Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Teheran – Presiden Iran, Hassan Rouhani, mengatakan pembunuhan kolumnis Washington Post, Jamal Khashoggi, oleh tim pembunuh dari Arab Saudi tidak bakal terpikir untuk dilakukan sebelumnya tanpa adanya dukungan Amerika Serikat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca:
Jamal Khashoggi Tewas, Trump Sebut Ada Upaya Menutupi Terburuk
Pernyataan Rouhani ini menjadi yang terakhir dari sejumlah pernyataan pemimpin dunia dari Eropa, Amerika dan Indonesia, terkait pembunuhan jurnalis vokal yang berusia 60 tahun itu.
“Saya kira tidak ada satu negarapun berani melakukan itu tanpa adanya dukungan AS,” kata Rouani dalam pidato kepada kabinet, yang disiarkan televisi lokal dan dilansir kantor berita IRNA serta dikutip oleh Channel News Asia, pada Rabu, 24 Oktober 2018.
Rouhani melanjutkan sebelum terungkapnya pembunuhan Khashoggi di kantor Konsulat Jenderal Arab Saudi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober 2018,”Tidak akan terpikirkan pada hari ini dan abad ini kita akan menyaksikan kejahatan terorganisir seperti itu.”
Baca:
Menurut Rouhani, kelompok suku yang memerintah Arab Saudi memiliki keuntungan dari aspek keamanan. “Keuntungan keamanan itu adalah mereka mengandalkan dukungan dari AS. Kekuatan adidaya ini yang mendukung mereka,” kata dia.
Kasus tewasnya jurnalis Arab Saudi, Jamal Khashoggi, menjadi perhatian global setelah terungkap ini terjadi di dalam kantor Konjen Saudi.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Iran Hassan Rouhani. AP Photo/Jeff Roberson, REUTERS/Lisi Niesner
Rekaman audio yang diperoleh otoritas Turki, seperti dilansir media Anadolu dan Yeni Safak, mengindikasikan Khashoggi dibunuh oleh tim beranggotakan 15 orang, yang belakangan diketahui disebut sebagai Tim Harimau. Sebagian dari tim ini merupakan pejabat intelijen, yang mengedalikan operasi keji itu.
Baca:
Deputi Kepala Intelijen Arab Saudi, Mayor Jenderal Ahmed al-Assiri, telah diberhentikan karena terlibat dalam pengiriman tim pembunuh ini ke Istanbul.
Tim ini menyergap Khashoggi saat pria ini masuk ke kantor Konjen Arab Saudi di Istanbul pada 2 Oktober 2018 siang hari. Mereka lalu menginterogasi Khashoggi dan mendesaknya agar mau pulang ke Arab Saudi. Saat Khashoggi menolak, mereka mulai menyiksa lalu membunuhnya.
Baca:
Presiden AS, Donald Trump, yang sebelumnya sempat bersimpati terhadap Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed Bin Salman, dengan menyebutnya mampu mengendalikan keadaan, kemarin mulai berubah sikap.
Trump menyebut pemerintah Arab Saudi berupaya menutup-nutupi kasus tewasnya Jamal Khashoggi ini dengan cara yang terburuk dalam sejarah. Dia juga mengisyaratkan MBS, panggilan dari putra mahkota Saudi, kemungkinan terlibat karena dia mengendalikan berbagai hal di negaranya.