Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO,Washington— Amerika Serikat meyakini peretas Rusia telah menyerang kantor berita negara Qatar, dan mempublikasikan berita palsu yang memicu krisis di antara negara Teluk.
Hal ini diungkapkan oleh seorang pejabat AS yang menolak disebutkan namanya, seperti dilansir laman CNN, Rabu 7 Juni 2017.
Baca: Krisis Diplomatik Qatar, Donald Trump Membela Arab Saudi
Pejabat AS itu menambahkan, temuan intelijen yang didapat badan keamanan AS mengindikasikan, peretas Rusia berada di belakang gangguan, yang pertama kali dilaporkan Pemerintah Qatar dua pekan lalu.
Tuduhan keterlibatan hacker Rusia meningkatkan kekhawatiran badan intelijen dan penegakan hukum AS bahwa Rusia terus mencoba upaya peretasan terhadap sekutu AS, seperti yang diyakini terjadi kala pemilihan presiden AS 2016 lalu.
Pejabat AS mengatakan, tujuan Rusia tampaknya adalah untuk menyebabkan perpecahan di antara AS dan sekutu-sekutunya.
Dalam beberapa bulan terakhir muncul dugaan aktivitas siber Rusia, termasuk penggunaan berita palsu, muncul di tengah pemilihan umum di Perancis, Jerman, dan negara-negara lain.
Belum jelas apakah AS telah melacak para hacker dalam insiden Qatar kepada organisasi kriminal Rusia atau dinas keamanan Rusia yang dipersalahkan atas peretasan pemilihan AS.
Seorang pejabat lain mencatat, berdasarkan data intelijen masa lalu menyebutkan tidak banyak hal semacam itu bisa terjadi di negara tersebut, tanpa restu pemerintah.
Sementara, pihak FBI dan Badan Intelijen CIA menolak berkomentar tentang kabar ini
Juru bicara Kedutaan Qatar di Washington mengatakan, penyelidikan sedang berlangsung dan hasilnya akan segera dirilis untuk publik.
Baca : Arab Saudi Cs Putuskan Hubungan dengan Qatar, Ini Reaksi Amerika
Pemerintah Qatar telah membantah munculnya sebuah berita pada 23 Mei di kantor berita QNA yang menyebutkan penguasa negara itu bersahabat dengan Iran dan Israel, serta mempertanyakan kelangsungan kekuasaan Presiden Donald Trump.
QNA juga menerbitkan berita yang menyebut Doha menarik duta besar dari Arab Saudi, Bahrain, Mesir, dan Uni Emirat Arab setelah menemukan adanya konspirasi melawan Qatar.
Meski dibantah, laporan tersebut terlanjur memicu ketegangan politik di Teluk.
Selama ini, Qatar menjadi tempat dari salah satu pangkalan militer terbesar AS di wilayah tersebut.
Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed Bin Abdulrahman al-Thani mengatakan kepada CNN , FBI telah mengkonfirmasi peretasan dan penanaman berita palsu tersebut.
"Apa pun yang telah dilontarkan sebagai tuduhan semua didasarkan pada informasi yang keliru dan kami berpikir bahwa keseluruhan krisis didasarkan pada kesalahan informasi," kata Menlu Qatar. "Karena itu dimulai berdasarkan berita palsu, terjepit, dan dimasukkan ke dalam kantor berita nasional, kita yang telah diretas dan dibuktikan oleh FBI."
CNN | BBC | SITA PLANASARI AQUADINI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini