Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyorongkan anggaran belanja negara senilai USD 6 trilun (Rp 85.838 triliun). Angka itu 50 persen lebih tinggi dari anggaran pengeluaran federal pra-Covid-19.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sejumlah projek dibuat untuk peningkatan perekonomian jangka panjang dan untuk mengatasi populasi lansia di Amerika Serikat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Tahun fiskal di Amerika Serikat akan berakhir pada September 2022. Peningkatan anggaran diantaranya akan dialokasikan untuk pembelanjaan di bidang infrastruktur, pendidikan dan upaya mengatasi perubahan iklim.
Anggaran USD 6 triliun diajukan di tengah proyeksi pertumbuhan ekonomi jangka pendek, yang belum akan mengalami kemajuan pesat pada tahun ini.
Amerika Serikat pada awal tahun ini sudah menyetujui stimulus tambahan sebesar USD 1,9 trilun (Rp 27.182 triliun) sehingga bisa membantu terjadinya pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4 persen pada kuartal pertama. Proyeksi dari Survey of Professional Forecasters dan Federal Reserve menyebut pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat akan sama saja sepanjang tahun ini.
Presiden Biden mematok pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat pada tahun ini tumbuh 5,2 persen. Ketua Dewan Penasehat Ekonomi Amerika Serikat, Cecilia Rouse, mengatakan proyeksi soal anggaran pengeluaran sudah dikunci pada awal Februari 2021 lalu, dengan asumsi otoritas berencana melakukan revisi nantinya.
Sejumlah ekonom berpandangan proyeksi Biden tampaknya menyoroti dua hambatan sistemik, yakni tumbuhnya populasi lansia dengan cepat dan lapangan kerja yang tidak mengalami pertumbuhan.
Sensus Amerika Serikat pada 2017 memperkirakan sekitar 20,5 persen populasi Amerika Serikat akan berusia 65 tahun pada 2030. Sedangkan tingkat partisipasi angkatan kerja diperkirakan tidak akan pulih dari penurunan gara-gara pandemi Covid-19.
Sumber: Reuters