Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Kilas Balik Pemenjaraan Uskup Nikaragua yang Disamakan Paus Fransiskus dengan Kediktatoran

Nikaragua tutup hubungan diplomatik dengan Vatikan setelah Paus Fransiskus menyamakan negara itu dengan kediktatoran

17 Maret 2023 | 08.05 WIB

Rolando Alvarez, uskup Keuskupan Matagalpa dan Esteli dan mengkritik Presiden Nikaragua Daniel Ortega. REUTERS/Maynor Valenzuel
Perbesar
Rolando Alvarez, uskup Keuskupan Matagalpa dan Esteli dan mengkritik Presiden Nikaragua Daniel Ortega. REUTERS/Maynor Valenzuel

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Nikaragua Daniel Ortega telah memerintahkan penutupan Kedutaan Besar Vatikan di Managua dan Kedutaan Besar Nikaragua untuk Vatikan di Roma, kata salah satu sumber dari Vatikan pada Minggu, 12 Maret 2023

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Nikaragua mengisyaratkan bahwa langkah tersebut, yang dilakukan beberapa hari setelah Paus Fransiskus membandingkan pemerintah Nikaragua dengan kediktatoran, adalah "penangguhan" hubungan diplomatik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pemerintahan Ortega semakin terisolasi secara internasional sejak dia mulai menindak keras perbedaan pendapat menyusul protes jalanan yang meletus pada 2018. Ortega menyebut protes itu sebagai percobaan kudeta terhadap pemerintahannya.

Uskup Nikaragua Rolando Alvarez Dihukum 26 Tahun Penjara

Sebelumnya, Pengadilan Nikaragua menghukum Uskup Rolando Alvarez lebih dari 26 tahun penjara, Jumat, 10 Februari 2023, sehari setelah pemuka agama dan pengkritik Presiden Daniel Ortega itu menolak diusir ke Amerika Serikat sebagai bagian dari pembebasan tahanan.

Alvarez, uskup dari keuskupan Matagalpa, dihukum karena pengkhianatan, merusak integritas nasional dan menyebarkan berita palsu. Selain itu, Alvarez juga akan didenda dan kewarganegaraan Nikaraguanya dicabut. Vonis ini semula dijadwalkan akhir Maret 2023, tapi hukuman terhadap sang uskup dipercepat tanpa penjelasan.

“Kebencian diktator Nikaragua terhadap Monsinyur Rolando Alvarez tidak rasional dan di luar kendali,” tulis Silvio Baez, seorang uskup senior Nikaragua yang diasingkan di Miami, pada Twitter setelah pembacaan hukuman itu.

Alvarez Lebih Memilih Dipenjara daripada Dibebaskan

Alvarez termasuk dalam pembebasan tahanan politik yang mencakup lebih dari 200 orang yang diumumkan pemerintahan Ortega, Kamis. Tapi, Alvarez tidak naik ke pesawat yang ditujukan ke bandara Washington DC.

Dalam pernyataan yang disiarkan televisi Kamis malam, Ortega mencemooh para tahanan yang dibebaskan sebagai tentara bayaran kriminal untuk kekuatan-kekuatan asing yang berusaha merusak kedaulatan nasional dan mengatakan Alvarez lebih memilih kembali ke penjara daripada dibebaskan.

Kronologi Kasus Alvarez, Diduga Terlibat dalam Aksi Kudeta

Penangkapan Alvarez terjadi pada Agustus 2022. Saat itu, Kepolisian Nikaragua menggeledah sebuah rumah Rolando Alvarez, Uskup yang dikenal kritis terhadap pemerintahan Presiden Nikaragua Daniel Ortega dan tuduhan membentuk kelompok garis kekerasan dan tuduhan melakukan konspirasi.. Alvarez kemudian berstatus tahanan rumah dan sempat dibawa ke sebuah tempat yang tidak dipublikasi pada Jumat dini hari, 19 Agustus 2022.

Polisi Ortega kemudian menahan Alvarez setelah mengusirnya dari gereja di mana ia, empat pastor lain dan dua siswa seminari dari keuskupannya mengurung diri. Seorang kameramen untuk sebuah saluran televisi Katolik juga ditahan bersama mereka.

Penahanan pada Alvarez juga dikonfirmasi oleh sejumlah kelompok agama dan HAM. Alvarez menjalani tahanan rumah bersama lima pendeta, satu seminaris dan satu orang kameramen di sebuah stasiun televisi soal agama.

“Dengan hati penuh luka dan marah, saya mengutuk penculikan Rolando Alvarez. Kediktatoran sekali lagi melampaui roh jahat dan kejahatannya sendiri,” kata Silvio Baez, Uskup Nikaragua.

Baez pun menyerukan agar Alvarez dibebaskan. Dia mendesak mereka yang punya informasi soal keberadaan Alvarez, agar mau muncul ke muka. Kepala Organization of American States, Luis Almagro, juga mengutuk penahanan pada Alvarez. Dia pun menuntut agar Alvarez segera dibebaskan, termasuk para tahanan politik

Bulan ini, tujuh pria dijatuhi hukuman 10 tahun penjara untuk dakwaan pengkhianatan dan penyebaran berita palsu. Tapi semuanya dinaikkan ke penerbangan menuju Washington, Kamis.

Hubungan antara Gereja Katolik dengan pemerintahan Ortega ternoda setelah meletup aksi unjuk rasa anti-Ortega pada 2018. Sebelumnya pada awal Agustus 2022, Ortega telah menuduh para pemimpin Katolik berusaha untuk menggulingkannya ketika beberapa dari mereka bertindak sebagai mediator dengan kelompok-kelompok protes setelah aksi-aksi protes yang menewaskan 300 orang meletus pada 2018.

Sejak saat itu, Ortega mengusir para biarawati dan misionaris serta menutup radio dan stasiun-stasiun televisi Katolik.

Kasus Nikaragua Membuat Paus Fransiskus Ikut Berkomentar

Setelah penahanan Alvarez, Agustus, Paus Fransiskus menyerukan dialog “terbuka dan jujur” untuk memecahkan konflik di Nikaragua. Paus mengatakan dia mengikuti situasi "dengan kekhawatiran dan rasa sakit.".

Paus Fransiskus meminta pemerintah Nikaragua pada Kamis, 15 September 2022 untuk mengizinkan para biarawati yang diusir dari ordo yang didirikan oleh Bunda Teresa untuk kembali ke Nikaragua. Paus mengatakan bahwa mereka adalah "revolusioner Injil" yang tidak berbahaya.

"Wanita-wanita ini adalah revolusioner yang baik, tetapi dari Injil. Mereka tidak berperang melawan siapa pun. Sebaliknya, kita semua membutuhkan wanita-wanita ini," katanya,

Komentar-komentar itu menandai satu-satunya pernyataan Paus Fransiskus setelah protes 2018, dan dia tidak secara khusus menyebut nama Alvarez. 

REUTERS | ANTARA

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus