Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Kuala Lumpur – Perdana Menteri interim Malaysia, Mahathir Mohamad, mengatakan dia ingin memimpin pemerintahan yang tidak berbasiskan partai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tokoh berusia 94 tahun itu mengatakan politik dan partai politik agar dikesampingkan sementara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Jika diizinkan, saya akan mencoba membangun pemerintahan yang tidak menguntungkan partai tertentu. Hanya kepentingan partai yang diprioritaskan,” kata Mahathir dalam pernyataan di televisi pada Rabu, 26 Februari 2020 seperti dilansir Channel News Asia.
Mahathir mengatakan ini setelah mengajukan surat pengunduran diri kepada raja Malaysia pada Senin pekan ini.
Pada hari yang sama, raja Malaysia mengangkatnya sebagai PM interim hingga terpilihnya PM baru dan kabinet.
“Ada banyak alasan tentang pengunduran diri saya. Tapi cukup saya katakan saya merasa mendapat dukungan dari semua partai. Saya jadi tidak tahu harus memilih partai yang mana,” kata Mahathir.
Dalam pernyataan pertamanya ke publik sejak mengundurkan diri ini, Mahathir menjawab tuduhan bahwa dia haus kekuasaan.
“Juga ada tuduhan bahwa saya tidak ingin mengundurkan diri dan haus kekuasaan. Jadi, saya mengundurkan diri karena saya tidak berpikir kekuasaan sebagai segalanya dan tujuan utamanya,” kata dia, yang pernah menjadi PM pada 1981 – 2003.
Mahathir mengatakan kekuasaan hanyalah alat untuk mencapai tujuan yaitu kesejahteraan negara.
Dia juga menyerahkan keputusan pemilihan PM baru kepada parlemen.
“Jika saya masih mendapatkan dukungan, saya akan kembali. Jika tidak, saya akan mendukung siapapun yang terpilih,” kata Mahathir.
Menurut pendiri Partai Pribumi Bersatu Malaysia ini,”Ada kesempatan untuk mengganti kepemimpinan. Tapi saya merasa mendapat dukungan dari kedua pihak. Waktu bagi saya untuk mundur belum tiba.”
Seperti dilansir Malay Mail, Mahathir mengundurkan diri setelah Partai Pribumi Bersatu Malaysia mencabut dukungan kepada pemerintahannya.
PPBM malah menjajaki pembentukan pemerintahan baru dengan Umno, yang justru ditolak Mahathir. Menurut Sekjen Partai Aksi Demokratik, Lim Guan Eng, Mahathir menilai politikus Umno sebagai korup sehingga menolak bekerja sama.
Lim sendiri awalnya mendukung Mahathir untuk kembali sebagai PM. Namun, belakangan dia mengalihkan dukungan ke Anwar Ibrahim, yang merupakan Presiden Partai Keadilan Rakyat, karena menolak ide pemerintahan non-partisan.