Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

H&M sampai Nike Terancam Diboikot di Cina karena Protes Kerja Paksa di Xinjiang

H&M, Nike, dan merek pakaian besar Barat lain menghadapi boikot di Cina karena memprotes penggunaan tenaga kerja paksa untuk produksi kapas Xinjiang.

26 Maret 2021 | 07.00 WIB

Orang-orang berjalan melewati toko ritel mode Swedia H&M di kompleks perbelanjaan di Beijing, Cina 25 Maret 2021. [REUTERS / Florence Lo]
Perbesar
Orang-orang berjalan melewati toko ritel mode Swedia H&M di kompleks perbelanjaan di Beijing, Cina 25 Maret 2021. [REUTERS / Florence Lo]

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - H&M, Nike, Adidas, dan merek pakaian besar Barat lainnya menghadapi boikot di Cina karena memprotes penggunaan tenaga kerja paksa untuk memproduksi kapas di Xinjiang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

H&M dan Nike mengatakan beberapa bulan yang lalu bahwa mereka prihatin dengan tuduhan bahwa kerja paksa telah digunakan untuk memproduksi kapas di Xinjiang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

H&M multinasional Swedia, pengecer pakaian terbesar kedua di dunia, telah ditarik dari toko-toko e-commerce besar di Cina, dan seorang selebriti terkemuka telah memutuskan hubungan dengan merek tersebut. Nike dan Adidas, di antara merek lain, juga menghadapi kritik keras, Reuters melaporkan, 25 Maret 2021.

Warganet Cina mendesak pemerintah memblokir merek asing itu karena mencemari nama Cina, setelah pengguna internet menemukan pernyataan yang mereka buat di masa lalu perihal Xinjiang.

Dikutip dari CNN, kemarahan itu muncul setelah sebuah kelompok yang terkait dengan Partai Komunis Cina yang berkuasa mengunggah pernyataan dari H&M tentang Xinjiang di situs media sosial Cina, Weibo. Dalam pernyataan yang dirilis pada September, H&M mengatakan bahwa mereka "sangat prihatin" atas laporan kerja paksa dalam produksi kapas di Xinjiang.

Tidak jelas mengapa pernyataan H&M kembali ke mata publik, tetapi insiden ini bertepatakan ketika ketegangan diplomatik antara Cina dan Barat telah meningkat.

Dalam unggahan media sosial yang viral tentang H&M, Liga Pemuda Komunis Cina mengecam sikap perusahaan tersebut.

"Menyebarkan desas-desus untuk memboikot kapas Xinjiang, sambil mencoba mencari untung di Cina? Angan-angan!" kata unggahan itu, dikutip dari CNN.

Komentar tersebut memicu banjir kritik yang ditujukan pada H&M dari pengguna media sosial Cina, termasuk tagar viral yang dibaca lebih dari 1 miliar kali: "Saya mendukung kapas Xinjiang."

"Pakaian H&M adalah kain compang-camping," kata salah satu komentar Weibo yang paling disukai. "Mereka tidak pantas mendapatkan kapas Xinjiang kami!"

Pada Kamis pagi, Nike dan H&M masing-masing kehilangan dua duta merek Cina mereka.

Dilaporkan ABC News, aktor Cina Huang Xuan mengumumkan bahwa dia memutuskan hubungannya dengan H&M dan mengatakan bahwa dia "dengan tegas menentang segala upaya untuk mendiskreditkan negara."

Sementara idola pop Wang Yibo menyusul langkah Huang dan memutuskan hubungannya dengan Nike pada hari Kamis.

Awal pekan ini, Cina membantah tuduhan pelanggaran hak asasi manusia oleh pejabatnya di wilayah barat Xinjiang setelah Uni Eropa, Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada menjatuhkan sanksi kepada para pejabat.

Beijing membalas dengan sanksi pembalasan terhadap anggota parlemen, akademisi, dan institusi Eropa.

Beberapa pengguna internet di Cina mengatakan mereka akan berhenti membeli Nike dan akan mendukung merek lokal seperti Li Ning dan Anta, sementara yang lain mengatakan kepada Adidas untuk meninggalkan Cina.

Saham Anta Sports Products Ltd dan Li Ning Co melonjak, sementara saham Adidas, Inditex dan H&M turun ketika pasar Eropa dibuka pada hari Kamis, menurut laporan Reuters.

Tabloid pemerintah Cina, Global Times, mengatakan Inditex Spanyol, pemilik Zara, telah "diam-diam menghapus" pernyataan di Xinjiang dari situs web berbahasa Inggris dan Spanyol.

Inditex tidak menanggapi permintaan komentar dari Reuters.

Pengguna internet Cina juga menargetkan Better Cotton Initiative (BCI), sebuah kelompok yang mempromosikan produksi kapas berkelanjutan yang mengatakan pada Oktober mereka menangguhkan persetujuan kapas yang bersumber dari Xinjiang untuk musim 2020-2021, dengan alasan masalah hak asasi manusia.

Anggota BCI termasuk Nike, Adidas, H&M, dan Fast Retailing Jepang.

"Jika Anda memboikot kapas Xinjiang, kami akan memboikot Anda. Entah Adidas keluar dari BCI, atau keluar dari Cina," tulis seorang pengguna internet.

Nike, Adidas dan BCI tidak menanggapi permintaan komentar.

H&M mengatakan pada hari Rabu bahwa mereka menghormati konsumen Cina dan berkomitmen untuk investasi dan pengembangan jangka panjang di Cina.

Tetapi pada Kamis pagi, H&M tidak ada di beberapa peta pencari lokasi toko Cina. Pencarian toko H&M di Baidu Maps tidak membuahkan hasil. Toko resmi pengecer di Alibaba's Tmall, sebuah platform e-niaga, tidak dapat diakses.

Pasar Cina yang besar dan menguntungkan semakin penting bagi merek internasional karena ritel di tempat lain di dunia masih terpukul oleh pembatasan virus corona.
Perdagangan Cina pulih dan berkembang pesat di sebagian besar tahun 2020 setelah berhasil mengendalikan pandemi di dalam perbatasannya sendiri.

Kuartal terakhir saja, pendapatan Nike di Greater China melebihi pendapatannya di AS dan Kanada lebih dari US$ 3 juta (Rp 43 miliar) meskipun penjualan yang kuat di dalam negeri, ABC News melaporkan.

Seorang perempuan berjalan melewati toko ritel perlengkapan olahraga Adidas di sebuah pusat perbelanjaan di Beijing, Cina 25 Maret 2021. [REUTERS / Florence Lo]

Pada briefing media harian di kementerian luar negeri Cina, juru bicara Hua Chunying, ketika ditanya tentang H&M, menunjukkan foto orang kulit hitam Amerika sedang memetik kapas.

"Ini terjadi di AS ketika budak kulit hitam dipaksa untuk memetik kapas di ladang," katanya.

Hua kemudian mengangkat foto kedua ladang kapas di Xinjiang.

"Lebih dari 40% kapas di Xinjiang dipanen dengan mesin, jadi dugaan kerja paksa tidak ada," kata Hua.

People's Daily, surat kabar utama Partai Komunis Cina, meluncurkan kampanye media sosial untuk mendukung kapas yang bersumber dari Xinjiang.

Gambar "Saya mendukung kapas Xinjiang" yang diunggah oleh surat kabar di mikroblog Weibo yang mirip Twitter telah menarik sekitar 2,2 juta suka.

Pengecer Jepang Muji, yang dimiliki oleh Ryohin Keikaku Co, mengatakan kepada Global Times bahwa mereka menggunakan kapas Xinjiang, mendapat pujian dari pengguna internet Cina, yang memuji "naluri bertahan hidup" perusahaan.

Ryohin Keikaku baru-baru ini melakukan uji tuntas untuk pabrik Xinjiang, yang memiliki hubungan tidak langsung melalui rantai pasokannya, dan juga menugaskan kelompok audit independen untuk melakukan audit di tempat, tetapi tidak menemukan masalah yang signifikan, kata perusahaan itu kepada Reuters pada Kamis.

Cina memproduksi 22% pasokan kapas dunia dan lebih dari 80% kapas Cina berasal dari Xinjiang, ekspor terbesar di kawasan itu, menurut laporan ABC News.

Kelompok hak asasi manusia telah berulang kali menuduh Beijing menahan Uighur dan kelompok minoritas Muslim lainnya di wilayah tersebut di kamp "pendidikan ulang" dan menggunakan mereka sebagai pekerja paksa, yang mereka klaim sebagai bagian dari teknologi global dan rantai pasokan ritel, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Sanksi baru-baru ini dari Amerika Serikat, Inggris Raya, dan Uni Eropa atas Xinjiang telah memicu ketegangan baru dari pemerintah Cina, yang menyebut kamp tersebut sebagai "pusat pelatihan kejuruan" yang dirancang untuk memerangi kemiskinan dan ekstremisme agama.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus