Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sepucuk surat dari Sondra Crosby tiba di meja politikus Partai Demokrat, Mark Warner, Senin dua pekan lalu. Isinya meminta senator asal Virginia itu menolak pengajuan Gina Haspel sebagai calon direktur baru dinas rahasia Amerika Serikat, Badan Intelijen Pusat (CIA).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Crosby meminta Wakil Ketua Komite Intelijen Senat Amerika itu menimbang rekam jejak Haspel sebagai bekas pengawas program Pemindahan, Penahanan, dan Interogasi (RDI). "Pencalonan Gina Haspel, yang tidak memiliki keberanian untuk menentang program RDI, harus ditolak," tulis Crosby, seperti diberitakan The Intercept.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perempuan 58 tahun itu dokter spesialis penyakit dalam dari Boston University. Selama 24 tahun berkarier, Crosby memeriksa lebih dari 200 korban kekerasan dan penyiksaan tahanan CIA. Ia tercatat sebagai salah satu dari segelintir dokter yang mendapat akses masuk ke penjara Guantanamo di Kuba untuk memeriksa kondisi para tahanan terorisme.
Dalam suratnya, Crosby menyatakan pernah memeriksa kondisi kesehatan dan psikis tersangka teroris Abdul Rahim al-Nashiri dan hampir 20 orang lainnya yang disiksa dalam program kontroversial RDI. "Saya adalah satu-satunya praktisi medis yang pernah ia ajak bicara tentang penyiksaannya, dampaknya, dan penderitaannya yang berkelanjutan," tulis Crosby.
Nashiri diduga mendalangi pengeboman kapal USS Cole pada Oktober 2000, yang menewaskan 17 pelaut Amerika. CIA mengidentifikasi pria 53 tahun kelahiran Mekah itu sebagai agen lapangan Al-Qaidah. Nashiri ditangkap pada Oktober 2002 dan menghabiskan hampir empat tahun di beberapa penjara rahasia CIA sebelum dipindahkan ke Guantanamo. Ia terancam hukuman mati.
Dengan menyuguhkan sederet informasi itu, Crosby berharap Warner dapat menjegal Haspel, 61 tahun, dalam uji kelayakan dan kepatutan calon Direktur CIA di Komite Intelijen Senat. Harapan itu tak menjadi kenyataan. Dalam sidang Senat, Kamis pekan lalu, politikus 63 tahun itu bersama lima senator Demokrat lain justru menyokong Haspel.
Riwayat Haspel sebagai agen telik sandi terentang lama meski menjelang pencalonannya tak banyak hal tentang dia yang diketahui publik. Ia bergabung dengan CIA pada 1985, beberapa tahun setelah lulus dari University of Louisville, tempatnya mempelajari jurnalistik serta bahasa Spanyol dan Prancis. Perempuan lajang kelahiran Ashland, Kentucky, ini sulung dari lima bersaudara. Bagi Haspel, yang ayahnya pernah berdinas di Angkatan Udara, militer bukanlah hal asing. Ia dan saudaranya dibesarkan di pangkalan militer.
Di mata Haspel, CIA seperti cinta pada pandangan pertama. "Pada hari-hari pertama dalam pelatihan, saya terlihat memiliki bakat untuk profesi saya," ucapnya dalam sidang di depan panel Senat. Tugasnya sebagai agen intelijen dimulai di Afrika. Sejak itu, ia telah berpindah dari satu misi ke misi lain, mengemban sedikitnya 20 pos penugasan, termasuk tujuh di luar negeri.
Fan berat penyanyi country legendaris Johnny Cash ini menghabiskan 32 tahun kariernya dalam tugas penyamaran. Tak mengherankan jika sebagian besar hidupnya berselimut misteri. Bahkan, sebagai pejabat publik CIA, hanya ada sedikit fotonya yang terbuka untuk publik, termasuk ketika ditelusuri di mesin pencari Google.
Mengawali tugasnya saat senjakala Perang Dingin, Haspel menyaksikan runtuhnya Uni Soviet. Ia juga pernah mengemban misi klandestin selama Perang Teluk. Beberapa kolega sempat ragu terhadap kinerjanya. "Saya tak percaya mereka mengirimmu ke daerah (konflik) seperti itu," kata seorang rekannya, seperti tertulis di situs CIA. Haspel menjawab keraguan itu dengan suksesnya misi.
Setelah lama terlibat dalam urusan Rusia, Haspel beralih ke soal kontraterorisme. Tugas itu adalah salah satu yang terberat baginya di CIA, terutama saat ia menjabat kepala stasiun telik sandi di negara yang tidak disebutkan namanya oleh CIA pada 1998. Ketika itu, dia sukses memimpin operasi penangkapan dua teroris Al-Qaidah yang mendalangi pengeboman mematikan di kedutaan Amerika di Kenya dan Tanzania.
Seiring dengan memanasnya pertempuran melawan Al-Qaidah, Haspel meminta dipindahtugaskan ke bagian pusat penanggulangan terorisme CIA. Dia memulai pekerjaan itu pada 11 September 2001, tepat saat teroris Al-Qaidah membajak pesawat dan menabrakkannya ke menara kembar World Trade Center di New York serta kantor Kementerian Pertahanan Amerika, Pentagon, yang menewaskan lebih dari 3.000 orang.
Tragedi 9/11 itu membuat Haspel makin terlibat dalam misi kontraterorisme. Salah satu periode yang belakangan menuai sorotan tajam adalah saat dia menjadi kepala pangkalan CIA di sebuah penjara rahasia di Thailand, tempat tersangka teroris Abu Zubaydah dan Abdul Rahim al-Nashiri disiksa.
Berdasarkan sederet dokumen internal bertarikh November atau Desember 2002, yang telah dibuka ke publik oleh CIA, Haspel tercatat sebagai pengawas kamp tahanan rahasia di Thailand-dengan nama sandi Cat's Eye-sejak akhir Oktober 2002. Saat itu Abu Zubaydah menjalani masa akhir interogasi paling brutal di sana. "Haspel dalam posisi bertanggung jawab atas 'situs hitam' selama interogasi Abu Zubaydah, meskipun dia tak hadir secara fisik," tulis The Daily Beast.
Nashiri, yang sebelumnya berada di penjara rahasia "Salt Pit" di Afganistan, dipindahkan ke Thailand pada 15 November 2002. Situs The Rendition Project melaporkan bahwa Nashiri, yang ditahan hampir tiga pekan di Thailand, menjalani sedikitnya tiga kali waterboarding-teknik interogasi yang dilarang sejak 2009.
Selama mendekam di kamp tahanan CIA, kata Sondra Crosby, Nashiri disiksa secara fisik dan psikologis. Nashiri, antara lain, kerap jadi obyek waterboarding-interogasi dengan mengguyurkan air ke mulut dan hidung tahanan sehingga menimbulkan sensasi tenggelam. Ia pun sering dipermalukan dengan cara ditelanjangi dan disodomi menggunakan benda tumpul. Interogator CIA juga mengancam akan menembak atau mengebor kepalanya. Selain itu, ibunya disebut akan diserang secara seksual.
Haspel juga disorot karena dianggap terlibat langsung dalam penghancuran hampir 100 kaset video yang mendokumentasikan interogasi brutal CIA terhadap Nashiri dan Abu Zubaydah di Thailand. Bulan lalu, CIA merilis sebuah memo hasil evaluasi internal oleh Wakil Direktur CIA Mike Morell pada 2011. Memo delapan halaman itu menyebutkan bahwa Haspel dan seorang petugas lainnya yang terlibat dalam penghancuran video tersebut dinyatakan tidak bersalah.
Berbagai catatan itulah yang membuat pencalonan Haspel alot. Sejumlah senator, termasuk John McCain dari Partai Republik, mengatakan penolakan Haspel untuk mengakui adanya ketidakberesan dalam program interogasi CIA membuat dia tak layak memimpin dinas rahasia itu. "Perannya dalam mengawasi praktik penyiksaan oleh orang Amerika sangat mengganggu," ucap McCain.
Jeff Flake, kolega McCain dari satu daerah pemilihan, juga menentang pencalonan Haspel. Ia menganggap keterlibatan Haspel dalam penggunaan teknik-teknik penyiksaan untuk menangani tahanan terorisme pasca-tragedi 11 September 2001 tidak bisa diterima.
Di depan Senat, Haspel bersaksi bahwa ia mendukung aturan yang melarang penyiksaan. Tapi, dulu, setelah tragedi 11 September, diperlukan "interogasi yang keras". "Otoritas hukum tertinggi Amerika setuju. Begitu juga Presiden (George W. Bush)," ujarnya. Argumentasi Haspel itu diterima mayoritas anggota Senat. Ia mendapat dukungan 54 dari 99 senator, termasuk Mark Warner, dan menjadi perempuan pertama yang akan memimpin CIA.
Mahardika Satria Hadi (new York Times, Propublica, Vox, The Intercept)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo