Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Baku pukul antara pelayan salon kecantikan dengan pengunjung memicu munculnya kebencian rasial terhadap orang Asia di kawasan East Fltasbush, Brooklyn, Amerika Serikat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Perkelahian antara pelayan dan pengunjung salon diwarnai dengan saling pukul, saling melempar benda-benda yang ada di dalam salon kecantikan New Red Apple Nails pada Jumat malam, 10 Agustus 2018, seperti dikutip dari South China Morning Post, Selasa, 7 Agustus 2018.
Baca: Kebencian Rasial dan Agama di Inggris Melonjak Tajam
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Berawal saat wanita berkulit gelap, Christina Thomas, 21 tahun, masuk ke dalam salon untuk manicure, pedicure, dan eyebrow wax.
Pelayan salon berwajah Asia mendapat keluhan dari Thomas yang tidak puas dengan layanan eyebrow wax. Ia kemudian menolak membayar untuk layanan itu seharga US$ 5 atau setara dengan Rp 72 ribu seperti dikutip dari TV News12 di Brooklyn.
Ternyata menurut pelayan salon, Thomas juga menolak membayar untuk layanan pedicure. Sehingga menurut manajer salon, Michael Lin, para pekerjanya mencegah Thomas keluar dari salon.
Cekcok tak terelakkan hingga baku pukul terjadi. Thomas dan beberapa wanita berkulit gelap berkelahi dengan para pelayan salon. Salon menjadi chaos, berantakan.
"Dia mengatakan dia tidak suka dan tidak mau membayar tanpa alasan," kata Lin.
Lin kemudian meminta Tohmas duduk dan akan memanggil polisi untuk membantu menyelesaikan permasalahan ini.
"Anda tidak membayar jika polisi katakan anda boleh pergi. Lalu anda bayar untuk pedicure jika polisi minta anda membayar untuk pedicure. Tidak untuk eyebrow, tak masalah," ujar Lin menjelaskan kepada TV NBC4 New York.
Polisi kemudian menahan seorang pelayan salon dan seorang pengunjung atas tuduhan membuat onar. Pelayan salon bahkan dijerat pasal tentang penggunaan senjata. Lin juga dibawa polisi untuk menjalani pemeriksaan oleh polisi.
Baca: Berbisnis Isu Kebencian Rasial, Pria Singapura Masuk Bui
Seorang netizen bernama Mercy Maduka kemudian mengunggah video baku pukul di dalam salon ke Facebook di hari yang sama dengan aksi baku pukul itu. Saat baku pukul terjadi, dia berada di dalam salon.
Dalam hitungan menit video aksi baku pukul antara pengunjung dan pelayan salon mendapat respons ribuan orang.
Unjuk rasa pun muncul pada hari Senin, 6 Agustus, di depan salon. Aparat polisi berjaga-jaga. Sekelompok wanita berkulit gelap mengomentari perkelahian itu dengan berunjuk rasa.
Perkelahian itu telah memunculkan ketegangan rasial. Warga Brooklyn yang sebagian besar berkulit gelap diserukan untuk tidak lagi menghabiskan uangnya ke perusahaan-perusahaan Asia.
"Saya mengharapkan keadilan, namun yang paling saya harapkan warga kulit hitam belajar bahwa ketika bisnis ini tidak menghormati anda, maka anda jangan menghabiskan uang anda kepada mereka," ujar Tionna Smalls, seorang pengunjuk rasa kepada ABC7 New York.
Baca: Ketegangan Rasial Bayangi Afrika Selatan
Seorang pria tampak mengibarkan bendera Pan-African di hadapan barikade polisi.
"Semua orang di toko-toko ini tidak suka orang kulit hitam. Mereka mengambil uang kami dan lalu lari," ujarnya.
Seorang pengunjuk rasa lainnya berteriak:"Di mana ICE (Badan Penegak Hukum untuk Imigrasi dan Bea Cukai) untuk memeriksa status KTP."
Data sensus penduduk menyebutkan persentase penduduk di East Flatbush, kawasan kelas pekerja di Brooklyn, 86 persen dihuni warga kulit gelap dan hanya 1 persen warga Asia.
SOUTH CHINA MORNING POST | NEW YORK DAILY | TV NEWS 12 | ABC7