir mau pun konvensionil, yang dimiliki oleh Uni Soviet. Sementara jumlah senjata yang dimiliki Amerika Serikat tetap seperti yang disetujui dalam perundingan pengurangan dan pembatasan senjata, Uni Soviet secara diam-diam terus meningkatkan jumlah senjata dan jumlah pasukannya. Kissinger bukan cuma mengancam akan menangkap Zumwalt dengan tuduhan insubordinasi, tapi juga memerintahkan agar laporan CIA ke Kongres mengenai pelanggaran oleh pihak Rusia supaya dibatasi. Bahkan siaran radio Suara Amerika mendapat perintah untuk mengurangi serangannya kepada Moskow, dalam siaran-siaran yang ditujukan ke Eropa Timur. EROPA Barat yang makin gugup melihat persenjataan Pakta Warsawa yang makin menghebat itu, terus menerus menyatakan protes ke Washington. Ketegangan pun terjadi antara Washington dengan sekutu-sekutunya yang tidak begitu yakin dengan detente itu. Di dalam kabinet Ford yang menggantikan Nixon sendiri terjadi perpecahan. Menteri Pertahanan James Schlesinger tidak begitu bersimpati dengan kebijaksanaan luar negeri Kissinger. Ia akhirnya harus menerima keputusan Ford yang memecatnya dari jabatan sebagai kepala Pentagon . Kecaman terhadap Kissinger tidak cuma datang dari Pentagon dan para diplomat macam Ball atau dari pihak Nato. Kritik juga datang dari para anggota Kongres yang menaruh curiga terhadap kemungkinan Kissinger terlibat dalam peristiwa Watergate. Sebagai orang yang amat berkuasa di Gedung Putih masa itu, nampaknya memang berdasar untuk mencurigai Kissinger. Apalagi setelah terbukti bahwa dialah orang pertama dalam masa Nixon yang memerintahkan penyadapan pembicaraan telepon sejumlah pejabat Pentagon dan beberapa wartawan yang dicurigai ikut membocorkan rahasia Pentagon yang dipelopori oleh Daniel Elsberg. Terhadap kecurigaan itu, di tahun 1974, Nixon pernah mengeluarkan ancaman mengundurkan diri. Dengan ancaman atau tidak, Kissinger akhirnya akan mundur juga di pertengahan bulan Januari tahun depan, beberapa saat setelah Presiden terpilih Jimmy Carter secara resmi mengambil alih pemerintahan dari tangan Gerald Ford. Bahkan ketika masih duduk di kursinya, sejumlah kritik dan pujian telah diarahkan kepada Kissinger. Belum pernah Amerika Serikat mempunyai seorang menteri luar negeri semasyhur Kissinger dengan sejumlah buku mengenai diri dan kegiatannya terbit pada masa berkuasanya. Dan buku, dengan kecaman atau pun pujian nampaknya masih akan terus mengalir di masa-masa yang akan datang. Kesalahan Kissinger, sebagaimana dikatakan para pengritiknya seperti Ball ialah bahwa ia hanya main dengan bola-bola yang besar tapi terbatas jumlahnya. Ia terlalu memusatkan perhatian pada negara-negara tertentu, dan dengan demikian tak memiliki banyak alternatif dalam permainan. Kekurangan Kissinger yang lain tentu saja ketergantungan suatu politik luar negeri AS pada seorang pribadi, bukan sebuah lembaga. Pernyataan-pernyataan Presiden terpilih Carter, yang mencerminkan ketidak-setujuannya pada cara diplomasi Kissinger, serta kekuasaan yang berlebihan di tangan menteri tersebut, nampaknya harus ditafsirkan bahwa diplomasi gaya Kissinger yang amat pribadi dan penuh kerahasiaan akan segera berakhir. Kenyataan itu juga diperkuat oleh pernyataan calon pengganti Kissinger Cyrus Vance, yang bertekad untuk tidak banyak melakukan perjalanan. Ia akan memusatkan kegiatan pada pengorganisasian kementeriannya dalam membantu Carter. Tapi perubahan apapun yang bakal terjadi nanti, Kissinger akan dipuji atau dikecam, suatu hal yang pasti: profesor Universitas Harvard, orang Yahudi kelahiran Jerman itu adalah orang istimewa dalam sejarah diplomasi dunia moderen. Dia memang "super-K", meskipun bukan super manusia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus