Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Genderang perang di depan malacanang bisakah marcos bertahan

Demonstrasi besar-besaran sebagai reaksi klimaks atas matinya aquino. undang-undang darurat perang 11 tahun. ekonomi merosot, afp menyokong marcos. (ln)

1 Oktober 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MULAI Senin pekan silam, lonceng-lonceng gereja di Manila berdentang 21 kali pada tengah hari, mengimbau "kerukunan nasional" yang diisyaratkan Jaime Kardinal Sin kepada Pre siden Ferdinand Marcos. Imbauan belum sempat berbalas, ketika peringatan hari duka cita nasional dua hari kemudian pecah menjadi huru-hara yang mengalirkan darah. Korban yang jatuh tergeletak tidak jauh dari Istana Malacanang, tercatat: seorang brigjen dari satuan pengawal istana, seorang kolonel (Marinir), tiga anggota Pasukan Anti-Huruhara, dan enam demonstran terbunuh. Selain itu, diperkirakan 200 orang lainnya cedera sebagian besar, tentu saja, demonstran. Sebelas tahun berselang, ketika UU Darurat diberlakukan 21 September 1972, Manila boleh dibilang lebih rawan dari sekarang. Demonstrasi hampir terjadi tiap hari dan menurut Marcos, Filipina masa itu terancam oleh pihak-pihak yang saling bertentangan. Makanya ia memilih memberlakukan UU Darurat sebagai langkah pertama Tujuan utama Marcos: mencipsakan politik yang lebih bcrsih, menumpas korupsi dan kerusuhan. dan kemudian membangun ekonomi yang lebih adil. Apa yang dipersembahkan Marcos sesudah 11 tahun kepada Filipina? Pertanyaan itu dijawab massa yang berkumpul di Ayala Avenue, Makati, Manila, akhir pekan lalu dengan teriakan: "Marcos diktator! Marcos boneka imperialis AS!" Sebelumnya mereka membakar boneka presiden Filipina, Presiden Ronald Reagan, dan juga bendera Amerika Serikat. Sentimen anti-Marcos, sejak itu, marak dengan cepatnya. Pasukan Anti-Huru-hara terpaksa membubarkan aksi massa sepanjang pekan silam dengan tembakan gencar ke udara dan semprotan gas air mata. Tapi gerakan anti-Marcos, yang kabarnya juga didukung oleh pengusaha terkuat Filipina, Ayala, tetap tak reda - bahkan disambut meriah oleh penduduk. Pengendara motor dan mobil serentak membunyikan klakson, sedangkan dari jendela gedung bertingkat terlempar kertas dan pita kuning, warna kesukaan mendiang Ninoy, yang bisa ditafsirkan juga sebagai isyarat menentang Marcos. Mengapa penduduk mulai berani memihak? Apakah karena bekas senator Benigno "Ninoy" Aquino telah tewas untuk itu? Atau karena Marcos sudah mengeluarkan perintah "tembak di tempat" bagi demonstran sejak Rabu lalu ? Kematian Aquino di bandar udara Manila, 21 Agustus, dan ketidaktegasan Marcos untuk secara tuntas menyingkap tabir kejahatan itu, rupanya sangat menusuk perasaan rakyat. Di mata mereka politik tidak menjadi lebih bersih, sedangkan korupsi sama saja rawannya. Ekonomi memang direncanakan lebih teliti oleh para teknokrat, tapi rakyat yang berada di bawah garis kemiskinan ditaksir meliputi 35% sampai 45% dari 48 juta penduduk. UU Dasar diperkaya dengan sembilan amendemen dari Marcos, hingga struktur politik negara menjadi lentur - cocok untuk kepentingan pribadi dan keluarga Presiden. Terakhir Marcos bahkan menentukan, di saat-saat ia tidak mungkin berfungsi lagi sebagai kepala negara, maka sebuah komite eksekutif beranggotakan 15 orang yang akan menggantikannya. Imelda Marcos tercatat sebagai salah seorang anggota komite itu. Berbeda dengan tradisi yang dipraktekkan bertahun-tahun, dalam peringatan UU Darurat, Marcos tidak tampil di depan umum. la, mungkin karena alasan-alasan kesehatan hanya muncul di layar televisi. Ketika ribuan demonstran bergerak dari empat gereja ke jantung Manila menuntut pengunduran dirinya, presiden itu bicara tentang penghematan uang negara. Ini, katanya, perlu untuk memperbaiki defisit neraca pembayaran yang terakhir melonjak sampai US$ 747 juta -- angka tertinggi sepanjang sejarah Republik Filipina. Kondisi keuangan negara itu agaknya sama rawannya dengan situasi politik yang sedang bergolak. Kini banyak bankir asing senewen karena utang luar negeri Filipina terakhir tercatat sebesar US$ 15,37 milyar ketiga terbesar di Asia sesudah Korea Selatan dan Indonesia. Dengan laju inflasi 1O,5% dan defisit US$ 747 juta, secara resmi ada tiga bahaya yang dihadapi ekonomi Filipina kini: beban utang luar negeri yang, konon, akan dijadwal kembali, suku bunga yang tinggi, dan harga komoditi ekspornya (gula, kopra, tembaga) yang rendah. Dibayang-bayangi resesi dunia, penampilan ekonoml negara itu tampak semakin suram. Dalam kesulitan membayar utangnya, Filipina, sejak tahun lalu, sering dibandingkan dengan Meksiko, yang punya beban pinjaman US$ 82 milyar. Bedanya: Meksiko kaya minyak, sementara tambang Filipina, di Pulau Palawan, paling kuat mcnycmburkan 27.000 barrel per hari atau 10%, dari kebutuhan mereka tiap hari. Di samping utang besar, Perdana Menteri merangkap Menteri Keuangan Cetar Virata juga terpojok oleh utang jangka pendek yang nyelonong masuk tanpa sepengetahuannya. Singkatnya, peta ekonomi terbelah dua: bidang yang dikelola teknokrat dan bidang yang digarap politisi. Krisis tumbuh di sektor politisi ini, khususnya, karena digerogoti korupsi, penghamburan, dan salah urus. Di sektor ini pula, apa yang disebut cronysm merajalela. Sejenis persekongkolan keluarga, cronysm merepotkan Virata karena ambisi mereka yang besar untuk menyaingi sukses milyarder Ayala dan Soriano. Beberapa di antaranya harus diselamatkan oleh apa lagi kalau bukan, dana pemerintah. Untuk mengatasi itu, pengusaha besar Herminio. Di sini dipaksa Virata menjual beberapa perusahaannya. Ricardo Silverio harus tunduk pada manajer pemerintah yang akan mengelola perakitan mobilnya. Sedangkan Construction and Development Corp. of the Philippines (CDCP) milik Rodolfo Cuenca, senang atau tidak, kini ditangani sepenuhnya oleh pemerintah. Sibuk membenahi perusahaan cronysm yang hampir seluruhnya milik kerabat Presiden ataupun Imelda, Virata masih dituntut Bank Dunia untuk mengendurkan program investasi pemerintah disamping harus memperluas lapangan kerja. Padahal, saat ini pengangguran justru meningkat - tiga tahun silam angkanya sampai 14,6% Penyusutan eksploitasi minyak di Timur Tengah juga mengakibatkan pengurangan jumlah burub Filipina yang bekerja di sana, dari 300.000 menjadi 82.000 orang. Meski pendapatan per kapita mencatat 1940 peso (1981), sekitar Rp 200.000, toh tingkat pertumbuhan ekonominya mencatat titik terendah tahun itu: hanya 4,9%. Periode 1978-1980 mereka mencatat: 6,1%. Memang bukan yang terburuk di lingkungan ASEAN, tapi dalam keadaan demikian peluang Virata untuk berhasil menyelamatkan ekonomi Filipina hanya 50%. Begitu menurut pengamat internasional . Dewasa ini, baik di Filipina ataupun di AS, misalnya, orang sama sekali tidak bicara tentang peluang Virata. Tapi peluang Angkatan Bersenjata Filipina (AFP). Mengapa? Di negeri yang pemerintah sipilnya tidak dicampuri militer, seperti dibanggakan Marcos, masyarakatnya mulai khawatir akan kemungkinan semacam itu. Tapi kepada delegasi perantau Filipina di AS yang berkunjung ke Manila, belum lama berselang, Panglima AFP Jenderal Fabian Ver menjanjikan, "pihak militer akan menjunjung tinggi pemerintah sipil." Ucapan ini tak pelak lagi dimaksudkan untuk meredakan desas-desus tentang kemungkinan ambil alih kekuasaan olehAFP atau oknum AFPI andai kata Presiden Marcos, karena sebab-sebab kesehatan, terpaksa mengundurkan diri. Kendati Marcos tiap kali menegaskan kesehatannya membaik (pengumuman resmi selalu mengatakan "hanya menderita alergi atau semacam peradangan yang disebabkan oleh shrapnel"), toh pipinya tampak tetap saja membengkak dan jabatan tangannya melemah. Melihat kenyataan ini, siapa yang mau dikelabui? Aquino tidak ingin menunda kepulangannya karena, antara lain, kesehatan Marcos yang diduga gawat. Ia khawatir, kerukunan nasional yang diperjuangkannya gugur di tengah jalan. Semua pihak, terutama golongan oposisi yang kini bersatu di bawah UNIDO, dan terakhir Jaime Kardinal Sin, mengkhawatirkan adanya semacam kekosongan di pucuk kekuasaan atau bahkan perang saudara andai kata Marcos mendadak mati. Anggota Parlemen yang tergabung dalam UNIDO menuntut Marcos mundur, untuk kerukunan nasional dan pemilu yang bersih. ardinal Sin menganjurkan pembentukan Dewan Penasihat Nasional yang beranggotakan tiga orang sipil, seorang uskup, dan empat lainnya yang ditunjuk Marcos. Marcos menerima saran pembentukan dewan itu dan menolak usul tokoh oposisi Senator Salvador Laurel - khususnya tentang pembentukan "pemerintahan darurat" sesudah pengunduran dirinya - karena dianggap kekanak-kanakan. Ini diungkapkan Marcos dalam wawancara dengan wartawan lokal dan luar negeri di Istana Malacanang, pekan silam. Berusaha tampak sehat, Marcos juga bersikap lebih garang. Di luar dugaan, ia hanya membebaskan 37 tahanan politik, padahal baik janda Aquino ataupun Kardinal Sin mengharapkan semacam ammesti untuk ribuan orang. Imelda, yang sejak lama dikabarkan berambisi menggantikan Marcos, belakangan ini juga menjadi sangat peka, karena namanya dihubung-hubungkan langsung dengan usaha pembunuhan terhadap Ninoy. Reaksinya spontan dan khas Imelda: dalam suatu pertemuan di Hotel Intercontinental Manila, First Lady Filipina itu mengungkapkan, akan mengundurkan diri baik dari jabatan gubernur Metro Manila maupun sebagai menteri urusan pemukiman manusia. "Saya letih dan sakit karena politik," katanya. Ketika ditanya tentang siapa pembunuh Ninoy, ia menjawab: "Hal itu gelap bagi saya." Agaknya sudah bukan rahasia lagi bahwa baik Marcos maupun Imelda diperkuat oleh kelompok militer tertentu yang siap membantu mereka. Tak syak lagi, orang kuat AFP kini adalah Pangab Jenderal Fabian Ver, seorang loyalis, sepupu Marcos yang membawahkan langsung AVSECOM dan Satuan Keamanan dan Inteligen Nasional. Sumber-sumber Gereja membocorkan bahwa tindak kekerasan yang tidak bisa dibuktikan biasanya dipercayakan Marcos pada Ver. Ninoy bukan tidak menyadari ini. Menurut wartawan Televisi ABC James Laurie, Aquino mendadak pucat pasi ketika padanya diberitahukan bahwa di saat kedatangannya, pengamanan bandar udara Manila berada di tangan Ver. Menteri Pertahanan Juan Ponce Enrille dan Wapangab Jenderal Fidel Ramos, yang juga merangkap komandan Philippines Constabulary, selama ini dianggap saingan Ver. Tapi Enrille sudah agak lama tersingkir dari sisi Marcos. Sedangkan Ramos, meski hidup sederhana dan bersih dari korupsi, peluangnya terbatas. Ramos seorang Protestan dan hampir-hampir tidak punya kharisma. Kalaupun ada saingan kuat Ver, terutama dalam merebut simpati dan wasiat Marcos, maka orang itu adalah Eduardo Cojuanco. Ia bersama-sama Ponce Enrille memimpin United Coconut Oil Mills Inc., perusahaan yang menguasai 85% kilang minyak kelapa di Filipina. Tapi belakangan ia terbawa lebih dekat pada Ver, juga dengan sendirinya pada Marcos. Yang tidak kalah menarik ialah bahwa Conjuanco adalah sepupu Corazon Aquino, janda Almarhum Ninoy. Mereka sama-sama berasal dari keluarga kaya Conjuanco di Tarlac. Tapi keduanya, karena hal-hal yang tidak jelas, dikabarkan bermusuhan. Berkekuatan 250.000 personil (termasuk 90.000 tenaga cadangan), AFP di bawah Marcos menikmati pos-pos yang bukan militer. Berjasa menjinakkan NPA (Tentara Rakyat Nasional) dari Partai Komunis yang sudah dibubarkan dan gerakan MNLF (Front Pembebasan Nasional Moro) di Mindanao, mereka memperoleh beberapa hak khusus dari Marcos. Di zaman UU Darurat, misalnya, dibentuk pengadilan militer yang berhak mengadili sipil dan militer. Sekarang, tokoh-tokoh AFP dapat bergerak di bidang swasta ataupun ditunjuk sebagai duta. Di bawah payung perlindungan yang diciptakan Marcos, kesetiaan AFP tidak perlu diragukan. Sebaliknya, ketahanan rezim Marcos hampir sepenuhnya ditentukan oleh ketangguhan AFP. Apakah AFP juga akan menyokong Imelda, jika Marcos tiada? Ini masih diragukan. Dalam masyarakat Filipina, kepemimpinan seorang wanita, kendatipun ia kupu-kupu besi seperti Imelda, masih dianggap janggal. Marcos bukan tidak melicinkan jalan bagi anaknya. Ferdinand Marcos Jr, yang lebih dikenal dengan panggilan Bong-Bong, belum lama ini terpilih sebagai gubernur Ilococ Norte, daerah kelahiran Marcos. Namun jalan ke puncak masih terlalu panjang untuknya, sementara akhir kekuasaan Marcos seakan makin dekat saja. Lalu, siapakah pengganti Marcos ? Kecuali membentuk Komite Eksekutif, Marcos tak terlihat menonjolkan tokoh tertentu. Imelda memang diberi jabatan-jabatan khusus, tapi banyak orang yang meragukannya sebagai pewaris tahta, dengan dalih bahwa ia seorang wanita. Aspirasi golongan oposisi, pemilu yang bersih akan menentukan pemimpin Filipina. Sedangkan mereka yang lebih paham memastikan bahwa siapa pun dia, orang itu haruslah mendapat dukungan kuat AFP. Terlepas dari kebencian rakyat Filipina terhadap model republik pisang di Amerika Latin, pihak militer dalam masa depan yang dekat akan berperan sangat menentukan dalam percaturan politik di Filipina.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus