Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah studi National Survey of Living Conditions (ENCOVI) dan dipublikasi pada Rabu, 29 September 2021, mengungkap sekitar tiga perempat warga negara Venezuela hidup dalam kemiskinan yang sangat parah setelah negara OPEC itu mengalami hiperinflasi, yang berlangsung tujuh tahun berturut-turut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Survey ENCOVI dilakukan oleh ilmuwan di Universitas Katholik Andres Bello, menemukan sebanyak 28 juta jiwa populasi Venezuela, sebanyak 76,6 persennya hidup dalam kemiskinan ekstrim. Jumlah itu naik dibanding tahun lalu, yang tercatat 67,7 persen.
Yaneidi Guzman menyiapkan ikan sarden di dapur rumahnya di Caracas, Venezuela, 17 Februari 2019. Ia merupakan salah satu dari banyak rakyat Venezuela yang menderita kekurangan gizi setelah ekonomi Venezuela memburuk dalam lima tahun terakhir di bawah Presiden Nicolas Maduro. REUTERS/Carlos Garcia Rawlins
Laporan itu menyoroti kenaikan angka kemiskinan karena dampak pandemi Covid-19 dan kekurangan pasokan bahan bakar yang kronis. Sekitar 20 persen responden dalam studi ini mengungkap mereka tidak bisa mengisi bensin ke kendaraan mereka sehingga hal ini telah menghambat mereka dalam bekerja.
Menurut Pedro Luis Espana, sosiolog dari Universitas Katholik Andres Bello, yang juga ikut dalam riset tersebut, studi ENCOVI disusun pada 2014 untuk menebus karena tidak adanya data resmi dari pemerintah. Espana mengutarakan saat ini Venezuela sudah kehilangan daya beli masyarakat, lapangan pekerjaan sulit sehingga mengarah pada kejenuhan.
Bukan hanya itu, sektor pemerintah membayar gaji dengan sangat dengan buruk, di mana UMR di Venezuela sekitar USD 3 per bulan. Sedangkan sektor swasta di Venezuela cukup kecil.
“Tidak ada kesempatan, warga hanya duduk di rumah, bukan karena malas, namun karena tidak ada tempat untuk dituju,” kata Espana.
Kementerian Informasi Venezuela tidak mau berkomentar mengenai temuan dari studi tersebut. Presiden Venezuela Nicolas Maduro sering kali menyalahkan sanksi-sanksi dari Amerika Serikat sebagai yang membuat negara sengsara, namun kritik yang bermunculan menyebut krisis di Venezuela karena salah kelola perekonomian negara.
Sumber: Reuters