Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Inflasi di Jerman yang dipicu oleh krisis energi akibat invasi Rusia ke Ukraina, diprediksi akan terus meroket dalam beberapa waktu mendatang. Presiden Bank Sentral Jerman Joachim Nagel mengatakan angka rata-rata inflasi mungkin saja bisa sampai 10 persen pada musim gugur nanti.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Mahasiswa Indonesia yang tengah menempuh studi di Jerman, Reza Khasbullah, menceritakan dampak laju inflasi terhadap kehidupan sehari-hari. WNI asal Bandung yang sekarang tinggal di Munich itu mengatakan, efek inflasi tersebut sudah dirasakannya sejak tiga atau empat bulan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Ada kenaikan harga-harga bahan pokok, kenaikan harga listrik hingga energi, dampaknya harga sewa rumah pun ikut naik juga," kata Reza kepada Tempo, Ahad, 21 Agustus 2022.
"Belanja jadi terasa lebih mahal, belanja sehari-hari," ujarnya.
Reza mengatakan, pemerintah Jerman mengimbau kepada warga untuk lebih menghemat energi. Di beberapa tempat di pusat kota, lampu banyak yang sengaja dimatikan saat malam hari.
Penggunaan fasilitas publik lain yang menggunakan listrik dalam skala besar juga dianjurkan untuk dikurangi.
Harga bahan pokok, menurut Reza, naik rata-rata sekitar 10 sampai 12 persen. Misalkan nasi biasanya 2 euro atau Rp29,8 ribu menjadi 2,10 euro atau Rp31,3 ribu.
Tapi yang paling signifikan adalah minyak goreng, yang sempat naik 300 persen. Biasanya seharga 1 euro atau Rp14,9 ribu menjadi 3 sampai 4 euro atau Rp44,7 - Rp59,6 ribu.
"Penyebabnya ada kelangkaan (pasokan minyak goreng) waktu awal konflik Ukraina," kata mahasiswa Teknik Elektro itu.
Reza menambahkan, sejauh ini belum ada bantuan khusus bagi mahasiswa untuk melalui badai inflasi ini. Namun karena krisis energi, ada keringanan untuk transportasi publik. Dengan hanya membayar 9 euro per bulan, ia bisa pergi ke wilayah Jerman mana saja.
Menurut data badan statistik Jerman, Destatis, inflasi di negeri Bavaria turun sedikit menjadi 7,5 persen pada Juli 2022, dibandingkan dengan 7,6 persen pada Juni 2022.
Pengamat ekonomi mengatakan penurunan ini salah satunya karena berbagai program bantuan pemerintah, antara lain tiket kereta api 9 euro sebulan dan subsidi bahan bakar.
Namun, biaya energi dan makanan akan tetap tinggi akibat perang di Ukraina dan kemacetan pasokan bahkan sampai 2023.
Dalam wawancara dengan surat kabar Rheinische Post pada Sabtu pekan lalu, Presiden Bank Sentral Jerman Joachim Nagel menyebut negaranya mungkin saja akan jatuh ke resesi di tengah ketidakpastian ekonomi ini.
Nagel memperingatkan berkurangnya impor gas alam dari Rusia bisa memperparah ekonomi Jerman. “Saat krisis energi semakin dalam, resesi kemungkinan terjadi pada musim dingin mendatang,” kata Nagel memprediksi.
DANIEL AHMAD