Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Pandemi Covid-19 di India Memburuk

Berita internasional dalam sepekan.

1 Mei 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

India

Pandemi Covid-19 Memburuk


INDIA melaporkan 401.993 kasus infeksi Covid-19 dalam sehari pada Sabtu, 1 Mei lalu. Menurut CNN, berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan India, angka tersebut menandai 10 hari berturut-turut ledakan jumlah kasus yang mencapai 300 ribu per hari. Total kasus yang tercatat kini mencapai lebih dari 19 juta dengan 211.853 korban meninggal sejak pandemi merebak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pemerintah berjuang menahan laju penularan virus dengan menggenjot vaksinasi yang telah dimulai 16 Januari lalu. Hingga Jumat, 30 April lalu, sudah 27,8 juta orang atau 2,1 persen penduduk diberi suntikan vaksin pertama.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selain itu, untuk mengatasi kelangkaan tabung oksigen, pemerintah mengizinkan impor konsentrator oksigen, alat medis untuk mengumpulkan oksigen dari udara, guna keperluan pribadi. Peralatan itu dikecualikan dari barang kena cukai.

Beberapa negara mulai menutup pintu bagi pendatang dari India. Australia mengancam akan memenjarakan siapa pun yang masuk ke negeri itu dari India, termasuk warga negaranya sendiri. Adapun Singapura sudah melarang masuk pendatang dari India sejak pekan lalu dan kini menambah larangan terhadap pendatang dari Bangladesh, Nepal, Pakistan, dan Sri Lanka.


Palestina

Abbas Menunda Pemilihan Umum

Bentrokan antara warga Palestina dengan polisi Israell saat waktu berbuka puasa di Yerusalem, 23 April 2021. Reuters/Ammar Awad

PEMIMPIN Palestina Mahmoud Abbas menunda pemilihan umum parlemen yang seharusnya digelar pada Mei ini. Dia mengatakan pemilihan hanya bisa digelar jika Israel mengizinkan 150 ribu pemilih Palestina untuk memberikan suara di Yerusalem Timur yang diduduki Israel. Hingga kini, Israel belum memberikan izin.

"Menghadapi situasi sulit ini, kami memutuskan untuk menunda tanggal penyelenggaraan pemilihan umum legislatif sampai partisipasi Yerusalem dan rakyatnya dijamin," ujar Abbas dalam pidatonya di stasiun televisi Palestina, pada Kamis, 29 April lalu. "Yerusalem tidak akan dikompromikan dan rakyat kami di Yerusalem tidak akan menyerah untuk menggunakan hak demokrasi mereka."

Bila digelar, ini menjadi pemilihan umum parlemen dan presiden pertama sejak 2006. Abbas menghadapi tekanan besar untuk segera menggelar pemilihan guna menunjukkan persatuan rakyat Palestina. Kekerasan antarfaksi pecah setelah pemilihan umum terakhir. Secara de facto Palestina diatur oleh dua pemerintah—satu oleh partai Fatah pimpinan Abbas di Tepi Barat yang diduduki Israel dan yang lain oleh kelompok milisi Hamas di Jalur Gaza.



Afganistan

Amerika Mulai Tarik Pasukan

Tentara Amerika Serikat saat melakukan misi militer di Afghanistan, Oktober 2010. Reuters/Finbarr O'Reilly/File

AMERIKA Serikat mulai menarik pasukan dari Afganistan pada Sabtu, 1 Mei lalu, untuk mengakhiri apa yang disebut Presiden Amerika Joe Biden sebagai "perang abadi". Pasukan Amerika dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) telah beroperasi di sana selama hampir 20 tahun. Penarikan pasukan itu justru terjadi di tengah meningkatnya kekerasan di sana.

Taliban memperingatkan, setelah pasukan Amerika mundur, mereka tak lagi terikat oleh kesepakatan untuk tidak menyasar pasukan internasional. Di bawah kesepakatan yang ditandatangani tahun lalu antara Taliban dan Amerika di bawah Donald Trump, Taliban tak akan melakukan serangan hingga pasukan asing keluar pada 1 Mei. Namun Biden memutuskan bahwa penarikan pasukan berlangsung secara bertahap hingga 11 September mendatang dengan alasan situasi keamanan.

Presiden Afganistan Ashraf Ghani mengklaim bahwa pasukan pemerintah sepenuhnya mampu meredam pemberontak. Dia berpendapat bahwa penarikan pasukan Amerika dan NATO akan menghilangkan alasan Taliban untuk berperang. "Siapa yang kamu bunuh? Apa yang kamu hancurkan? Dalih untuk memerangi orang asing sekarang sudah berakhir," katanya.

Namun banyak pihak yang tidak seoptimistis Ashraf Ghani. "Semua orang takut kami mungkin akan kembali ke hari-hari kelam pada era Taliban," ucap Mena Nowrozi, pegawai di sebuah stasiun radio swasta di Kabul, kepada kantor berita AFP.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus