Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Jepang mencoba mengirimkan pesan ke mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump agar jangan mencoba mengunci kesepakatan apapun dengan Cina yang dapat membalikkan upaya kolektif selama bertahun-tahun untuk mengendalikan Beijing dan menimbulkan risiko di kawasan yang masih rapuh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam beberapa pekan terakhir, Tokyo telah meningkatkan sejumlah upaya untuk menjalin kontak dengan orang-orang dekat Trump menyusul naiknya elektabilitas Trump, 77 tahun, di beberapa survei menjelang pemilu presiden Amerika Serikat pada November 2024.
Jepang adalah sekutu dekat Amerika Serikat di Asia. Harapan Jepang itu mencuat saat Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mempersiapkan kunjungan kerja ke Amerika Serikat pada April 2024 memenuhi undangan Presiden Amerika Serikat Joe Biden.
Tiga sumber mengatakan Jepang berusaha mengirimkan pejabat senior untuk menemui Trump. Bukan hanya itu, sejumlah diplomat Jepang juga melakukan kontak dengan beberapa lembaga kajian serta mantan staf dekat Trump. Sejumlah pucuk pimpinan di Jepang waswas jika Trump kembali duduk sebagai orang nomor satu di Amerika Serikat, maka dia mungkin akan mengunci kesepakatan perdagangan atau keamanan dengan Cina, di mana hal ini bisa merusak upaya yang baru-baru ini dilakukan G7 untuk melawan Cina. Amerika Serikat dan Cina adalah dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia.
Sampai berita ini diturunkan, Trump selama kampanye untuk pencalonannya dalam pemilu presiden Amerika Serikat 2024, belum pernah menyebut potensi kesepakatan apapun dengan Cina. Sedangkan sumber di Pemerintah Jepang mengatakan Tokyo masih belum memiliki informasi apapun soal rencana-rencana Trump. Kekhawatiran Jepang baru berdasarkan komentar-komentar dan tindakan Trump selama periode 2017 – 2021, di mana Trump mencoba menghindari sejumlah kerja sama multilateral, memilih mempertahankan hubungan dengan pemimpin authoritarian seperti Presiden Cina Xi Jinping dan berusaha mengunci kesepakatan dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un walau berujung gagal.
Sumber: Reuters
Pilihan editor: Filipina Modernisasi Militer Tahap Ketiga
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini