Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Vatican City – Seorang kardinal terkenal Katholik mengatakan sejumlah dokumen gereja mengenai para imam yang dituding terlibat pelecehan seksual anak-anak telah dimusnahkan atau tidak pernah dibuat. Ini membuat para imam terduga pedofil memangsa anak-anak lain sebagai korbannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca:
“Dokumen yang telah mendokumentasikan perilaku mengerikan dan nama-nama yang bertanggung jawab telah dihancurkan atau tidak dibuat sama sekali,” kata Reinhard Marx, yang merupakan kardinal asal Jerman, dalam konferensi penanganan pelecehan seksual anak, yang digelar Vatikan sejak Kamis lalu pada Sabtu, 23 Februari 2019.
Marx menambahkan,”Bukannya para pelaku, para korban yang terkena peraturan dan diminta diam. Prosedur dan proses untuk penuntutan terhadap tindakan pelanggaran ini sengaja tidak diikuti.”
Baca:
Marx mengatakan ini pada hari ketiga konferensi penanganan pelecehan seksual anak, yang dibuka Paus Fransiskus dan berlangsung selama empat hari. Konferensi pertama yang membahas isu sensitif ini diikuti sekitar 200 tokoh termasuk uskup dan kardinal Katholik dari berbagai negara.
Konferensi ini digelar untuk menangani krisis yang telah membebani Gereja Katholik Roma selama beberapa dekade. Skandal pelecehan seksual ini terungkap di sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Australia, Jerman, Cile dan Irlandia.
Baca:
Konferensi ini juga menghadirkan sejumlah korban pelecehan seksual baik bocah lelaki dan perempuan. Salah satunya, korban perempuan yang mengalami pelecehan seksual oleh seorang pastor sejak berusia 11 tahun.
“Terukir di mata, telinga, hidung, tubuh dan jiwa saya saat dia membuat saya tidak bisa bergerak, sebagai seorang anak, dengan kekuatan manusia super,” kata korban perempuan ini, yang identitasnya tetap dirahasiakan.
“Saya mencoba agar mati rasa, saya menahan napas, saya mencoba keluar dari tubuh saya, saya berusaha mati-matian mencari jendela untuk melihat keluar, menunggu hingga semua selesai.“
Baca:
“Saya pikir jika saya tidak bergerak, mungkin saya tidak akan merasakan apapun, jika saya tidak bernapas mungkin saya bisa mati.”
Nama Marx muncul pada September 2018 saat meminta maaf kepada ribuan korban pelecehan seksual oleh sejumlah imam di gereja Jerman. Dia menegaskan para pelaku harus dibawa ke proses hukum.
Pengakuan Marx mengenai penghilangan dokumen itu menimbulkan reaksi dari Peter Isely dari kelompok Ending Clerical Abuse. Dia mengecam penghancuran dokumen itu sebagai tindakan ilegal dan menuntut investigasi digelar.
“Apa yang tidak dia beritahu kita adalah siapa yang melakukan itu? Dimana mereka melakukannya? Dan dokumen apa yang mereka hancurkan?” kata Isely.
Sejumlah korban berparade dari Kota Roma, Italia, menuju Vatikan, sambil memegang kertas bertuliskan tuduhan bahwa Paus Fransiskus bersikap tuli terhadap tangisan mereka. Para pengunjuk rasa mendesak gereja mengeluarkan para pelaku pelecehan seksual dan pelindungnya.
Sejumlah orang berunjuk rasa pada saat pelaksaan konferensi penanganan krisis global pelecehan seksual anak di Vatikan, yang berlangsung empat hari sejak Kamis, 21 hingga Ahad, 24 Februari 2019 waktu setempat. EPA via ABC News
“Saya tidak ingat peristiwa pemerkosaan saya, itu terjadi dengan sangat kasar, hingga 50 tahun kemudian peristiwa itu terjadi,” kata Tim Lennon dari jaringan korban selamat bernama SNAP. “Luka dan bahaya yang ditimbulkan oleh pelecehan seksual anak merupakan luka seumur hidup.”
Menurut Kardinal Marx, sikap transparan dan pengelolaan menjadi kunci untuk membangun kembali rasa percaya dan kredibilitas dari gereja Katholik. Ini karena gereja telah keliru dalam menangani kasus pelecehan seksual anak oleh para imam.
“Administrasi gereja yang berfungsi penuh merupakan bangunan penting dalam melawan pelecehan seksual dan menangani pelecehan seksual,” kata Kardinal Marx. Paus Fransiskus meminta semua pihak termasuk uskup untuk mendengarkan tangisan para korban pelecehan seksual saat dia membuka konferensi ini pada Kamis lalu.