Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Joe Biden mengawali pemerintahan barunya sebagai Presiden Amerika ke-46, salah satunya, dengan pidato. Dia membawakan pidato yang menggarisbawahi "Kesatuan", hal yang menurutnya terancam di Amerika pada beberapa bulan terakhir.
Di mata Joe Biden, Amerika berada dalam kondisi di mana kesatuan itu sangat penting. Ia menyebutnya sebagai kondisi krisis. Bagaimana tidak, beberapa bulan terakhir Amerika dihajar berbagai masalah mulai dari pandemi COVID-19, rasialisme pada kasus George Floyd, serta ekstrimisme pada kerusuhan US Capitol. Tanpa kesatuan, kata Joe Biden, apa yang tersisa di Amerika selanjutnya adalah kekacauan.
"Kesatuan adalah jalan ke depan. Jika kita melakukannya, kita tidak akan gagal...Mulai hari ini, di tempat ini, mari kita memulai hubungan yang baru. Dengarkan satu sama lain, hormati satu sama lain. Politik tidak harus api yang membara di mana kita menghancurkan semuanya," ujar Joe Biden dalam pidato pelantikannya di US Capitol, Rabu, 20 Januari 2021.
Banyak orang memuji pidato tersebut, bahkan Republikan sekalipun. Di mata mereka, pidato tersebut sangat Biden, membangun harapan. Dan, mereka setuju dengan pernyataan Joe Biden bahwa kepemimpinannya bisa dianggap sebagai babak baru untuk mewujudkan Amerika yang lebih solid dan bersahabat.
"Dia menyasar tema yang tepat, kesatuan. Kita perlu berhenti memandang satu sama lain sebagai musuh, tetapi sebagai sesama warga Amerika. Saya siap bekerja dengannya untuk mencapai tujuan bersama," ujar senator Republikan, Susan Collins.
Baca juga: Ini Beda Tema Pelantikan Joe Biden dengan Presiden Amerika PendahulunyaDonald Trump berjalan di samping ibu negara Melania Trump saat ia berangkat dari Joint Base Andrews, Maryland, AS, Rabu, 20 Januari 2021. Trump menaiki helikopter Marine One untuk meninggalkan Gedung Putih. REUTERS/Carlos Barria
Tema yang diangkat Joe Biden jelas kontras dengan pidato Donald Trump pada 2017 lalu. Jika Joe Biden menyasar seluruh warga Amerika, Donald Trump lebih spesifik. Ia menyasar kelompok yang ia sebut "teraniaya" oleh mereka yang lebih mapan.
Donald Trump memiliki definisinya sendiri atas kelompok yang teraniaya ini. Mereka adalah warga Amerika yang kehilangan pekerjaan karena berlakunya perdagangan bebas serta kebijakan imigrasi yang longgar. Oleh karenanya, dalam pidatonya, Donald Trump mengangkap tema anti-kemapanan, menunjukkan dirinya sebagai figur yang populis.
Slogan "America First" dan "Make America Great Again" adalah cara Donald Trump untuk menyederhanakan temanya. Ia menjanjikan Amerika yang lebih ramah terhadap warga lokalnya, lebih galak terhadap figur asing. Ia berkata, segala kebijakan tentang perdagangan, perpajakan, imigrasi, luar negeri akan ditujukan untuk warga Amerika saja.
"Mulai hari ini, Amerika yang utama...Kita harus melindungi Amerika dari serangan negara lain yang membuat produk kita, mencuri perusahaan kita, dan menghancurkan lapangan pekerjaan kita," ujar Donald Trump.
Era Donald Trump itu sekarang sudah berakhir. Donald Trump, dalam ucapan perpisahannya, berkata bahwa Joe Biden bakal sukses karena ia meninggalkan fondasi yang bagus. Ia yakin kebijakan-kebijakan peninggalannya bisa dilanjutkan. Joe Biden memilih untuk membatalkan beberapa di antaranya.
Baca juga: Pesan Donald Trump di Hari Pelantikan Joe Biden: Kami Akan Kembali
ISTMAN MP
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini